Ketika dunia manusia tiba-tiba terhubung dengan dimensi lain, Bumi terperangkap dalam kehancuran yang tak terbayangkan. Portal-portal misterius menghubungkan dua realitas yang sangat berbeda—satu dipenuhi dengan teknologi canggih, sementara lainnya dihuni oleh makhluk-makhluk magis dan sihir kuno. Dalam sekejap, kota-kota besar runtuh, peradaban manusia hancur, dan dunia yang dulu familiar kini menjadi medan pertempuran antara teknologi yang gagal dan kekuatan magis yang tak terkendali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rein Lionheart, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33. Terbukanya Dunia Terlarang
Tiba-tiba, sesuatu yang jauh lebih menakutkan menyentuh kesadarannya. Sebuah suara berat yang menggetarkan seluruh tubuhnya, lebih dalam daripada suara alam semesta itu sendiri, bergema dalam benaknya.
"Kael, kau telah membuka gerbang yang terlarang..."
Kael terkejut, hampir kehilangan pegangan pada artefak yang kini semakin panas di tangannya. Itu bukan hanya suara, tapi sebuah kekuatan yang berbicara langsung ke jiwanya. Sebuah kekuatan yang jauh lebih tua, yang bahkan melebihi ingatan dunia yang telah hancur ini. "Siapa... siapa kamu?" Kael berusaha bertanya, namun suaranya hampir tak terdengar.
“Aku adalah sisa-sisa dari dunia yang telah lama terbuang. Dulu, kami adalah penjaga keseimbangan antara dua dunia, tetapi kami gagal. Dan sekarang, kamu... kamu yang membangunkannya kembali.”
Mata Kael melebar saat menyadari bahwa ia tidak hanya berurusan dengan artefak biasa. Apa yang kini ada di tangannya bukan sekadar benda yang memberikan kekuatan, melainkan sebuah entitas yang mengandung memori dan sejarah yang terlupakan. Ada kekuatan yang lebih besar yang telah dia bangunkan—sebuah ancaman yang bahkan para penjaga dunia tidak mampu menghalangi.
"Ini bukan hanya soal teknologi..." Kael berbicara pelan, suaranya terhenti sejenak saat dia mencerna kata-kata itu. "Ini tentang dunia yang bertabrakan... tentang dua dunia yang bergabung. Dan kini, aku terjebak di dalamnya."
Saat itu, tubuh Kael bergetar lebih hebat, dan sesaat kemudian, ruangan itu mengeluarkan ledakan cahaya yang menyilaukan. Semua mesin, semua teknologi di sekitar mereka hidup kembali, menyala dengan energi yang sepertinya melampaui apa pun yang bisa dipahami oleh manusia.
Kael mencoba menahan artefak itu, namun energi yang datang darinya terlalu kuat. Dalam sekejap, dunia di sekelilingnya pecah—ruangan itu mulai hancur, seolah-olah ruang dan waktu tidak lagi mampu mempertahankan keberadaannya. Ceryn yang berdiri di belakangnya terlempar, terhempas oleh gelombang kekuatan yang dihasilkan dari artefak itu.
Namun sebelum dunia benar-benar runtuh, sebuah suara lain terdengar, sebuah suara yang lebih lembut dan lebih manusiawi, namun tidak kalah menakutkan.
“Kael… kami harus berhenti sebelum terlambat.”
Kael terhuyung, kesadarannya mulai kabur. Suara itu datang dari dalam dirinya, seolah itu adalah suara dari dirinya yang lain—mungkin dari seseorang yang sudah lama hilang. Dulu, suara itu milik seseorang yang mencoba memperingatkannya, namun Kael tidak pernah mendengarnya.
Saat itu, tubuhnya jatuh ke tanah, tetapi tidak ada rasa sakit. Yang ada hanyalah suara yang terus bergema di dalam pikirannya.
“Kamu adalah satu-satunya yang bisa mengendalikan ini... tapi kamu harus tahu, Kael. Dunia yang kamu kenal tidak akan pernah sama lagi. Dunia yang terbentuk di antara kedua dunia ini tidak akan pernah berhenti berubah. Bahkan jika kamu memegang artefak ini, kekuatan yang terkandung di dalamnya adalah penghancuran.”
