Dante Witama sang mafia kelas kakap, pria cuek dan berdarah dingin ini. Tidak akan pernah segan-segan, untuk menghakimi seseorang yang telah berbuat salah kepadanya. Beliau akan menghormati orang yang medikasikan, untuk bekerja sama dengan cara baik dengannya.
Putri seseorang rekan kerjanya Andika, harus siap menelan pil pahit dalam hidupnya. Karena kedua Orang tuanya, telah dibunuh oleh Dante Witama. Karena telah menggelapkan uang perusahaan senilai 30 triliun, untuk dipakai bersenang-senang.
Pada akhirnya putri Andika, bernama Jeslin, harus siap menjadi istri dari mafia kejam itu, sebagai balasan perbuatan ayahnya, telah menggelapkan uang perusahaan. Jeslin berada dalam jeruji penderitaan, tidak pernah merasakan bahagia, semenjak menikah dengan Dante. Karena Dante menjadikan dirinya layaknya budak.
Apakah suatu hari ini Jeslin, akan mampu meluluhkan hati mafia kelas kakap yang dingin dan kejam ini? Yuk ikuti kisah keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah
Jeslin sering dianggap hina oleh Dante, karena Orang tuanya pengelap uang perusahaan. Sampai saat ini Dante selalu memperlakukan Jeslin dengan semena-mena. Satu bulan pernikahan kontrak berjalan. Dante semakin menyiksa wanita itu, sehingga membuat Jeslin semakin banyak makan hati.
Bahkan, Jeslin sudah menjadi istrinya. Selalu diajak untuk berhubungan suami istri. Sehingga membuat Jeslin harus rela, semuanya direnggut oleh pria itu. Jeslin kini tidak mempunyai siapa-siapa lagi, demi bertahan hidup. Wanita ini mencoba bergantung kepada Dante. Sekaligus akan membalas kematian kedua Orang tuanya.
Hari berganti bulan mafia kelas kakap itu, semakin sering menyiksa Jeslin. Sebagai seorang istri, Jeslin harus paham betul tentang selera suaminya dalam berpakaian. Jadi istrinya harus pintar memilih baju kemeja yang cocok, untuk dipakai bekerja di kantor. Dante tak suka dengan warna baju yang terlalu mencolok.
Pagi itu Jeslin salah memilih mengambilkan baju untuk Dante. Jeslin menaruh kemeja berwarna biru tua di atas tempat tidur. Dante tak suka dengan warna biru. Bahkan, memarahi istrinya untuk membuang baju dari lemari, jika warnanya berwarna biru.
"Jeslinnnnnnnnnn ...," panggil pria itu berteriak dari dalam kamar.
Jeslin mengenakan daster berwarna biru. Segera menghampiri Dante di kamar saat itu, teriakan pria itu sangat kencang, sehingga membuat gendang telinganya hampir pecah saat itu. Jeslin memakai daster berwarna biru, semakin membuat Dante semakin murka.
"Ada apa? Mengapa kamu berteriak-teriak?" tanya Jeslin serius.
"Ganti daster kamu! Jangan pernah mengenakan baju apa pun itu berwarna biru. Sakit mata saya ketika kamu memakai warna biru," teriak Dante meminta Jeslin segera ganti, wajahnya sangat merah.
Jeslin ketakutan, panik dan takut mendapatkan tamparan dari pria tampan, tinggi 180 cm itu. Jeslin sangat ketakutan tanpa banyak bertanya, Jeslin berlari mengganti pakaiannya. Lalu menghadap kearah Dante saat itu.
"Ada apa kok teriak-teriak?" tanya Jeslin terbata-bata. Pelafalan nada bicaranya kurang jelas pada saat itu.
"Ada apa kamu bilang? Lihat! Ini warna apa baju kemejanya ...?" seru Dante. Menunjukan dihadapan Jeslin baju berwarna biru tua.
Jeslin semakin takut salah karena pria itu sangat keras kepala. Pria itu tidak pernah mau disalahkan dalam hal apapun itu. Dia selalu merasa paling benar sendiri.
"Warna biru ...," jawab Jeslin dengan lugu dan polos.
"Kamu tahu saya tidak menyukai warna biru. Itu baju teman saya, jadi jangan disentuh dilemari. Tugas kamu saat ini, kalau ada baju warna biru didalam lemari. Tolong kamu buang jauh-jauh. Sakit kepala saya kalau melihat baju berwarna biru." Dante menyimpan rahasia besar, baju berwarna biru membuatnya trauma.
Sontak saja Jeslin heran dengan pernyataan pria itu. Alasan apa pria itu tidak menyukai baju berwarna biru? Padahal baju warna biru, cocok saja dipakai oleh siapa pun. Termasuk cocok dengan perpaduan kulit Dante.
