Sky Rain terlalu gengsi untuk mengatakan jika dirinya mencintai sekretarisnya. Dia selalu beralibi, jika perasaannya pada janda seksi itu hanya sekadar penasaran saja.
Meski sudah cukup kentara perhatiannya, bahkan selalu menjadi seseorang yang ikut memisahkan hubungan Lala dengan lelaki- lelaki lain.
Pun, Sky masih tak mau mengakui jika dirinya
memiliki sebongkah ketulusan di hatinya. Malahan, Sky terus menunjukkan kesan jika dia hanya menginginkan seksinya Lala.
"Di luar sana banyak sekali personil Teletubbies yang mengantri untuk aku kencani, Lala!"
Lala menggerutu pelan. "Aku lebih suka kerja lembur dari pada menerima ajakan kencan boss mesum, galak, playboy, narsistik!"
Follow IG: Pasha_Ayu14 untuk tahu visual para tokoh Pasha yang menggemaskan ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKB bab 18
Sky pikir, ... sejauh dia mengenal Lala, wanita itu takkan menyerah kalau hanya diancam dengan pemecatan sepihak, potong gaji atau lain sebagainya.
Lala wanita tangguh yang bisa mencari jalan keluar dari kesulitan finansial. Jika tidak di kantor Sky, mungkin berjualan ikan keliling.
Malahan, Sky yang tidak tega ketika Lala bertahan dengan uang tak seberapa. Itulah kenapa, Sky memutuskan untuk memberikan pengobatan gratis di Rumah Sakit ternama.
Demi tak membebani Lala, diam- diam Sky yang menanggung semua biaya terapi berkala Rahmi. Ternyata, perlahan, hari demi hari yang Lala lalui menjadi berbeda.
Sepertinya selama ini aura wanita itu disertai pemikiran kalut. Memikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang untuk ibunya.
Namun, setelah satu bulan tak dibebani oleh biaya RS, paras Lala kian merona. Mungkin ini yang dinamakan the power of inner beauty.
Lala semakin menggoda, dan memandangi wajah Lala, menjadi hobi Sky sedari wanita itu masih berstatus gadis. Sky ingat ketika pertama kali Lala datang ke kantor dengan pakaian yang amat sangat cupu.
Sedikit demi sedikit Sky ajarkan Lala cara berbusana dan memilih merek. Yah, dia suka membelikan baju, sepatu, alasannya selalu sama, Sky tak bisa berdekatan dengan wanita bau, dekil, dan dibalut pakaian murah.
Di awal, Lala mungkin mengambil hati ucapan ketus Sky, tapi lama kelamaan wanita itu mulai terbiasa. Mulut Sky memang pedas level gledek, dan begitulah watak Sky.
Kelebihan yang menonjol dari Lala, bodynya dan cara interaksinya yang langsung bisa menggetarkan jiwa Sky. Hanya saja, jika dia mengakuinya sedari dulu, maka dia telah kalah pada janjinya sedari lama.
Yah, janji setia pada Leona. Sore kemarin, Sky berziarah kubur, mendatangi makam Leona dan izin untuk menikah lagi.
Sky juga terkekeh meremehkan kesetiaan yang setipis kulit ari salak. Sky Rain mengaku tergoda oleh perempuan yang dianggapnya biasa saja, bahkan tak ada sepucuk kecantikan almarhumah Leona.
Lala memiliki daya tarik tersendiri. Lala cantik meski jenis wajahnya bukan tipikal imut- imut seperti Alice, Mami Vanessa dan Leona.
Lala sangat berbeda, auranya eksotis, seksi, menggoda, betah berlama- lama diajak mengobrol bersama.
Hampir enam tahun lamanya Sky dan Lala menjadi partner kerja, dan Sky tak pernah merasa bosan dengan keberadaan seorang Lala.
Namun bicara soal cinta? ... Entahlah! Pastinya, Sky tak mau lagi ditolak dan menyaksikan Lala dilamar pria yang lain.
Walau dengan cara memaksa, Resmi sudah lamaran Sky diterima. Ternyata dari pada dipotong gaji, Lala lebih takut mati karena tak siap meninggalkan ibu yang masih sakit.
"Jadi ini calon mantu Ibu, ya?"
Dominic sebelumnya bicara empat mata. Menjadi wali untuk lamaran Sky, sekarang Sky sendiri yang maju menghadapinya.
Ini pertama kali, Sky melamar seorang gadis tanpa ayahnya. Dulu, keluarga Leona yang datang ke Rumah keluarga Rain untuk melamar dan mengatur perjodohan dini.
Rasanya sedikit nervous. "Benar sekali, Tante, saya yang akan menikahi Lala," cengirnya.
"Ganteng sekali. Sky, atuh namanya teh seperti orang luar negeri."
Rahmi menggeleng sambil memandangi wajah tampan Sky. Ibu tua itu lalu meredup senyum setelah sadar akan sesuatu.
"Tapi mukanya tidak asing, ya, ibu kayak pernah lihat di tv. Siapa ya?" Rahmi coba mengingat lagi, tapi Sky tak membiarkan Rahmi mengetahui citra playboy-nya.
