MEET YOU AGAIN

Kali ini Declan mengunci tubuh Lucy dengan kuat karena wanita itu terus memberontak dan tenaganya benar-benar tak ada habisnya. Mereka saling memandang ketika Lucy tidak bisa lagi menggerakkan tubuhnya, akibat terkunci oleh tubuh Declan yang besar.

"Bisakah kau bersikap manis seperti dulu, Lucy. Kemana sikap lembut yang selalu kau berikan padaku?" Tanya Declan. "Aku sangat ingin bercinta denganmu."

"Coba saja kalau berani, kau akan mendapatkan jahitan dikepala dan juga bagian tubuh yang lain." Ancam Lucy sembari berusaha memberontak. "Lepaskan aku dan menyingkirlah dari hidupku selamanya. Sampai matipun aku tidak akan menjalin affair denganmu."

Declan bisa merasakan kulit wanita itu menempel dengan dengan kulitnya sendiri. Sebelum dirinya berbuat sesuatu yang akan membuat mereka berdua menyesal, ia kemudian bangkit berdiri dan melepas tubuh Lucy. Rambut wanita itu terlihat acak-acakan dan juga sangat seksi.

Pesona wanita ini terlalu tinggi dan membuat Declan sering kehilangan akal sehat ketika berada didekatnya. "Bersiaplah, aku akan mengantarmu ke studio."

Lucy melihat koper kecil disamping tempat tidur Declan. "Apa kau akan pergi keluar negeri?"

"Setelah mengantarmu, aku akan langsung ke bandara. Pesawatku masih dua jam lagi, apa kau tidak ingin ikut bersamaku?" tanya Declan sembari menundukkan tubuhnya dan mencium Lucy yang duduk ditepi tempat tidur.

Declan menyusuri rambut Lucy dan memperdalam ciumannya di bibir wanita itu. Lucy Diam saja dan membiarkan pria itu melakukan apapun pada bibirnya. "Aku akan mengawasimu, Lucy. Jangan berani melakukan kencan buta dengan pria yang disodorkan padamu."

Lucy masih diam dan mencengkram kemeja Declan dan membalas ciuman pria itu dengan sama panasnya. Selama setengah jam mereka hanya berciuman dan tanpa Lucy sadari ia sudah berpindah diatas pangkuan Declan.

Declan semakin memperdalam ciumannya dibibir Lucy, dengan tangannya berada di tengkuk wanita itu dan menahannya agar bisa dengan puas menciumnya

Mereka menghentikan ciuman setelah sama-sama kehabisan nafas, dan Declan bisa melihat bibir Lucy yang membengkak akibat ciumannya. Nafas Lucy semakin cepat ketika tangan Declan menurunkan dress yang digunakan wanita itu, sehingga menampakkan dada seputih salju yang meminta untuk disentuh.

Lucy melihat bagaimana ciuman Declan sudah menyentuh kulit sensitifnya dengan sangat lembut dan semakin lama semakin kasar. Dengan menahan erangannya, ia membiarkan Declan mengisap dan menggigiti dadanya secara bergantian. "Declan, pliss. Hentikan."

"Aku hanya ingin menciummu," bisik Declan disela-sela ciumannya.

"Kau akan terlambat," bisik Lucy sembari mendorong tubuh Declan menjauh dan bangkit berdiri.

Lucy kemudian memperbaiki pakaiannya dan juga riasannya di depan cermin yang berada dikamar Declan. Ia bisa melihat bagaimana pria itu berusaha menenangkan dirinya sendiri. "Sebaiknya kau tidak menghubungiku ketika berada disana." Ucap Lucy memecahkan keheningan diantara mereka berdua.

"Aku berharap kau akan ikut bersama denganku" Declan berkata sembari berganti pakaian di depan Lucy dan tersenyum ketika wanita itu memalingkan wajahnya.

Declan memakai dasi disampingnya dan ia bisa mencium aroma parfum maskulin pria itu. Lucy kemudian mengambil alih dasi pria itu dan memasangnya dengan cepat, ketika melihat pria itu sengaja berlama-lama. Tatapan Declan padanya membuat Lucy menahan nafas. "Bersenang-senanglah disana. Kau bisa bertemu dengan si kembar dan meminta mereka mengajakmu berkeliling."

