Entah mengapa Alisa merasa marah. Tiap kali melihat abangnya berdua bersama Mia. Yang tidak lain teman Amar kuliah. Membuat Alisa merasa aneh dengan perasaanya sendiri. Hingga membuat Alisa selalu gusar tiap kali Amar dekat dengan Mia. Yang sering ikut mengerjakan tugas dirumah. Dan Amar juga sering mengantar nya pulang. Amar juga seperti memberi perhatian lebih pada Mia membuat Alisa cemburu.
" Kenapa sih bang Amar pake mengantar kak Mia. Lagian dia sudah punya sopir yang selalu menjemputnya pulang kan!!" kata Alisa
" Ada apa dengan mu de, abang hanya berbuat baik pada orang lain. Kasihan Mia kalo pulang sendiri malam malam" jawab Amar
" Lalu jika Lisa pulang malam, apa abang akan perduli?" tanya Lisa.Membuat Amar menoleh dan menatap lekat mata gadis cantik di depannya itu. Seakan Amar merasa ada belati yang menusuk dadanya.
" Kau.....!!" kata Amar kaget.
Penasaran baca ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hidayati Yuyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Permintaan Mami Amar
Wanita itu pun langsung memeluk Amar. Merasa senang, karna Amar sudah mau datang. Hingga membuat Amar salah tingkah. Karna ia belum terbiasa pada ibu kandungnya sendiri.
" Ayo masuk nak, kami sudah menunggu mu sedari tadi," kata mami. Mengandeng tangan Amar untuk masuk kedalam rumah besar itu. Lalu mereka menuju ruang makan.
Amar pun hanya diam mengikuti langkah maminya. Sembari melihat setiap bagian isi ruangan yang ia lewati.
" Mana Zain mi?" tanya Amar basa basi
" Kami hanya mengundang mu khusus untuk makan siang nak. Zain sedang bekerja di kantornya. Jadi tidak akan ikut makan siang bersama kita. Duduk lah !! biar mami panggilkan papi mu dulu diruang kerja.," kata mami tersenyum.
" Ya mi," kata Amar bersikap sopan. Sambil duduk didepan meja makan. Sepeninggalan mami nya Amar pun memperhatikan semua hidangan di meja itu.
" Ya tuhan, apakah ini ujian atau hanya godaan semata?" kata Amar yang melihat meja di depannya penuh dengan makanan enak. Namun Amar tetap bersikap biasa. Karna sudah biasa baginya makan makanan enak. Saat kedua orang tuanya gajian di awal bulan. Keluarga pak Farhan . Sering mengajak anak anaknya makan diluar. Untuk menyenangkan Amar dan Lisa sesekali
" Amar ...kau sudah datang nak, ayo kita makan sekarang. Amar yang memimpin doanya ya," kata papi yang tersenyum dan duduk di sebelah kiri Amar. Sedangkan maminya di sebelah kanan Amar.
" Ya pi," jawab Amar mengangguk. Lalu Amar pun memimpin doa makan. Setelah itu mereka makan bersama. Papi Zaki pun terlihat senang Amar mau datang dan pulang kerumah mereka. Ada banyak hal yang mereka bahas saat ngobrol. Sampai mami pun memandang lekat wajah Amar.
" Mar, Amar mau kan nak, tinggal disini bersama kami ?" pinta mami. Yang tidak mungkin memaksa Amar. Karena Amar bukan anak kecil lagi. Yang di iming imingi mainan atau pun uang. Karna mami sadar, ia baru bertemu anak kandungnya setelah Amar sudah tumbuh dewasa.
Sejenak Amar terdiam, lalu mengangguk. Karena tidak ingin menolak permintaan kedua orang tua kandungnya.
" Tapi apa boleh Amar pulang sesekali kerumah ayah dan bunda," kata Amar.
" Itu tidak masalah nak, kami juga tidak melarang Zain untuk pulang kerumah ini," kata mami yang tahu Zain juga merasa canggung saat bertemu orang tua kandung nya. Namun Zain lebih cepat beradaptasi. Agar situasinya tidak semakin rumit.