"Orang ganteng memang harus pasaran biar bibit ganteng-nya menyebar." Dominic beri pembelaan setelah sikunya tersenggol Sky.
Sky menyengir, semoga saja Rahmi benar benar tak mengingat skandalnya dengan beberapa artis wanita. Sering juga Sky tak dikenal publik perkara wajahnya pasaran, dan itu masih menjadi keberuntungannya.
Rahmi lalu memutar maniknya. "Tapi tunggu, ... mukanya kok mirip sama Boss kamu yang katanya mesum itu ya, Neng?"
Rahmi menatap Lala yang melotot terkejut. Bisa bisanya Rahmi mengatakan kejujuran seperti itu, sementara di hadapannya saat ini memang Boss yang selalu Lala jelek- jelekkan setiap harinya.
"B-buuk..."
"Oya?" Sementara Sky tampak ingin menggali informasi lebih jauh lagi. "Boss mesum?"
Sejauh mana Lala menceritakan keburukan hidupnya selama ini? Sky ingin tahu. Namun, agaknya Rahmi enggan membuka aib putri yang diam- diam senang bergosip.
"Tapi mungkin cuma mirip, soalnya kalau Boss Neng Lala teh, meni tua pisan!"
"Tua?" Sky menatap Lala yang menyengir, Lala memang sudah menjadi calon istri, tapi tidak berarti dia aman dari hukuman boss killer.
"Antosan, sakedap." Rahmi mengambil selembar foto dari lacinya. "Ieuh, tingali potona. Kan, lebih kasep, Nak Sky!"
Lala menepuk dahi. Akhirnya Sky melihat foto yang sengaja Lala edit dengan filter AI agar tampak lebih tua dan jelek.
Tak mau membuat Sky semakin marah, Lala sudahi percakapan mereka. "Buk, kenalin. Ini Pak Sky. Dia Bossnya, Neng Lala di kantor."
"Hah?" Rahmi mendadak terperangah. Antara tak nyaman tapi sudah kadung membongkar cerita pribadi mereka tentang Boss mesum.
"Kok beda, Neng?" Rahmi lalu tertawa dan mencubit pipi bercambang Sky. "Lebih ganteng yang aslinya ternyata, lagian nggak terlihat mesum kok aslinya mah..."
Sky menyengir kecut. Ah, sungguh, dia ingin sekali meremas dada Lala sebagai hukuman atas pencorengan wajah imut di mata mertua.
Tahu Sky mulai kesal, Lala berusaha mengakhiri obrolan mereka yang sudah mulai ke mana mana. Lagi pula ibunya sudah harus istirahat setelah banyak yang dilakukan seharian ini di mall.
Layaknya sang kekasih yang dilegalisir, Lala ikut mengantar Sky ke ambang pintu. Sementara Dominic sudah menunggu di mobil.
"Hati- hati di jalan, ya Pak!"
Sky tak menggubris untuk sejenak, matanya nyalang ketika berusaha mendalami wajah nyengir Lala yang terlihat tak nyaman.
"Sudah malam, Pak."
Sembari menggaruk-garuk lengan, Lala mengingatkan kembali agar Sky cepat pergi dari sini. Sama sekali tak enak jika dipandangi dengan cara menghardik.
"Aku penasaran."
"Apa lagi?"
"Siapa lagi si Asep yang tadi diomongin sama Ibu?" Sky ketus.
Sejenak Lala tertawa, tapi sesaat kemudian dia menjelaskan. "Bukan Asep. Kasep itu ganteng, Pak! ... Maksudnya Ibu itu Pak Sky yang ganteng."
"Oh.___" Tangan Sky reflek membelai rambut di pelipisnya sendiri, salah tingkah.
"Sudah sana pulang." Lala mengusir.
"Ehm!" Mereka sudah resmi pacaran, maka Sky takkan pulang sebelum mendapatkan bekal tidur versinya. "Kamu mau cium kan?"
Lala menghela napas. "Siapa yang mau?"
"Sini cium dulu! ... Aku tahu kamu pasti gengsi minta kiss lebih dulu."
Sky lantas melangkah satu kali, wajahnya diturunkan, bibirnya merangsek mengenai bibir Lala yang lantas tenggelam di balik pintu yang kemudian mendapatkan kecupannya.
Brugh!!!
"La!" Sky melotot penuh. Bisa bisanya, Lala mundur dan menutup pintu tanpa mencium dirinya terlebih dahulu. "Kamu mau dipecat?!"
Lala membuka gorden, menjulurkan lidah dengan wajah menyebalkan. "Bleee!"
"Hayss!"
Lala berlari masuk dan mematikan lampu depan begitu saja. Sky yang kesal, pria itu reflek menendang pot bunga yang ternyata terbuat dari semen.
"Asssssssialaaaan!"
Dominic yang melihatnya dari kap mobil, pria itu terpingkal-pingkal. "Kapan kau tidak tantrum Boss?!"
Dominic lalu membetulkan pot bunga tersebut agar lebih menepi. "Sebelum kau berubah nama menjadi anjing dan babi, lebih baik kau menepi saja, Pot."
"Gila, kau ini rupanya!" Sky merutuk sambil mengibaskan kakinya yang sakit.