Yang bocil minggir dulu ya🙃
Sinopsis 👇
Mina tidak tahu ada apa dengan hubungan kakak dan kakak iparnya. Di luar mereka tampak baik tapi sebenarnya mereka menyembunyikan sesuatu.
Berawal dari penasaran, Mina memutuskan menyelidiki keduanya. Ternyata benar. Di apartemen tempat tinggal mereka, mereka bahkan tidur terpisah. Mina yang dasarnya mulut ember itu ingin melapor ke mamanya. Sayangnya sebelum berhasil, ia ketahuan oleh Foster, kakak iparnya.
Dan yang tidak pernah Mina duga, Foster malah memaksanya bermain api dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 5
"Adikku magang dikantormu?" Iren memandang Foster dari sofa. Ia baru tahu Mina magang dikantor Foster dari salah satu karyawan pria itu yang cukup akrab dengannya. Keduanya telah selesai dengan pekerjaan mereka masing-masing dan sekarang sudah di rumah. Rumah itu dibeli Foster ketika mereka menikah. Tentu saja atas namanya. Karena Iren hanya berstatus sebagai istri kontrak. Foster akan mengubah nama pemilik rumah kalau Mina sudah menjadi miliknya nanti. Pria itu tidak tahu apa yang terjadi dengannya, tapi sekarang dia sangat tergila-gila pada adik iparnya.
"Ya, baru masuk hari ini." sahut Foster tanpa menatap Iren. Ia lebih tertarik dengan iped miliknya.
"Dengar, kau harus menjaga adikku baik-baik. Dia terbiasa dimanjakan, aku tidak ingin ada yang merundungnya dikantor. Bagaimanapun caranya, kau harus memperhatikan semua karyawanmu agar mereka tidak terlalu mempersulitnya." ujar Iren panjang lebar. Walau ia tipe wanita karir yang dari luar tampaknya lebih mementingkan dirinya sendiri, tapi sebenarnya dia adalah sosok kakak yang perhatian pada adiknya. Mereka sekeluarga sangat sayang pada Mina. Makanya apapun yang Mina minta selalu diturutin.
"Foster, kau dengar aku kan?" ulang Iren. Kali ini Foster menaikkan wajah menatapnya.
"Kau tidak perlu khawatir, tanpa kau bilang aku memang akan menjaganya." balas pria itu.
"Ah benar, kau memang menyukai adikku." Foster menatap Iren. Celi sekali matanya.
"Kau tahu dari mana?" tanyanya. Iren tergelak.
"Aku tidak sengaja menemukan fotonya yang ada dibawah bantalmu." mata Foster melotot.
"Kau masuk ke kamarku? Bukankah sudah jelas aku melarangmu masuk ke dalam ruangan pribadiku." pria itu memicingkan matanya ke Iren, ia tidak suka ada orang lain yang masuk ke dalam kamar pribadinya. Hanya satu orang yang boleh masuk, tentu saja gadis yang dia inginkan. Siapa lagi kalau bukan Mina. Ia bahkan membayangkan dirinya bercinta dengan Mina dalam kamarnya.
"Maaf-maaf, aku hanya terlalu penasaran dengan laki-laki sepertimu. Aku pikir kau benar-benar gay, seperti kata orang-orang." Iren tertawa pelan. Foster menatapnya jengkel. Kalau tidak mengingat kerjasama mereka dan wanita itu adalah kakak kandung dari gadis yang ingin dia kejar, Foster sudah mengusir Iren dari rumahnya.
"Tapi, apakah kau benar-benar menyukai adikku?" Iren penasaran. Kalau tahu dari awal, Mina saja yang menikah dengan pria kulkas ini. Lihat sekarang, ketika mengangkat topik tentang adiknya, ekspresi Foster jadi tidak semenakutkan tadi.
"Kau keberatan?" pria itu balas bertanya.
"Asal kau tidak menyakitinya saja. Kau tahu aku bisa menjadi kejam ketika orang yang aku sayangi disakiti bukan?" nada bicara Iren sarat akan ancaman. Foster tersenyum tipis. Ini yang dia suka dari Iren, orangnya terbuka dan gampang diajak kerjasama sekaligus to the point.