************
Malamnya Lisa duduk membaca di meja belajarnya. Gadis cantik itu terlihat santai dan berpikir. Sambil menatap semua soal soal di lembar kertas. Untuk memahami semua pembahasan dan uraian yang sudah di ajarkan kak Dean.
" Hmm...ade sedang belajar?" kata bunda mengintip dari balik pintu.
" Ya bun, ada apa?" kata Lisa menoleh ke pintu kamar.
" Boleh bunda masuk?" kata bunda
" Masuk saja bun, kenapa harus ijin segala sih?" kata Lisa.
" Ya kan ini kamar ade, apa bang Amar sudah bicara sama ade?" kata bunda berjalan mendekati Lisa.
" Bicara mengenai apa ya bun?" jawab Lisa bingung. Sambil mengernyitkan dahinya. Karna tadi abangnya juga sempat bilang ingin membicarakan sesuatu.
" O.. bukan apa apa nak" jawab bunda lalu terdiam. " Astaga Amar kenapa harus di tunda tunda nak," kata bunda dalam hati. Karna bunda ingin Lisa juga tahu. Siapa Amar dan Zain
" Ada apa sih bun, Kok sepertinya ada sesuatu yang di rahasiakan?" kata Lisa penasaran.
" Oh ngak ada de, itu hanya masalah abang mu saja. Biar nanti dia yang menjelaskan semuanya," kata bunda. Yang sudah berjanji pada Amar.
" O..gitu,.Lisa pikir ada apa" kata Lisa. Sembari mengetuk getuk jarinya di atas meja. Berpikir ada apa sebenarnya yang terjadi dengan abangnya itu.
" Ya sudah, lanjutkan belajarnya ya de. Bunda ke ruang tengah dulu. Menemani ayah dan Zain ngobrol," kata bunda yang berbalik badan untuk keluar dari kamar Lisa
" Ya bun," kata Lisa terdiam sejenak. Lalu matanya melihat kearah jam dinding. Angka sudah menunjukan jam 9 malam. Namun abangnya belum pulang.
" Ada apa dengan bang Amar?" batin Lisa bertanya tanya. Karna merasa ada sesuatu dengan abangnya yang sedikit berubah akhir akhir ini. Yang membuat Lisa merenung sampai ia tertidur di atas meja belajarnya.
Sedangkan Amar yang baru memasuki halaman rumah. Berniat pulang untuk mengambil sebagian pakaiannya. Amar pun duduk sebentar di kursi depan teras. Karna mulai besok ia akan pindah ke rumah kedua orang tuanya.Namun ia bingung bagaimana cara mengatakannya pada Lisa
" Apa yang harus aku katakan pada ade, jika ia bertanya?" kata Amar bingung. Yang tidak biasa berbohong pada Lisa.
" Ya tuhan, kenapa semuanya jadi begini. Aku belum sanggup meninggalkan ade dan bunda," guman Amar lirih. Lalu mengetuk pintu rumah. Dan tak lama pintu pun terbuka.
" Amar " kata bunda
" Maaf bun, abang pulang malam. Karna tadi Amar...."
" Bunda tahu, masuklah. Apa abang sudah makan?" tanya bunda lembut. Sebab itulah yang membuat Amar belum bisa berpisah dari bunda dan adiknya. Karna sikap lembut dan perhatian kedua wanita itu sangat ia rindukan.
" Belum bu, Amar baru dari bengkel tadi," kata Amar.
" Ya sudah bunda siapkan ya, sana bersih bersih dulu," kata bunda.
" Ya bun," kata Amar. Melangkah masuk menuju kamarnya. Sembari melihat ruang tengah yang masih terang. Karna disana terlihat ayahnya dan Zain sedang membicarakan sesuatu.
" Huh...aku mandi dulu," kata Amar yang lalu masuk kekamarnya. Dan membersihkan diri nya dengan cepat. Lalu Amar pun memakai pakaian rumahan. Setelah itu ia langsung pergi kedapur untuk makan malam.
" Maaf merepotkan bunda" kata Amar. Saat bunda menyiapkan makanan di meja untuknya.
" Tidak nak, abang pasti lapar, makan lah !! Apa di bengkel sangat ramai ?" tanya bunda.
" Lumayan bun, apa ade sudah tidur?" Amar pun duduk sambil mengambil piring. Lalu mengisinya. Sejenak Amar pun berdoa dan mulai makan.