"Boleh aku tahu, alasan kamu tidak menyukai warna biru ...?" tanya Jeslin, kepada Dante.
Dante murka kepada Jeslin, saat wanita itu banyak tanya. Bukan urusan Jeslin untuk ikut campur kedalam permasalahan ini. Dante tidak akan pernah memberitahu kepada siapa pun. Mengapa dia sangat benci dengan orang yang memakai baju berwarna biru. Bahkan! Ada larangan di kantor Dante. Tak boleh ada seorang pun yang mengenakan baju berwarna biru. Jika ada yang ketahuan! Maka Dante tidak akan segan-segan memecatnya.
"Sudah! Gak usah banyak tanya! Pokoknya, kamu keluarkan baju teman saya dari lemari berwarna biru. Saya tidak mau melihat baju itu didalam lemari lagi. Jika ada saya lihat, saya tidak akan segan-segan menghukum kamu!" Dante menatap wanita itu, meminta untuk membereskan semuanya.
"Okey ...."
Mafia kelas kakap itu memeriksa lemari, mengambil baju berwarna putih. Dante langsung memakai baju tersebut. Sehingga membuat Jeslin semakin heran! Mengapa suaminya menyukai baju berwarna putih, hitam, coklat dan hijau.
Ketika Jeslin sedang memeriksa lemari suaminya. Jeslin mendapati semua pakaian Dante hanya ada 4 warna saja, berbeda model. Percuma mempunyai banyak baju, tetapi hanya menyukai 4 warna saja. Hanya ada satu baju yang berwarna pink, baju yang telah dia keluarkan dari lemari.
"Gimana masih ada baju berwarna biru ...?" tanya Dante serius kearah Jeslin.
"T-Tidak ada. Kamu hanya ada 4 warna saja didalam lemari, Iya?" tanya Jeslin kepada Dante.
"Iya. Terus ada masalah apa dengan kamu?" tanya balik Dante kearah Jeslin. Pandangan pria itu begitu tajam menatap mata wanita itu.
"Gak ada masalah apa-apa. Cuma aku agak bingung aja sama kamu. Mengapa sih hanya 4 warna saja didalam lemari. Padahal punya banyak uang. Sayang sekali seleranya cuma 4 warna," jawab Jeslin sinis.
"Diam! Jangan bicara lagi. Jangan sampai mulut kamu saya robek. Cara bicara kamu sangat tidak sopan sekali," seru Dante, meminta Jeslin untuk diam.
Jeslin akhirnya diam tak berani untuk bertanya lagi. Wanita itu memilih tidak ambil pusing. Dari pada sakit hati sendiri, lebih baik diam pada saat itu.
"Oke. Aku akan diam."
"Sana siapkan sarapan untuk saya," perintah Dante.
"Tak perlu diomongi lagi, masalah buatkan sarapan lagi. Saya tidak pernah lupa dengan tugas saya. Sudah saya siapkan di meja makan saat ini," jawab Jeslin tersenyum tipis.
Sebagai anak sebatang kara dan tidak mempunyai siapa-siapa lagi. Jeslin berusaha tegar dihadapan Dante. Dirinya tidak ingin menampakan semua kesedihan itu lagi. Kini Jeslin berusaha untuk melanjutkan hidup, walaupun jalan yang dilalui terasa sangat sulit.
"Oh. Kalau begitu bakar satu helai baju kemeja berwarna biru ini." Perintah pria itu lagi, meminta Jeslin untuk membakarnya.
Sangat mubazir jika membakar barang yang masih bagus. Jeslin berusaha untuk memberikan masukan kepada suami. Baju itu diberikan kepada Orang lain saja.
"Jangan dibuang bajunya. Gimana kalau diberikan kepada yang membutuhkan?" ucap Jeslin memperhatikan baju tersebut, masih tampak bagus.
"Tidak perlu diberikan kepada Orang lain. Saya minta kamu untuk membakarnya." Dante tetap menyuruh istrinya, untuk membakar baju tersebut.
"Oke."
Akhirnya tanpa pikir panjang lagi, Jeslin segera membakar baju tersebut. Jeslin menjadi curiga kepada suaminya, begitu tidak menyukai baju berwarna biru. Padahal baju warna biru itu, sangat cantik untuk dipakai oleh siapa pun. Jeslin salah satunya sangat menyukai warna biru.
"Aneh dia bisa-bisanya tidak menyukai baju berwarna biru," gumam Jeslin, ketika membakar baju kemeja biru itu di tong sampah.
Jeslin masih penasaran sampai saat ini, didalam hatinya masih bertanya-tanya. Jeslin berusaha mencari tahu tentang kelemahan pria itu saat ini. Dimana letak kelemahan pria itu saat ini. Supaya dendam bisa dibalaskan dengan secepatnya. Jeslin tak sabar menantikan karma itu berlaku.