Hanya karena Fadila berasal dari panti asuhan, sang suami yang awalnya sangat mencintai istrinya lama kelamaan jadi bosan.
Rasa bosan sang suami di sebabkan dari ulah sang ibu sendiri yang tak pernah setuju dengan istri anaknya. Hingga akhirnya menjodohkan seseorang untuk anaknya yang masih beristri.
Perselingkuhan yang di tutupi suami dan ibu mertua Fadila akhirnya terungkap.
Fadila pun di ceraikan oleh suaminya karena hasutan sang ibu. Tapi Fadila cukup cerdik untuk mengatasi masalahnya.
Setelah perceraian Fadila membuktikan dirinya mampu dan menjadi sukses. Hingga kesuksesan itu membawanya bertemu dengan cinta yang baru.
Bagaimana dengan kehidupan Fadila setelah bercerai?
Mampukah Fadila mengatasi semua konflik dalam hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8.
Acara pernikahan yang tadinya berjalan dengan baik dan bahagia. Kini sudah berubah menjadi bencana saat semua orang mengetahui kalau si pengantin wnaita sudah hamil.
Yang lebih mengejutkan lagi, pria yang bertanggung jawab atas hal itu bukanlah si pengantin pria. Si pengantin pria hanyalah penutup aib saja. Begitulah bisik-bisik para tamu di sana.
Belum lagi rekaman tentang kejadian saat Febri menarik kuat rambut Fadila di tangga rumah mereka di tayangkan. Hancurlah acara pernikahan itu dengan pingsannya si tuan pembuat acara.
Saat ini Febri dan Baby serta keluarga lainnya sedang berada di rumah sakit setelah membubarkan pesta.
Febri berdiri diam bagai patung setelah mengetahui kenyataan kalau istrinya sudah hamil. Tapi bukan hamil anaknya, melainkan hamil anak pria lain.
"Astaga, apa maksud semua itu? Jadi kamu hamil anak pria lain?" Ibu Rita menatap menantunya dengan kecewa.
Wanita yang selama ini selalu di bangga-banggakannya. Dia pula yang membawa wanita itu ke dalam rumah tangga anaknya. Namun apa yang di dapatkannya sekarang? Hanya malu yang akan selaku membekas di wajahnya.
"Kenapa kamu bisa berbuat seperti itu, Nak?" Tanya mamanya Baby dengan lirih.
Hati ibu mana yang tidak akan sedih saat mengetahui anaknya berbuat tidak senonoh sampai hamil. Bahkan yang menikahinya bukan ayah dari si bayi. Tapi pria lain yang menjadi korban.
"Maaf, Ma. Aku ... Aku khilaf waktu itu." Baby menundukkan kepalanya takut.
Apa lagi saat ini suaminya hanya diam saja tanpa mengatakan apapun.
"Kamu sungguh memalukan, Baby. Bisa-bisanya aib kamu terbuka di depan banyak orang seperti itu." Seorang wanita yang merupakan tantenya Baby buka suara.
"Itu bukan kemauan aku, Tante. Aku juga gak nyangka kalau bakalan jadi seperti ini." Baby memegangi kepalanya frustasi.
"Bayi yang kamu bilang anak aku itu ternyata anak orang lain. Kamu melimpahkan tanggung jawab pria lain atas bayi itu padaku. Apa aku pernah menyakiti hatimu sebelumnya? Sampai tega kamu melakukan semua ini padaku."
Febri bersuara dengan lirih namun juga penuh kekecewaan. Baru saja ia menceraikan istrinya yang sangat baik dan penurut. Kini ia harus mengetahui fakta menyakitkan ini.
"Maaf, Mas. Aku lakuin itu semua karena aku bingung. Laki-laki itu gak mau tanggung jawab, cuma kamu yang bisa menutupi aib keluargaku."
"Sekarang aku mengerti, alasan kamu ingin ku temani di apartemen waktu itu. Bahkan aku tiba-tiba mabuk dengan penuh gairah. Kamu pasti sudah mencampuri minumanku dengan sesuatu. Lalu menggunakan cairan merah atau darah palsu untuk menipuku kalau aku meperkosamu. Padahal saat itu kamu sudah tidak perawan lagi."
Febri menjabarkan apa yang di pikirkannya saat ingat dulu ia pertama kali melakukan hubungan intim bersama Baby. Tepatnya 2 bulan lalu, padahal selama bersama mereka tak pernah melakukan hubungan terlarang.
Tapi malam itu, Febri benar-benar kehilangan kendali saat berada di apartemen Baby.
"Apa? Kamu bahkan melakukan hal menjijikkan seperti itu pada suamimu? Bahkan dia bukan yang pertama? Astaga, ya Tuhan."
Mamanya Baby memegangi kepalanya yang berdenyut. Kelakuan anaknya sungguh membuatnya shok, bahkan hampir gila saja rasanya.
Febri yang merasa sangat sakit karena di bohongi oleh istrinya memilih pergi. Ibu Rita ikut mengejar anaknya yang sudah berjalan lebih dulu.
Baby mengejar suaminya yang berlalu, ia tak ingin di tinggalkan. Apa lagi sampai di ceraikan karena masalah ini. Febri harus tetal berada di genggamannya agar anaknya memiliki ayah.
