***
Karena kebodohannya sendiri, Grace harus menghadapi sebuah insiden tak terduga di dalam hidupnya. Dimana dia terpaksa harus terlibat dengan seorang laki-laki yang ia temui disebuah club. Saat itu dia mendapatkan dare untuk mencium seorang pria random disana. Namun sayangnya karena ciuman sialan itu mengantarkannya pada sebuah penyesalan yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Pria yang ia cium itu ternyata bukan orang yang sembarangan. Dia merupakan CEO dari sebuah perusahaan besar yang sangat berpengaruh sekali. Karena pengaruhnya itulah mau tak mau Grace harus membayar mahal atas tindakan bodohnya malam itu.
Akankah Grace sanggup membayar hal tersebut?
***
HALLO GUYS IM BACK!!!
BIJAK DALAM MEMBACA YA! BANYAK MENGANDUNG UMPATAN, DAN TENTU SAJA ADEGAN YG HM-HM. DOSA DITANGGUNG SENDIRI. SIAP-SIAP BAPER WKWK.
Ig : oviealkhsndi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ovie NurAisyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
***
"Bukankah kau itu pengangguran? Apa kau masih memiliki pekerjaan lain selain disini?"
Grace memutar bola matanya malas. Apakah pengangguran sepertinya tidak boleh bersantai di malam hari? Dia ini manusia, mau ada pekerjaan atau tidak, istirahat tetap nomor satu baginya. Apalagi rebahan, Grace ini peminat nomor satu rebahan di dunia. Jika saja tidak perlu adanya bekerja untuk mendapatkan uang, mungkin selamanya dia akan memilih diam dan rebahan saja. Tapi tentu saja itu tidak mungkin. Dia manusia dan mahluk hidup.
"Apakah pengangguran tidak bisa istirahat dengan normal? Hanya kalangan pekerja saja yang boleh beristirahat?" tanya Grace balik.
"Ini hanya sampai jam sembilan malam. Saya juga tidak mungkin membiarkan kamu bekerja sampai larut malam."
Grace menghela nafasnya lagi. Entah mengapa saat berhadapan dengan pria ini, dia jadi sering sekali menghela nafas. Seolah itu adalah hal yang wajib dilakukan.
"Intinya, aku hanya akan bekerja sampai pukul empat sore. Sama seperti karyawan lain. Tidak ada lagi tawar menawar. Sekarang aku akan ke ruangan ku dan memulai pekerjaan ku. Oh iya, jangan lupa minta pada Daren untuk mengirimkan jadwal mu selama satu minggu ini ke email yang tertera di surat lamaran ku. Terima kasih," putus Grace seraya bangkit dan pergi dari hadapan pria ini.
Muak rasanya. Dia memang boss disini, tapi tidak perlu semuanya sesuai dengan keinginannya kan? Menyebalkan! Jika saja Grace tidak terikat perjanjian itu, mungkin dia lebih memilih melamar di perusahaan Baylee atau pun Collin's.
Grace menyimpan tas tentengnya dan duduk di kursinya. Tak lupa ia langsung menyalakan komputer di depannya dan memasukan email non pribadinya ke komputer ini. Email ini ia gunakan hanya untuk bekerja saja. Sementara email pribadinya tentu saja memiliki nama lengkapnya yang asli.
Sementara itu diruangan tadi, Atlas hanya terdiam melihat reaksi gadis itu. Ternyata dia tidak kenal takut dengannya. Padahal disini posisi dia sebagai bossnya, dia juga yang menggaji gadis itu. Sepertinya Atlas akan mendapatkan banyak cobaan setelah menerima gadis itu menjadi sekretarisnya. Apalagi dia juga malah jadi kekasih pura-puranya.
***
Kabar tentang pengangkatan Grace sebagai sekretaris pribadi Atlas tentu saja langsung terdengar oleh semua telinga orang-orang yang ada di kantor ini. Mereka bahkan tidak segan langsung menggunjing dan membicarakannya. Baik secara langsung atau melalui pesan pribadi. Bahkan parahnya, langsung muncul gosip di grup kantor. Yang mana tentu saja semua karyawan masuk di grup ini, termasuk Grace.
Seusai mengatur ulang jadwal Atlas, atensi Grace langsung teralih pada grup chat tersebut. Notifnya sangat bejibun sekali, dia hanya diam dan menyimak apa yang dibicarakan orang di grup ini.
"Kesalahan besar gue masuk perusahaan ini. Mana langsung jadi sekretaris pribadi," gumamnya pelan.
Grace memijat pelan kepalanya. Tak sengaja ia melirik ke arah depan, dimana kaca pembatas antara ruangan tempat ia bekerja dan ruangan tempat Atlas bekerja berada. Disana dia melihat pria itu tengah asik berkutat dengan laptop di depannya. Bahkan disampingnya ada banyak sekali tumpukan map yang sepertinya harus segera ia selesaikan.
