Shin adalah siswa jenius di Akademi Sihir, tapi ada satu masalah besar: dia nggak bisa pakai sihir! Sejak lahir, energi sihirnya tersegel akibat orang tuanya yang iseng belajar sihir terlarang waktu dia masih di dalam kandungan. Alhasil, Shin jadi satu-satunya siswa di Akademi yang malah sering dijadikan bahan ejekan.
Tapi, apakah Shin akan menyerah? Tentu tidak! Dengan tekad kuat (dan sedikit kekonyolan), dia mencoba segala cara untuk membuka segel sihirnya. Mulai dari tarian aneh yang katanya bisa membuka segel, sampai mantra yang nggak pernah benar. Bahkan, dia pernah mencoba minum ramuan yang ternyata cuma bikin dia bersin tanpa henti. Gagal? Sudah pasti!
Tapi siapa sangka, dalam kemarahannya yang memuncak, Shin malah menemukan sesuatu yang sangat "berharga". Sihir memang brengsek, tapi ternyata dunia ini jauh lebih kacau dari yang dia bayangkan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arifu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Benturan terakhir
Di tengah Hutan Naga Kegelapan, semuanya berubah menjadi kacau. Suara raungan naga menggema menggetarkan tanah, angin berputar dengan kekuatan yang luar biasa, dan kabut hitam mulai merayap dari segala arah. Shin, dengan matanya yang penuh kebencian, berdiri tegap, tubuhnya dikelilingi energi yang berkobar-kobar. Begitu banyak kemarahan yang terkandung di dalam dirinya, seolah-olah seluruh alam semesta akan meledak bersamanya.
"Lo... lo yang bunuh orangtua gue!" teriak Shin, amarahnya yang tak terkendali membuat suara itu menggema ke seluruh hutan. "Sekarang lo bayar! Gue gak peduli lagi sama segel sihir gue, gue bakal hancurin lo!"
Dewa Naga Kegelapan yang berdiri menjulang tinggi di hadapannya mengeluarkan tawa mengerikan. Tubuh naga itu terbalut sisik hitam berkilau, dengan mata merahnya yang menyala penuh kebencian. Dia mendongak, mengarahkan tatapannya ke Shin yang terlihat seperti sedang menahan kekuatan luar biasa.
"Jadi, kau ingin mengalahkanku, bocah?" suara naga itu bergema, begitu dalam dan menakutkan. "Kau bahkan tidak tahu apa yang kau lawan. Aku adalah Dewa Naga Kegelapan, tak ada yang bisa menandingi kekuatan kami."
Shin melangkah maju, tubuhnya bergetar dari kekuatan sihir yang ia lepaskan. Tubuhnya tampak rapuh, namun mata Shin bersinar dengan tekad yang tak tergoyahkan. "Lo pikir gue takut sama omongan lo? Gua gak peduli siapa lo, lo cuma monster yang udah bikin hidup gue berantakan! Saatnya lo bayar!"
Tiba-tiba, Shin mengangkat tangannya ke udara, energi sihir yang kacau melesat keluar dari telapak tangannya. Sebuah ledakan besar terjadi, menghancurkan tanah di bawah mereka, mengeluarkan kilatan-kilatan energi yang hampir membuat dunia bergetar. Namun, meskipun ledakan itu dahsyat, naga itu hanya tertawa sinis. Naga itu terbang menjauh, terlepas dari jangkauan serangan Shin.
"Naga itu... lo gak bisa ngelawan dengan sihir yang setengah-setengah!" teriak Leo, berlari ke arah Shin, tapi dia tahu bahwa Shin sudah terlena dengan amarahnya. "Shin! Jangan gegabah!"
Namun, Shin hanya mendengus, dan dengan gerakan cepat, dia mengarahkan serangan baru. Kali ini, bola sihir besar yang kacau meluncur cepat ke arah naga itu, menembus udara dengan kecepatan yang luar biasa. Naga itu menoleh, mengibaskan sayapnya yang besar, dan menembakkan semburan api yang mematikan. Api itu begitu panas, menghanguskan udara di sekitarnya.