Kael menatap tangan yang masih memegang artefak itu. Kini, dunia terasa hampa. Tidak ada yang tahu berapa lama waktu berlalu, dan Kael sendiri mulai merasakan kelelahan luar biasa. Namun satu hal yang pasti: dia kini berada di titik di mana tidak ada jalan mundur.
Ceryn berlari ke arahnya, wajahnya dipenuhi kecemasan. “Kael! Apa yang terjadi?” teriaknya.
Kael menatapnya dengan mata yang setengah tertutup, berusaha untuk bangkit. "Ceryn... kita sudah mengaktifkan sesuatu yang lebih besar dari yang kita kira. Dunia ini tidak hanya bergabung dengan dunia lain, tetapi terancam akan terpecah menjadi bagian-bagian yang tak bisa diperbaiki. Ini adalah konsekuensi dari kebangkitan ini."
Ceryn menggenggam tangannya, matanya memancarkan rasa takut yang sama. "Apa yang kita lakukan sekarang? Bagaimana kita menghentikannya?"
Kael mengangkat artefak itu sekali lagi, merasa bebannya semakin berat, namun juga tak terbantahkan. "Kita tidak menghentikannya, Ceryn. Kita harus menyesuaikan diri. Kita harus menghadapi kenyataan bahwa dunia ini sedang berubah—dan kita harus siap menghadapinya."
Dengan kata-kata itu, Kael berdiri, menggenggam Vanguard-9 yang kini terasa semakin terhubung dengan dirinya. Di tangannya, artefak itu mulai menyala dengan warna yang lebih terang, seolah siap untuk membuka pintu baru yang lebih besar lagi.
Saat itu, Kael tahu satu hal pasti: perjalanan ini baru saja dimulai, dan ancaman yang lebih besar kini telah terbangun. Dunia yang mereka kenal kini sudah tidak ada lagi, dan yang tinggal hanyalah sebuah takdir yang harus mereka hadapi bersama.
Kael berdiri di tengah reruntuhan ruangan yang kini dipenuhi dengan kilauan cahaya aneh. Seluruh dunia terasa berubah dalam sekejap, seolah-olah realitas yang mereka kenal sebelumnya mulai mengelupas, digantikan oleh sesuatu yang lebih asing dan tak terduga. Meskipun sejenak tak mampu bergerak karena kelelahan dan kebingungan, Kael merasakan adanya dorongan kuat dalam dirinya, seakan suara-suara yang telah lama terkubur dalam benaknya kembali muncul, memberinya kekuatan dan peringatan yang tak terucapkan.
Ceryn berdiri di sampingnya, wajahnya penuh kecemasan. "Kael... apa yang kita lakukan sekarang?" tanyanya, suara penuh ketegangan. Namun, ada juga kilatan tekad di matanya, tak ingin menyerah meskipun segala sesuatu di sekitar mereka terasa hancur.
Kael menatap artefak itu dengan perasaan campur aduk—takut, bingung, namun juga tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. Ia bisa merasakan kekuatan yang ada di dalamnya, sebuah energi yang sangat kuat, begitu kuat hingga bisa merusak segala sesuatu dalam jangkauannya. Tetapi pada saat yang sama, Kael juga merasa adanya sesuatu yang jauh lebih besar, lebih gelap, yang siap melibatkan dirinya dalam pertempuran yang tak akan ada habisnya.
"Kita tidak bisa mundur sekarang," kata Kael dengan suara yang berat. "Kita baru saja membangkitkan sesuatu yang jauh lebih besar dari apa yang kita pikirkan. Dunia ini... dunia yang kita kenal, akan segera berubah. Tidak ada tempat yang aman lagi."
Ceryn menggigit bibirnya, namun ia tidak mundur. "Tapi, Kael... ada sesuatu yang aneh. Sesuatu yang terhubung dengan artefak itu. Apa yang terjadi padamu? Aku merasakan ada perubahan besar pada dirimu."