"Pantes aja gue jadi gunjingan orang kantor, orang bossnya aja bentukannya begitu. Nasib-nasib," gumamnya lagi.
Karena kepalanya mendadak pening, ia membutuhkan kopi. Grace pun berjalan keluar ruangannya dan masuk ke satu ruangan yang disebut pantry. Disana ada banyak jenis kopi ternyata. Entahlah, Grace tidak familiar dengan kopi karena dia bukan penikmat kopi. Dia hanya minum sesekali saja, itu pun jika sedang pening.
"Sekalian buatkan saya kopi."
"BUSET!!"
Grace terlonjak kaget saat mendengar suara yang tiba-tiba saja berbunyi. Ia celingukan kesana kemari mencari siapa orang yang baru saja berbicara, tapi sayangnya tidak ada siapa pun disini. Hanya ada dia.
"Buatkan saya kopi, Gracellina."
Tatapan Grace melirik ke arah microphone yang menempel di dinding. Ternyata suara itu berasal dari sana. Dengusannya terdengar cukup keras, Grace kembali kesal.
"YA!"
Dengan malas Grace pun membuatkan kopi untuk bossnya itu. Tidak tahu apakah ini akan enak atau tidak. Yang jelas dia menakarnya sesuai dengan feelingnya saja.
Sebelum masuk, Grace lebih dulu mengetuk pintu di depannya. Setelah diijinkan, ia pun baru masuk. Dia tidak lama ada disana, setelah sampai di dalam ruangan, ia langsung menyimpan kopi itu di meja Atlas dan pergi begitu saja.
"Tunggu," tahan Atlas.
"Kenapa lagi?"
"Tolong bantu cek map-map ini. Kalau ada angka yang tidak sesuai tandai dan print yang baru."
"Baik, pak."
Atlas seketika mengangkat alisnya saat mendengar nada 'Pak' dari Grace. Ia pun mengangkat pandangannya dan melirik aneh ke arah gadis ini. Tumben.
"Hanya ini?" tanya Grace.
"Yup."
Grace pun segera membawa map-map itu keluar dari dalam ruangan laknut ini dan segera masuk ke dalam ruangannya sendiri. Sedangkan Atlas, dia langsung mencoba kopi buatan gadis itu. Mendadak ia terdiam, kenapa rasa kopinya... enak?
***
Tepat pukul tiga empat puluh sore, Grace baru menyelesaikan pekerjaannya. Map yang semula hanya berjumlah lima malah semakin bertambah ketika Daren memberikannya lagi dua tumpukan map. Satu tumpukan map dan yang lima tadi sudah selesai ia kerjakan dan tinggal dibawa ke meja Atlas.
Grace meregangkan ototnya yang terasa kaku. Baru kali ini dia benar-benar bekerja, biasanya dia selalu leha-leha ketika bekerja di kantor biasa. Mungkin juga karena tuntutan dia jadi bekerja sepenuh hati tanpa sadar.
Karena sibuk bekerja, Grace tentu saja melupakan sarapannya. Hal ini sudah biasa terjadi sejak dulu, makanya dia terkena penyakit lambung. Dengan cepat Grace membuka kotak bekal makanan yang dibawakan oleh ibu Lita. Makanannya sudah dingin, tapi sudah lah tak apa. Dia akan tetap memakannya.
Sejak siang tadi, Atlas tidak ada di ruangannya. Pria itu pergi entah kemana. Grace tidak peduli juga. Akhirnya dia bisa makan dengan tenang tanpa gangguan dan suruhan dari pria itu. Berhubung pekerjaannya sudah selesai dan masih ada waktu, akhirnya ia pun makan dengan tenang.
Tadi Daren mengatakan jika tidak perlu menyelesaikan semuanya sekarang. Jadi ya sudah, sisanya besok saja.
Saking fokusnya makan sembari menonton, Grace tidak sadar jika Atlas sudah kembali ke ruangannya dan sejak tadi pria itu memperhatikannya makan. Entah apa tujuannya, yang jelas setelah ia datang ke ruangannya dan melirik ke samping, ia melihat gadis itu asik makan sembari menonton.
"Apa dia keluar saat jam istirahat tadi?" tanyanya pada Daren.
"Tidak, tuan. Nona Grace hanya diam di ruangannya dan menyelesaikan setengah map yang saya berikan. Sepertinya nona juga enggan keluar karena sikap karyawan yang sudah membicarakannya di grup kantor."
tbc.
kemarin cuma up 1 bab, biasalah lg ga mud
kalau mau kan mesti Sah in dulu aduhhh bang sabar Napa bang
cuman belum sampai perkenalan aja ini duh Thor lanjut
sorry Thor Baru sempet baca
takut kecebur dalam cinta karena kepura-puraan .....💪💪