"Ide yang bagus. Landon bisa mengenalkan ku dengan wanita-wanita cantik disana. Bagaimana menurutmu?" ucap Declan yang ingin membuat Lucy cemburu.

"Bukan urusanku" Lucy berkata ketus sembari menarik dasi Declan dengan kencang.

...****************...

Mereka telah sampai di studio milik Lucy, dan wanita itu turun setelah pria itu mencium kembali bibirnya dengan alasan yang tidak masuk akal. Ia masih berdiri di depan studionya dan melihat mobil pria itu menghilang diujung jalan.

Ia membuka pintu dan melihat sesuatu diatas meja miliknya. Sebuah tiket pesawat yang ia yakini diletakkan oleh Declan. Selain itu, terdapat kotak transparan berwarna biru yang didalamnya terdapat Liontin dengan inisial namanya.

Lucy membuka tutup kotak itu dan hampir menangis. Ada tulisan kecil dengan ucapan ulang tahun untuknya dari pria itu. "Apa yang kau inginkan, Declan. Kau membuatku semakin jatuh cinta padamu. Apa yang harus aku lakukan, jika kau tidak ingin menjadi bagian dari keluargaku."

"Apa yang terjadi? Mengapa kau menangis? Apa terjadi sesuatu?" tanya Serena yang baru saja masuk dan melihat kakak perempuannya menangis sesenggukan.

"Rena?"

"Ya, aku disini. Apa yang terjadi? Apakah ada yang melukaimu?" tanya Serena lagi sembari memeluk Lucy.

Lucy berhenti menangis karena tidak ingin membuat adiknya khawatir. "Aku baik-baik saja, Rena. Aku hanya sedang kesal pada pria itu."

"Pria siapa? Apakah Declan menemuimu?"

Lucy mengusap air matanya dengan tisu yang diberikan Rena. "Dia bahkan muncul didepan rumah kita pagi tadi. Kalau saja kakek terbangun, mungkin dia sudah mendapatkan luka tembak ditubuhnya."

"Declan adalah pria yang cerdas, dia tidak akan datang jika itu mengancam nyawanya. Apakah ini hadiah ulang tahun darinya?'' Serena bertanya sambil menyentuh kalung pemberian Declan untuk Lucy. "Sangat cantik dan begitu romantis. Semua pemberiannya pasti ada inisial namamu."

Serena melihat tiket pesawat yang berusaha disembunyikan Lucy darinya. "Aku akan menganggap bahwa kau tidak menerima tiket itu. Jangan berani-berani pergi diam-diam, Lucy. Kami tidak ingin terjadi sesuatu padamu." Sambung Serena lagi.

"Aku tidak akan melakukan itu, Rena. Aku masih tidak mengerti sikap Declan padaku. Dia menyuruhku menikah dengan pria lain, tapi melarangku ikut kencan buta. Dia terus menerus menolak tapi juga tidak bisa menjauh dariku." Ucap Lucy kemudian menyimpan semua pemberian Declan di dalam laci.

Serena memeluk tubuh Lucy dan memberi kakaknya itu kekuatan. "Dulu saat kalian putus, kalian berjanji untuk tidak akan bertemu satu sama lain. Tapi yang aku lihat, kau masih saja mencari berita mengenai pria itu setiap saat dan kak Declan sendiri sering menemuimu diam-diam, hanya untuk bisa melihatmu. Kalian berdua memang ditakdirkan untuk bersama."

Cahaya matahari perlahan-lahan lenyap ketika Declan tiba di London. Ia memikirkan Lucy dan juga ciuman mereka pagi tadi. Rasa bibir wanita itu masih sama, manis seperti buah stroberi dan juga melemahkan semua sistem di otaknya.

Declan akan memulai bisnisnya disini, ditanah kelahirannya. Dan akan membawa Lucy untuk menetap di London. Ia tahu bagaimana harus melindungi wanita dari bahaya yang akan mengancam nyawanya. Dan ia tahu keputusan ini adalah yang paling tepat bagi mereka berdua jika ingin terus bersama.

Declan sangat membenci mafia dan juga sekumpulan orang-orang yang menganggap mereka hebat dan ditakuti. Ia pernah berada di situasi para mafia itu menerobos masuk ke rumahnya dan mengancam kedua orang tuanya dan membuat mereka ketakutan dan harus meninggalkannya di panti asuhan.