NovelToon NovelToon
Jejak Cinta Dan Dosa

Jejak Cinta Dan Dosa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Konflik etika / Selingkuh / Mengubah Takdir / Kaya Raya / Harem
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lucky One

Hidup Kirana Tanaya berubah dalam semalam. Ayah angkatnya, Rangga, seorang politikus flamboyan, ditangkap KPK atas tuduhan penggelapan dana miliaran rupiah. Keluarga Tanaya yang dulu disegani kini jatuh ke jurang kehancuran. Bersama ibunya, Arini—seorang mantan sosialita dengan masa lalu kelam—Kirana harus menghadapi kerasnya hidup di pinggiran kota.

Namun, keterpurukan ekonomi keluarga membuka jalan bagi rencana gelap Arini. Demi mempertahankan sisa-sisa kemewahan, Arini tega menjadikan Kirana sebagai alat tukar untuk mendapatkan keuntungan dari pria-pria kaya. Kirana yang naif percaya ini adalah upaya ibunya untuk memperbaiki keadaan, hingga ia bertemu Adrian, pewaris muda yang menawarkan cinta tulus di tengah ambisi dan kebusukan dunia sekitarnya.

Sayangnya, masa lalu keluarga Kirana menyimpan rahasia yang lebih kelam dari dugaan. Ketika cinta, ambisi, dan dendam saling berbenturan, Kirana harus memutuskan: melarikan diri dari bayang-bayang keluarganya atau melawan demi membuktika

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Awal Baru

Arini menunduk, merasa malu. “Rangga, aku tidak pantas mendapatkan semua ini. Kau sudah terlalu baik padaku dan Kirana. Aku hanya perempuan biasa, dengan masa lalu yang... kelam.”

“Kita semua punya masa lalu,” potong Rangga dengan lembut. “Yang penting adalah bagaimana kita memilih untuk melangkah ke depan. Aku tidak ingin melihatmu merasa rendah diri. Dan karena itu, aku punya satu permintaan.”

“Permintaan?” Arini menatapnya bingung.

Rangga menegakkan tubuhnya dan menatap Arini dengan serius. “Arini, aku ingin kau menikah denganku.”

Arini membelalakkan matanya, terkejut dengan kata-kata itu. “Apa? Kau... kau bercanda, kan?”

“Aku serius,” jawab Rangga tegas. “Aku sudah memikirkannya dengan matang. Aku tahu ini mendadak, tapi aku tidak ingin kau hidup dengan perasaan tak berdaya. Aku ingin memberikanmu dan Kirana kehidupan yang lebih baik. Aku juga ingin menjadi ayah bagi Kirana.”

Arini terdiam, hatinya campur aduk. Ia menatap Kirana yang tenang dalam gendongannya. Pikiran tentang masa lalunya kembali menghantui.

“Tapi... bagaimana kalau orang-orang tahu tentang masa laluku? Kau seorang yang terhormat, Rangga. Pernikahan kita hanya akan membawa masalah bagimu,” kata Arini dengan nada pelan.

“Biarkan aku yang mengurus semuanya,” kata Rangga tanpa ragu. “Aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan. Aku hanya peduli pada apa yang benar. Dan menurutku, ini adalah hal yang benar untuk kita semua.”

Air mata menggenang di mata Arini. “Kenapa kau melakukan ini, Rangga? Aku tidak pernah melakukan apa pun untuk pantas mendapatkan ini.”

“Kau membawa Kirana ke dunia ini, itu sudah cukup untuk menunjukkan bahwa kau berjuang. Aku ingin memberikan kesempatan padamu, Arini. Dan aku yakin, dengan waktu, kau juga bisa menerima aku apa adanya.”

Arini terdiam beberapa saat, merenungkan tawaran itu. Dalam hatinya, ia tahu Rangga tulus.

“Baiklah,” akhirnya Arini berkata pelan, hampir seperti bisikan. “Aku menerima tawaranmu.”

Rangga tersenyum lega. “Kau tidak akan menyesal, Arini. Aku akan memastikan kalian bahagia.”

***

Hari pernikahan berlangsung sederhana, hanya dihadiri oleh beberapa orang dekat Rangga. Tidak ada kemewahan seperti pesta-pesta sosialita, tetapi kehangatan dan ketulusan terasa begitu nyata. Setelah resmi menjadi istri Rangga, Arini merasa seperti mimpi.

Kirana tumbuh besar di bawah asuhan Rangga dan Arini. Rangga memperlakukan Kirana seperti putri kandungnya sendiri. Ia selalu ada di saat Kirana membutuhkan, bahkan lebih dari yang pernah Arini harapkan.

“Papa, lihat! Aku bisa menulis namaku sendiri!” seru Kirana suatu hari, menunjukkan buku catatan kecilnya kepada Rangga.

Rangga tersenyum lebar. “Wah, Kirana pintar sekali! Ayo, tunjukkan lagi ke Mama.”

Arini, yang sedang menyiapkan makan malam, menoleh dan tersenyum hangat. “Kirana, kamu hebat sekali!”

Kirana berlari kecil ke pelukan Arini, sementara Rangga berdiri di belakang mereka, memperhatikan dengan perasaan penuh bangga. Kehidupan mereka kini dipenuhi kebahagiaan sederhana yang tak ternilai.

***

Suatu malam, ketika Kirana sudah tidur, Rangga dan Arini duduk di ruang tamu. Mereka menikmati secangkir teh bersama.

“Rangga,” panggil Arini, menatapnya dengan mata penuh rasa syukur. “Aku tidak tahu bagaimana aku bisa membalas semua yang telah kau lakukan untukku dan Kirana.”