Shin menatap semburan api itu dengan mata yang tak berkedip, lalu melompat ke samping, menghindari semburan api tersebut dengan refleks luar biasa. "Lo pikir api lo bisa ngalahin gue?!" Shin berteriak, kali ini mengarahkan sebuah energi yang lebih besar dari sebelumnya. Tubuh Shin bergetar hebat, namun dia tidak peduli. Dalam setiap detik yang berlalu, energinya semakin tidak terkendali, semakin liar.
"Tunggu, Shin!" teriak Leo, berlari ke depan, mencoba menghentikan Shin yang semakin tenggelam dalam kebenciannya. "Ini bukan cara untuk mengalahkannya! Lo gak bakal menang kalau terus begini!"
Tapi Shin tak mendengarkan. Dengan teriakan keras, Shin melontarkan serangan yang lebih besar, sebuah ledakan sihir yang memekakkan telinga. Dewa Naga Kegelapan, yang terbang tinggi, menatap serangan itu, dan dengan kekuatan dahsyatnya, dia membalikkan tubuhnya, merunduk dan menghadap serangan Shin dengan mulut terbuka. Naga itu menembakkan semburan api besar-besaran, mencoba menahan serangan Shin. Api yang meluncur ke arah Shin terasa seperti gelombang panas yang luar biasa, siap membakar segalanya.
Namun, saat itulah sebuah suara keras terdengar, menggelegar di seluruh hutan, memecah ketegangan. Sebuah kekuatan besar meledak dari tubuh Shin—sebuah ledakan energi sihir yang tak terkendali. Tubuh Shin, hampir hancur karena kekuatan yang dia keluarkan, memuntahkan cahaya yang sangat terang, membuat Dewa Naga Kegelapan terlempar mundur.
"AAAAHHH!" Shin berteriak, seakan semua kekuatan dunia mengalir melalui dirinya. Namun, tubuh Shin bergetar hebat, dan dia jatuh ke tanah, tubuhnya tak bisa lagi menahan kekuatan sihir yang dia keluarkan. Rasanya seluruh tubuhnya hancur, namun dia tetap berusaha berdiri.
Dewa Naga Kegelapan terhuyung mundur, meskipun terluka parah. Seolah tak percaya dengan serangan yang datang dari Shin, naga itu mengerang kesakitan. "Kau... anak ini... berani sekali," raungan naga itu terdengar nyaring, namun ada ketakutan yang samar terdengar. "Tapi... kau belum menang."
Namun, kekuatan naga itu mulai memudar. Dewa Naga Kegelapan mendongak, terbang tinggi dan mengeluarkan raungan terakhir yang menggema di seluruh hutan. Sebuah aura gelap yang luar biasa menyelimuti tubuhnya, membuat tubuh naga itu diselimuti energi yang begitu besar—sebuah energi sihir yang membuat naga itu terpaksa tidur dalam waktu yang sangat lama.
"Ini bukan akhir," kata Dewa Naga Kegelapan, suaranya menggema di udara. "Aku akan tidur... selama lima tahun. Tapi percayalah, bocah... kau hanya menunda takdirmu."
Shin, yang terjatuh ke tanah, mencoba untuk bangkit. Namun tubuhnya tak bisa lagi bergerak, energi yang dia keluarkan membuat tubuhnya kelelahan luar biasa. Sebelum semuanya gelap, dia mendengar suara Leo yang panik.
"Shin!" Leo berteriak, berlari ke arah Shin yang terkulai lemas di tanah. "Kau gak bisa mati di sini! Bertahanlah!"
Tapi Shin tidak bisa mendengar apa-apa lagi. Matanya menutup, tubuhnya kehilangan kesadaran.
Alaric, yang sebelumnya bersembunyi, muncul di hadapan mereka, wajahnya serius. "Kita harus pergi dari sini sekarang," katanya, matanya memandang tubuh Shin dengan cemas. "Jika kita tidak cepat, kita semua akan hancur di sini."
Leo segera menggendong Shin yang tak sadarkan diri, dan mereka berlari keluar dari hutan dengan cepat, meninggalkan jejak kebakaran dan kehancuran yang mereka buat. Namun, meskipun mereka berhasil melarikan diri, mereka tahu bahwa ancaman dari Dewa Naga Kegelapan belum berakhir. Naga itu mungkin tertidur, tetapi badai yang dibawa olehnya akan terus mengguncang dunia mereka.