" Ade mu sedang belajar, buat ulangan besok katanya," kata bunda. Duduk di depan Amar. Sambil tangannya menuangkan air putih ke dalam gelas.
" Ya ini sudah hampir ujian bun. Ade harus rajin belajar. Untuk mengerjakan soal soal yang sulit. Mereka juga harus menambah nilai harian dengan ulangan bertahap," kata Amar sembari menyuap makanannya.
" Ya bang, ade mu itu sangat ingin dapat nilai bagus. Agar bisa dapat kampus bagus seperti abang," kata bunda.
" Ade juga pintar bun, Amar yakin ade bisa dapat kampus yang bagus. Asal ia rajin dan tekun belajar," kata Amar.
" Ya nak, ya sudah bunda tinggal dulu ya. Ibu mau menyetrika baju dulu untuk besok pagi, sebelum tidur" kata bunda.
" Ya bun," jawab Amar mengangguk.
Bunda pun lalu beranjak dari kursinya. Dan meninggalkan Amar di meja makan sendiri. Amar pun cepat menghabiskan makanannya. Setelah itu ia langsung mencuci piring dan merapikan meja makan. Tidak lupa Amar memasukan sayur dan lauk kedalam lemari pendingin. Agar tidak basi untuk sarapan pagi besok.
Setelah selesai ia pun melangkah menuju kamarnya. Amar berniat untuk menyicil pakaiannya untuk dibawa besok. Namun saat teringat Lisa, ia pun melangkah ke pintu kamar adiknya . Untuk menyapa Lisa sebentar.
Tok...tok...tok...
" De apa abang boleh masuk?" kata Amar pelan. Sembari mendorong pintu perlahan
" Astaga ...." kata Amar. Yang melihat kepala Lisa tertunduk di meja belajarnya. Lalu Amar mendekatinya dan menepuk pundak Lisa perlahan. Namun Lisa tak bergeming.
" De..." kata Amar lembut
" Ya Allah dia tertidur, apa tidak sakit de," kata Amar. Yang lalu menarik bahu Lisa pelan pelan. Lalu mengangkat tubuh Lisa ke tempat tidur.
" Bang Amar ...."lenguh Lisa. Saat Amar membaringkan tubuh kurus itu pelan pelan. Agar Lisa tidak terbangun.
" Ya ini abang," kata Amar. Sembari menyingkirkan anak rambut di dahi Lisa. Hingga wajah putih cantik itu terlihat jelas. Dan sangat manis saat tertidur pulas.
" Ya Allah, apa kau tahu de. Abang mu ini bukan abang kandung mu lagi" kata Amar pelan mengambil selimut, untuk menyelimuti tubuh Lisa. Lalu terdiam menatap wajah polos adiknya.
" Bang.. " kata Lisa mengigau.
" Ya ," kata Amar tersenyum. Lalu ia pun mendekati Lisa. Ingin mencium kening Lisa. Berharap ia besok bisa pergi dengan tenang Namun tiba tiba ...
Cup ......
Amar pun terpaku. Saat bibirnya tak sengaja menempel di bibir Lisa. Yang juga membuat Lisa terbangun.
Sudahlah memanfaatkan kebaikan Amar eh lama lama kok ga tau diri ga sadar diri juga ya
Kaya dah putus urat malunya si Mia
Semoga Ade sukses ya kuliah di LN
Bila sewaktu sewaktu ditinggal orang terkasih / pasangan, dunianya tak runtuh seketika
Apakah Amar dengar percakapan Lisa yang mau kuliah di Australia, terus mulai gamang pikirannya, otaknya terusik?
Pulang pulang dah sukses
Biarin aja Amar ngrasa kehilangan kamu
Mending fokus belajar raih cita cita, asah skill
Nikmati masa muda tuk hal hal berguna
Edan tenan, berbuat dosanya sama Hans, kok menjerat Amar tuk tanggung jawab
Siap siap jadi bom waktu
Terimakasihh🥰🥰
Bisa gegeran ujung ujungnya
Terlalu baik apa terlalu naif Amar?
Gimana nanti reaksi ayah bundanya juga Amar