“Kau tidak perlu membalas apa pun, Arini,” kata Rangga sambil memegang tangannya. “Melihat kalian bahagia sudah cukup bagiku.”

Arini tersenyum, tapi ia juga merasa perlu berkata jujur. “Aku tahu aku bukan istri yang sempurna, dan aku tahu masa laluku kadang masih menghantui... tapi aku ingin kau tahu, aku benar-benar bersyukur atas kehadiranmu dalam hidupku.”

Rangga menggenggam tangan Arini erat. “Arini, aku menerima dirimu apa adanya. Masa lalu tidak akan mengubah apa yang kurasakan. Yang penting adalah masa depan yang kita bangun bersama.”

Malam itu, Arini merasa beban di hatinya seolah terangkat. Ia tahu, dengan Rangga di sisinya, ia memiliki kesempatan untuk menjadi versi terbaik dari dirinya. Dan ia berjanji dalam hati, tidak akan mengecewakan pria yang telah memberinya kehidupan kedua.

Kehidupan mereka terus berjalan dengan penuh kasih sayang. Kirana tumbuh menjadi anak yang ceria dan cerdas, berkat cinta tanpa syarat dari Rangga dan Arini.

***

Kirana berdiri di depan meja makan, matanya berbinar penuh semangat. Ia memegang sebuah amplop yang baru saja datang dari kampus impiannya di luar negeri. Dengan senyuman lebar, ia menyerahkan amplop itu kepada Rangga dan Arini yang sedang duduk di meja makan.

“Papa, Mama! Aku diterima di universitas impianku!” seru Kirana, hampir melompat kegirangan.

Rangga menatap amplop itu, membuka perlahan, dan membaca surat penerimaan dengan hati-hati. Senyum bangga menghiasi wajahnya. “Selamat, Kirana! Aku tahu kamu bisa melakukannya,” katanya sambil mengangguk puas.

Arini, yang sedang memotong buah, langsung memeluk putrinya. “Mama bangga sekali sama kamu, Nak. Akhirnya mimpi kamu jadi kenyataan.”

“Terima kasih, Papa, Mama. Ini semua berkat dukungan kalian,” jawab Kirana dengan mata berkaca-kaca.

“Kita akan pastikan semua persiapan kuliahmu lancar,” tambah Rangga sambil menyentuh pundak Kirana dengan lembut. “Aku akan urus biaya dan semuanya, jadi kamu tidak perlu khawatir.”

Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Tiga hari setelah kabar gembira itu, badai datang menghantam keluarga Tanaya.

***

Hari itu, suara sirene polisi dan mobil berlogo KPK memenuhi halaman depan rumah mereka. Arini, yang sedang berada di dapur, langsung berlari ke ruang tamu ketika mendengar suara gaduh dari luar.

“Ada apa ini?” tanya Arini panik, melihat beberapa petugas KPK masuk ke rumah mereka.

Di ruang kerja, Rangga berdiri dengan wajah tenang meski matanya terlihat lelah. Seorang petugas KPK mendekatinya dan menyerahkan surat penangkapan. “Tuan Rangga Tanaya, Anda kami tangkap atas dugaan penggelapan dana proyek infrastruktur senilai dua ratus miliar rupiah. Anda diminta untuk bekerja sama dalam penyelidikan.”

Rangga menghela napas panjang. “Baik, saya akan ikut,” katanya dengan suara rendah, tanpa perlawanan.

“Papa!” Kirana berteriak dari tangga, melihat petugas KPK memborgol ayahnya. Ia berlari mendekat, matanya penuh air mata. “Apa yang terjadi? Kenapa Papa ditangkap? Ini pasti salah paham, kan?”

Rangga berjongkok untuk berada setinggi Kirana. Meski tangannya sudah diborgol, ia mencoba tersenyum. “Papa baik-baik saja, Kirana. Ini hanya kesalahpahaman. Papa yakin semuanya akan selesai dengan cepat.”

Arini, yang berdiri terpaku di pintu, tidak bisa berkata apa-apa. Dadanya terasa sesak, seperti dunia runtuh di hadapannya. Ia berusaha menguatkan diri dan mendekat ke Rangga. “Rangga, apa ini benar? Apa mereka salah?” tanyanya dengan suara bergetar.

Rangga menatap istrinya, mencoba meyakinkan. “Arini, aku tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi. Tapi aku akan menghadapinya. Jaga Kirana, ya?”

“Papa, aku ikut ke kantor polisi! Aku tidak akan membiarkan Papa pergi sendirian!” Kirana memohon, mencoba memegang tangan Rangga yang sudah diborgol.

“Tidak, Nak,” Rangga berkata dengan lembut namun tegas. “Kamu harus tetap di sini, bersama Mama. Papa butuh kalian untuk kuat.”

Petugas KPK kemudian menggiring Rangga ke luar rumah. Kirana dan Arini hanya bisa berdiri di depan pintu, menyaksikan suami dan ayah yang mereka cintai dibawa pergi dengan mobil hitam. Tangisan Kirana pecah begitu mobil itu menghilang dari pandangan.

1
Wega kwek kwek
semoga kirana itu darah daging mu Haryo biar kapok
Wega kwek kwek
ayo semangat kak author,,,,kita tunggu updatenya
Lucky One: makasih udah mampir
total 1 replies
Uti Enzo
kok yh like dikit ya
Lucky One: makasih ya, udah mampir
total 1 replies
Uti Enzo
Luar biasa
Uti Enzo
hadir thor
Yuniarti Yuniarti
lg 10persen
Ninik
semoga aja Kirana darah daging Haryo biar Haryo menyesal dan hancur
Ninik
ya Alloh ada ya seorang ibu yg tega menjual anaknya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!