Kecelakaan saat pulang dari rumah sakit membuatnya harus kehilangan suami dan anak yang baru saja di lahirkannya 3 hari yang lalu.
Tapi nasib baik masih berpihak padanya di tengah banyak cobaan yang di dapatkan Ayana.
Bertemu dengan seorang bayi yang juga korban kecelakaan membuatnya kembali bersemangat dalam menjalani hari-hari yang penuh perjuangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
09
Ayana memutuskan untuk pergi membeli kasur dan lemari pakaian untuk di letakkan di ruko. Bahkan Ayana juga membeli beberapa barang seperti kipas mini dan perlengkapan kamar mandi.
Semua itu di lakukan Ayana setelah ia istirahat di Ruko untuk meletakkan Abian sejenak agar tak terlalu lelah. Ayana sebenarnya tak tega membawa bayi itu kesana kemari. Namun mau bagaimana lagi, tak mungkin anaknya di tinggalkan sendirian di kosan.
Mau di titipkan pun dengan siapa, Ayana tak mengenal siapa-siapa di kota itu. Juga tak mau sembarangan menitipkan Abian pada orang lain. Meski bukan kota pusat, namun kota itu sudah sangat ramai dan Ayana takut kalau anaknya di larikan oleh orang yang di minta mengasuh anaknya.
Sore ini Ayana sudah bersantai di kosannya, ia juga sekalian membeli makanan untuk makan malam agar tak perlu lagi keluar.
"Anak Bunda sudah mandi, sudah wangi, sudah tampan. Ya ampun Nak, kamu masih loh padahal tapi sudah kelihatan tampannya. Gimana nanti kalau sudah dewasa? Kamu pasti bakalan jadi rebutan," ucap Ayana.
"Ah, yang penting sekarang kita harus bisa bangkit dulu ya, Nak. Kamu tahu sendirikan tadi gimana Bunda senangnya bisa beli ruko itu. Walau pun sudah kecewa karena gak jadi beli rumah, tapi ternyata Tuhan menggantinya dengan yang lebih baik. Jadi kita bisa sekalian jualan di rumah dan Bunda gak harus tinggalin kamu deh."
"Ternyata ada hikmah di balik kejadian tadi pagi ya, Nak. Kalau kita sabar dan ikhlas walau sakit, mudah-mudahan akan di ganti dengan yang lebih baik. Ternyata Tuhan lebih tahu apa terbaik buat kita dan kita mendapatkannya."
Ayana terus saja mengajak bayi yang bahkan matanya saja belum terbuka itu untuk bicara. Hanya Abian teman Ayana saat ini, juga penyemangatnya.
Saat malam tiba, Ayana di kagetkan dengan suara teriakan seseorang yang sangat memekakkan telinga. Bahkan Abian yang sudah tertidur sampai tersentak kaget. Untung saja bayi itu tidak menangis meski bibir mungilnya sempat mengerucut hendak mengeluarkan suara.
Ibu muda yang takut anaknya menangis itu segera memberikan sumber makanan bagi Abian agar tak menangis. Ayana takut suara Abian mengganggu yang lainnya. Itulah sebabnya Ayana sangat ngotot ingin segera membeli rumah, selain lebih nyaman juga pastinya tidak akan mengganggu orang lain.
Karena terkadang ada orang yang tidak suka dengan suara tangisan bayi di malam hari dan merasa terganggu. Apa lagi Ayana tak tahu seperti apa para tetangga kamar kosnya.
Melihat dua pasangan tadi pagi, Ayana jadi semakin tidak nyaman saja tinggal di sana. Apa lagi untuk Abian yang sewaktu-waktu bisa menangis meski saat ini bayi mungil itu belum pernah menangis. Paling hanya merengek saja kalau kelaparan atau haus.
Setelah Abian tidur lagi, Ayana yang penasaran segera mendekati jendela dan sedikit mengintip apa yang terjadi di luar sana.
Dapat di lihat kalau sedang ada pertengkaran sengit di salah satu kamar kos yang ada di barisan depan kamar Ayana. Seorang perempuan cantik yang sedang mengamuk pada wanita yang berpakaian terbuka.
Ada pula seorang pria yang berdiri kebingungan mau melakukan apa melihat pertengkaran itu.
"Hah... Sepertinya itu pertengkaran antara istri dan pelakor. Ada-ada saja, hidup lagi sulit-sulitnya malah pelakor dimana-mana," gumam Ayana sembari berjalan mendekati anaknya.
"Sepertinya keputusanku untuk cepat pindah ke ruko sudah tepat. Daerah ini memang tak baik untuk kami berdua, mungkin ini lah maksud dari ibu warung di depan itu."
Seketika Ayana teringat denga ucapan ibu pemilik warung yang pernah memperingatkan Ayana itu.