"Bagaimana kalau aku menghamilinya?" pertanyaannya sontak membuat Iren melotot lalu memandangi pria itu dengan raut wajah tidak percaya.
"Kau gila? Mina masih kuliah. Masa depannya masih panjang, jangan sekali-sekali berpikir untuk merusaknya." semburnya.
"Tapi adikmu sangat menggoda. Aku tidak tahan ingin menyentuhnya, dia juga menikmati permainanku kemarin." Iren melotot.
"Apa katamu? Kau dan Mina, kalian ... Kalian sudah tidur bersama?!" serunya tidak percaya. Adiknya yang polos dan Foster yang kejam, mereka berdua ...
"Aku belum memasukinya. Hanya sedikit menggoda dengan tanganku. Belum sejauh yang kau bayangkan." ingatan Foster kembali pada kejadian kemarin malam. Ia yakin sekali Mina menikmati permainannya.
"Bagaimana kalau kau cari cara membawa adikmu tinggal di sini?" ujar Foster kemudian. Setelah peristiwa kemarin dia merasa terus merindukan Mina dan ingin melihatnya setiap hari, bahkan setiap waktu.
"Untuk apa? Agar kau bisa melampiaskan gairah se ksmu terhadap adikku?" balas Iren merasa keberatan. Foster tertawa.
"Karena hanya adikmu yang bisa membuatku puas. Bahkan hanya dengan melihat wajahnya." laki-laki itu tidak menutupinya. Iren sampai terheran-heran apa yang membuat Foster begitu tergila-gila dengan Mina. Ia tahu adiknya memang menarik, tapi Foster ini terkenal sekali tidak pernah tergoda dengan wanita manapun. Apakah ada sesuatu di dalam diri adiknya yang tidak ada dalam diri wanita lain?
Iren terus berpikir keras. Apa dia setuju saja? Tapi bagaimana kalau laki-laki ini membuang Mina saat dirinya bosan? Foster adalah sosok pria kejam dan tak memandang bulu. Bagaimana kalau adiknya menjadi korban? Iren takut perasaan Foster tidak bertahan lama dan dia akan membuang Mina kalau pria itu sudah bosan.
"Aku tidak ingin Mina dijadikan bahan mainan. Dia adik kesayanganku, kau tahu itu," ucap Iren serius.
"Dan aku tidak pernah menganggap adikmu sebagai mainanku. Aku serius." Foster menatap Iren tak kalau serius. Memang pria itu tidak tampak sedang main-main. Iren bisa merasakan keseriusannya.
"Kalau suatu hari nanti kau menyakitinya, bagaimana?"
Foster tampak berpikir. Perjalanan hubungannya dengan Mina memang masih panjang, ia tidak tahu perasaannya akan bertahan lama atau tidak, tapi saat ini dirinya sangat yakin bahwa ia benar-benar menyukai Mina dan ingin memiliki gadis itu. Seandainya saja dia bisa bercerai secepatnya dengan Iren, sudah dia lakukan. Tak mereka masih memiliki kontrak nikah satu tahun. Artinya dia belum bisa menikahi Mina secepat mungkin seperti yang dia mau. Tapi saat ini, Demi Mina, pria itu bisa mengorbankan banyak hal.
"Nyalakan rekaman ponselmu," katanya menatap Iren. Iren yang bingung hanya mengikuti perkataan pria itu.
"Kalau sampai aku menyakiti adikmu, semua harta milikku akan menjadi miliknya,"
mulut Iren terbuka lebar. Ia tercengang mendengar kalimat yang keluar dari mulut Foster. Semua orang tahu seberapa kayanya pria itu. Benarkah demi Mina dia bisa menyerahkan semua miliknya? Sungguh tidak masuk akal. Tapi ini Foster, setiap hal yang dijanjikan oleh pria itu selalu dapat di percaya.
"Kau puas? Sekarang kau sudah punya buktinya," ujar Foster.
"Baiklah, aku akan membantumu membujuk Mina tinggal di rumah ini." Foster tertawa puas. Semoga secepatnya. Ia sudah tidak sabar melihat Mina tiap kali dirinya bangun pagi. Menggoda gadis itu untuk hanya sekedar melihat pipinya yang merona karena malu.