"Mas! Kamu mau kemana? Jangan pergi!" Febri terus berjalan tanpa menghiraukan panggilan istrinya.
Baby sudah tertinggal jauh, bahkan Febri sudah mengendarai mobilnya pergi. Baby melakukan panggilan di ponselnya.
"Awasi suamiku, laporkan padaku jika dia menemui wanita lain. Kalau pergi ke bar dan semacamnya, seret dia pulang." Baby langsung mematikan ponselnya setelah memberi perintah pada orang-orangnya.
"Kamu gak akan bisa lepas dariku, Mas." Baby melangkahkan kakinya memasuki rumah sakit kembali.
Obsesi Baby untuk memerangkap Febri sudah semakin besar. Ia akan melakukan segala cara agar suaminya tak pergi meninggalkannya.
Febri sendiri melajukan mobilnya menuju rumahnya. Rumah yang ia beli sebagai hadiah pernikahan untuk Fadila dulu.
Sesampainya di rumah itu, Febri melangkah masuk begitu saja tanpa perduli pada ibunya yang memanggil.
"Febri! Kamu dengar Ibu, tidak." Marah wanita itu yang tak juga di tanggapi.
"Jangan sampai kamu ceraikan, Baby. Dia anak orang kaya walapun hamil anak orang lain. Kamu harus bisa manfaatkan kesalahnya untuk mendapatkan keuntungan besar."
Febri berhenti setelah mendengar ucapan ibunya itu. Pria itu menatap wanita yang melahirkannya dengan malas.
"Apa Ibu belum puas juga melihat kehidupan rumah tanggaku? Mau sampai kapan Ibu terus ikut campur dalam urusan rumah tanggaku, Bu? Selama ini aku sudah menuruti semua kemauan Ibu, sampai aku harus mengabaikan istri yang ku cintai demi, Ibu. Sekarang apa lagi, Bu? Tidak adakah sedikit rasa sedihmu atas apa yang menimpaku ini?"
Febri sungguh sangat frustasi menghadapi ibunya yang tidak pernah memikirkan kebahagiaannya.
"Hala, jangan sok sedih kamu. Untuk apa juga kamu masih pertahankan istri gak bergunamu itu? Walaupun Baby sudah menipu kita dan hamil anak orang lain, setidaknya dia bisa hamil. Nanti setelah anak itu lahir, minta dia melahirkan anakmu. Kamu bisa dapat keuntungan dari itu semua. Sedangkan, Fadila. Apa yang bisa di berikan wanita itu padamu? Cinta? Gak akan bisa kamu hidup kalau cuma karena cinta. Bahkan dia gak bisa kasih kamu anak."
Ibu Rita bicara panjang lebar pada anaknya. Sementara Febri diam mematung kala teringat akan sesuatu.
"Fadila." Pria itu langsung berlari menuju kamarnya di lantai atas.
Di bukanya pintu dan di carinya Fadila di sana dengan perasaan yang tak karuan.
"Fadila! Kamu dimana?" Febri membuka pintu kamar mandi dan tak mendapati keberadaan wanita itu.
"Fadila!" Febri terus mencari keberadana Fadila hingga lantai bawah.
"Bibi, lihat Fadila?" Tanya Febri saat ia bertemu pelayan di rumahnya.
"Gak ada, Tuan. Sejak tiga hari yang lalu sudha pergi keluar kota bersama temannya. Katanya mau menghadiri undangan teman," jawab bibi.
"Pergi kemana? Tadi aku baru saja bertemu dengannya." Teriak Febri kala mencoba menyangkal apa yang telah di lakukannya pada Fadila.
"Untuk apa kamu cari dia lagi, Feb? Lupakan saja dia. Fokus pada istrimu yang sekarang, wanita itu gak berguna sama sekali." Ibu Rita mendekati anaknya yang sedang memegangi kepalanya frustasi.
"Apa yang Ibu tahu, hah? Aku bahkan sudah menceraikan Fadila, dengan talak 3. Semua itu karena hasutan wanita penipu pilihan, Ibu. Sekarang Fadila sudah bukan istriku lagi, semua itu karena, Ibu. Sekarang Ibu puas bukan! Sudah menghancurkan kehidupanku dan rumah tanggaku." Teriak Febri pada ibunya dengan keras.
Setelah mengatakan hal itu, Febri pergi dari hadapan ibunya dan naik ke lantai atas.
"Cih, sekarang saja di hina dan tidak di terima. Lihat nanti kalau kamu sudah mendapatkan harta dari Baby, pasti kamu bakalan senang." Ibu Rita menatap anaknya meremehkan.
"Apa wanita itu pergi membawa pakaian?" Tanya Ibu Rita pada bibi yang merupakan mata-matanya.
"Iya, Nyonya Besar. Koper besar yang sepertinya berisi semua pakaian, apa lagi pakaian nyonya muda sedikit."
"Jangan panggil dia nyonya lagi! Dia hanya gelandangan menyedihkan sekarang."
Ibu Rita berlalu dari dapur meninggalkan bibi setelah mengatakan hal itu. Hatinya sangat puas sekarang, karena snag anak sudah menceraikan Fadila dengan talak 3.