Kael menghela napas panjang, memejamkan mata untuk sejenak, mencoba merasakan apa yang sedang terjadi padanya. Ia bisa merasakan tubuhnya semakin terhubung dengan Vanguard-9, namun ada sesuatu yang lebih dalam lagi—sebuah energi yang meresap ke dalam dirinya, tidak hanya dari teknologi, tapi juga dari semacam kekuatan jiwa yang sangat kuat.
"Tidak hanya aku yang terpengaruh oleh artefak ini," Kael mulai berbicara, dengan suara yang lebih tenang. "Ada sesuatu yang lebih besar yang terhubung dengan apa yang telah kita bangunkan. Entitas yang disebutkan tadi... itu adalah suara yang datang dari dunia yang telah bergabung dengan dunia ini. Mereka yang mencoba mengendalikan kekuatan ini jauh sebelum kita."
Ceryn mengerutkan kening. "Tapi apa yang mereka inginkan? Kenapa mereka meninggalkan peringatan itu?"
Kael menggenggam artefak itu lebih erat, matanya menyipit, berusaha mencari jawaban. "Mereka ingin kita memahami bahwa kita sedang berada di persimpangan jalan yang sangat berbahaya. Kekuatan ini, kekuatan yang terkandung dalam artefak ini, bisa membawa kehancuran jika tidak dikendalikan dengan benar. Mereka yang dulu mencoba mengendalikan dunia ini... mereka gagal. Dan sekarang, kita yang harus melanjutkan pekerjaan itu."
Tiba-tiba, seberkas cahaya biru yang sangat terang menyinari ruangan tersebut. Kael dan Ceryn berbalik, melihat sebuah portal yang terbuka perlahan di tengah ruangan. Portal itu tidak seperti apa yang mereka kenal. Tidak ada pemancar energi yang jelas, hanya ruang kosong yang membesar di hadapan mereka. Sesuatu yang mengarah pada tempat yang tidak mereka tahu.
"Ini... apa?" tanya Ceryn, matanya terbelalak.
Kael menatap portal itu dengan hati yang berdebar. "Kita tidak punya pilihan lain selain memasuki itu," jawabnya. "Ini adalah jalur yang harus kita ambil jika kita ingin mengerti lebih banyak tentang apa yang terjadi pada dunia ini, dan bagaimana kita bisa mengendalikan kekuatan ini."
Namun, sebelum Kael bisa melangkah lebih jauh, suara yang sama yang menggetarkan kesadarannya kembali terdengar, lebih kuat dan lebih jelas dari sebelumnya.
“Kael... Dunia ini tidak akan pernah bisa kembali seperti semula. Kekuatan yang terhubung dengan artefak ini adalah kunci untuk membuka jalan bagi dua dunia yang bertabrakan. Kamu harus memutuskan, Kael. Apakah kamu ingin melanjutkan perjalanan ini, atau membiarkan dunia ini hancur tanpa pertarungan?”
Kael merasakan getaran itu hingga ke tulang-tulangnya, merasa seperti setiap keputusan yang ia ambil akan mengubah segalanya. Meskipun portal di hadapannya tampak mengundang, Kael merasa seakan dirinya berada di ujung jurang, dihadapkan pada pilihan yang akan menentukan takdirnya dan seluruh dunia yang kini ada di ambang kehancuran.
"Aku tidak bisa mundur," kata Kael, suara penuh keteguhan. "Ini adalah jalan yang harus kutempuh. Dunia ini tidak akan mati begitu saja. Jika kita bisa menemukan cara untuk mengendalikan artefak ini, mungkin kita bisa mengembalikan keseimbangan. Dan aku akan melakukannya dengan cara apapun."
Dengan tekad yang membara, Kael melangkah maju, memasuki portal yang terbuka di hadapannya. Ceryn, meskipun ragu, mengikuti di belakangnya, tidak ada kata yang terucap. Hanya ada satu tujuan—menyelesaikan takdir yang sudah terjalin dengan kekuatan yang mereka pegang.