"Lebih baik aku istirahat saja, karena besok harus segera pindah dari sini. Aku takut semakin banyak kejadian tak terduga lainnya," kata Ayana.
"Kuat ya sayang, saat ini Bunda akan terus membawa kamu sampai kita bisa mempunyai tempat yang nyaman dan aman." Ayana mengecup pipi Abian lalu memejamkan matanya.
Di lain tempat di sebuah rumah mewah, Andreas sedang menatap layar di depannya yang menampilkan sesuatu yang tak di sangkanya.
Mobil selingkuhan Meli ternyata di pasangi cctv mini. Entah apa tujuan pria itu memasang benda tersebut. Meski mobil Andreas sendiri juga ada cctvnya demi keamanan. Tapi entah kalau bagi selingkuhan Meli yang di ketahui Andreas masih bergantung pada orang tuanya.
Tadi pagi Andreas di hubungi oleh pihak Kepolisian kalau ada orang yang ingin bertemu dengannya sekaligus pihak Kepolisian ingin menyanpaikan sesuatu. Setelah tiba ternyata Andreas sudah di tunggu oleh orang tua dari selingkuhan Meli.
Selingkuhan Meli itu baru lulus kuliah saat mulai menjalin hubungan dengan Meli. Tidak mau bekerja karena karena sibuk mengejar cinta Meli bahkan mengabaikan peringatan orang tuanya.
Di sanalah kedua orang tua selingkuhan Meli meminta maaf pada Andreas atas apa yang di lakukan anak mereka yang sudah menghancurkan rumah tangga Andreas.
Namun Andreas tak mau mempermasalahkan hal itu dan menganggap semuanya sudah selesai. Fokus pria itu saat ini adalah menemukan anaknya yang hilang entah kemana.
Polisi juga menjelaskan sesuatu pada Andreas dengan mengatakan kalau mereka menemukan cctv mini yang terbakar di dalam mobil. Karena posisi mobil terbakar dengan posisi terbalik, cctv mini yang di bagian atas mobil tidak terbakar sepenuhnya.
Bagian memori cctv masih bisa di lihat dan masih bagus. Karena kasus yang sudah selesai, pihak Kepolisian menyerahkan memori itu atas persetujuan orang tua selingkuhan Meli. Karena mereka sudah tidak mau membuka luka akibat ulah anak mereka itu.
Di sinilah saat ini Andreas berada, di sebuah rumah yang lebih mewah dari rumah yang ia tempati dengan Meli. Rumah yang di bangun sesuai dengan keinginan Andreas tanpa sepengetahuan siapapun termasuk kelaurganya.
Rahang Andreas mengeras dan kedua tangannya mengepal kuat. Ia sedang melihat apa isi dari memori itu dan kini ia sangat geram di buatnya.
Bukan karena rekaman dimana Meli dan selingkuhannya bermesraan. Tapi dimana kejadian sebelum kecelakaan itu. Di sana terlihat jelas kalau Meli menggendong bayinya yang artinya anak Andreas ikut bersama Meli dan selingkuhannya.
"Kurang ajar," ucap Andreas sembari tetap fokus agar bisa mendapatkan petunjuk mengenai anaknya.
Rekaman yang mengarah ke dalam mobil itu jelas sekali memperlihat semua yang terjadi sebelum kecelakaan itu. Bahkan setelah kecelakaan pun semua terlihat jelas.
Bagamana bayinya yang baru lahir itu menangis di pangkuan Meli yang tak bisa memberikan ASI. Hingga saat anaknya terhimpit ketika mobil berguling dan berakhir terjepit tangan Meli yang sudah berlumuran darah.
"Anakku," lirih Andreas saat melihat bagaimana anaknya menangis dalam mobil yang sudah terbalik itu.
Hingga sesuatu yang di luar dugaan pun terjadi, Andreas membelalakkan kedua matanya saat melihat ada orang lain yang menolong bayinya. Bahkan suara wanita itu juga terdengar saat membujuk anaknya agar diam, karena memang rekaman itu ada suaranya.
Hingga rekaman berakhir saat terjadi ledakan dan kebakaran mobil yang kecelakaan itu.
"Jadi anakku memang masih hidup dan dia selamat. Perempuan itu yang telah menolong anakku, siapa dia? Apa dia sempat dikatakan Polisi? Tapi apa benar dia atau hanya kebetulan saja."
Andreas terus memikirkan segala kemungkinan karena ia memang tak tahu siapa yang telah menolong anaknya. Tapi ia harus mencari dua orang itu, pertama orang yang menolong anaknya yang wajahnya hanya terlihat sepintas serta orang yang sudah menghubungi pihak kepolisian.
"Ayana Gito dan kamu wanita penyelamat bayiku, aku pastikan kalian akan ku temukan."
Semangat Andreas meningkat berlipat-lipat saat mendapatkan petunjuk tentang anaknya yang masih hidup.
"Tunggu Papa, Nak."