Alea dan Radit baru saja merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang pertama, keesokan harinya Radit ditugaskan keluar kota. Siapa sangka kepulangan Radit dari luar kota merubah kebahagiaan Alea menjadi air mata.
Radit meminta Alea untuk membantu membiayai kebutuhan rumah tangga mereka dan juga membantu membiayai hidup ibu Radit yang belum lama ini menjada, dengan alasan usaha yang dia jalani sedang dalam masalah dan Radit hanya mengandalkan gajinya sebagai pegawai negeri.
Alea yang memiliki peghasilan tidak keberatan membantu sang suami. Tanpa Alea tahu, jika sebenarnya Radit telah menduakan Alea dengan Hana, teman satu kantornya.
Radit berubah menjadi suami yang dingin, menimbulkan kecurigaan bagi Alea.
Alea mencari tahu penyebab Radit berubah, Alea akhirnya menemukan fakta jika Radit menduakan cintanya.
Apa yang akan dilakukan Alea setelah tahu Radit berselingkuh?
Yuk ikuti ceritanya di Setelah Suamiku Berselingkuh, Aku menjadi Kaya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Usaha Yang Bermasalah
Hari ini kepulangan Radit dari luar kota, sudah satu minggu Alea merindukan pelukan suaminya. Sudah dapat Alea bayangkan apa yang akan terjadi pada mereka seperti biasanya. Alea menyambut kepulangan Radit dengan perasaan gembira, terlebih lagi apa yang dia takutnya tidak terjadi. Kekhawatirannya tidak beralasan, nyatanya suaminya pulang dengan keadaan baik baik saja.
"Mas." panggil Alea menyambut kedatangan Radit.
Wanita itu berlari dan masuk kedalam pelukan suaminya, tapi Alea kecewa. Radit tampak tidak seperti biasanya, laki-laki itu hanya memeluk tanpa memberikan kecupan seperti yang selalu suaminya lakukan. Radit memeluknya hanya sesaat, suaminya itu segera berlalu masuk kekamar mereka.
Alea menyiapkan pakaian Radit seperti biasanya, suaminya itu langsung masuk kekamar mandi membersihkan diri. Satu hal lagi yang membuat Alea bertanya-tanya ada apa?
Radit biasanya langsung meminta jatah untuk dipuaskan jika sudah lama tidak bertemu seperti saat ini, tanpa peduli dengan tubuhnya yang masih lelah setelah perjalanan jauh.
"Mas, aku sudah masak makanan kesukaan kamu. Mau makan sekarang?" tawar Alea.
"Iya." jawab Radit singkat.
Lagi-lagi Alea heran dengan sikap Radit, biasanya laki-laki itu akan langsung menanyakan masakan apa yang dia buat dan memuji apa yang Alea lakukan untuk membuat Radit senang.
Alea hanya bisa menarik nafas panjang sambil meninggalkan Radit yang masih mengenakan pakaiannya.
Sambil menyiapkan makan malam untuk Radit, Alea terus berpikir dengan perubahan sikap dan kebiasaan Radit.
"Mungkin mas Radit masih lelah atau ada masalah dengan pekerjaannya" gumam Alea untuk menengkan hati dan pikirannya.
Selama makan malam, tidak ada percakapan antara Alea dan Radit seperti biasanya. Alea tidak ingin berpikir buruk juga tidak ingin terjadi keributan dengan bertanya pada Radit mengapa suaminya itu terlihat berbeda dari biasanya. Alea memilih membiarkan Radit dengan segala sikap dan perubahannya.
Alea kembali harus bersabar, menerima apa yang dia bayangkan ternyata hanyala halayalannya semata. Radit memilih untuk tidur dari pada menikmati malam bersamanya. Alea pasrah menerima kehagatan suaminya dengan hanya di peluk laki-laki itu.
Satu minggu berlalu, satu minggu juga Alea tidak tenang dengan pikiran dan perasaannya. Radit belum kembali seperti Radit yang Alea kenal, entah kemana perginya Radit yang Alea rindukan.
Untung saja pengalamannya yang malu di tegur oleh Bagas karena tidak benar dalam bekerja, membuat Alea belajar untuk profesional dalam pekerjaan. Dia mengenyampingkan masalah rumah tagganya saat di kantor, apa lagi timnya mendapat anggota baru yang cukup kocak, membuat Alea sedikit terhibur saat di kantor.
Dada Alea berdegup kencang saat merasakan kecupan-kecupan sayang yang sudah dua minggu ini dia rindukan.
"Sayang." panggil Radit sambil mengeratkan pelukannya pada Alea dari belakang.
Radit kembali seperti Radit yang Alea kenal, suaminya memeluknya erat sambil memberi kecupan di titik-titik kelemahan Alea.
Alea berbalik mengahadap Radit, laki-laki itu tersenyum yang dibalas Alea dengan senyum lebar.
"Maafkan aku sayang." ucap Radit.
"Aku sedang banyak masalah." keluh Radit mencari alasan pada Alea dengan perubahan sikapnya akhir-akhir ini.
"Masalah apa, Mas? Kamu bisa ceritakan padaku, mungkin aku bisa membantu. Jangan Mas simpan sendiri." tanya Alea sambil memberi tahu Radit.
"Aku tidak ingin menyusahkanmu, jadi aku pikir bisa mengatasinya sendiri." jawab Radit.
"Apa masalahnya?" tanya Alea yang sudah tahu kemana arah pembicaraan Radit jika bukan meminta solusi atau bantuannya.
"Usaha percetakan kita sedang dalam masalah."
Alea menyatukan alisnya mendengar jawaban Radit. Sedikit tidak percaya dengan penjelasan suaminya, selama ini Radit selalu memberi laporan yang bagus terkait usaha percetakan yang Radit rintis sebelum menikah dengan Alea. Usahanya semakin berkembang setelah almarhum ayah Alea memberikan Radit tambahan modal.
Radit mengembangkan usaha percetakan mereka dengan sangat baik, tanpa campur tangan Alea. Satu tahun ini, usaha mereka terus mendapatkan keuntungan walau tidak banyak.
"Pelangan yang biasa memesan undangan dengan kita membatalkan pesanannya, sementara kita sudah mencetak sebagian karena mereka sudah setuju dengan desain yang kita ajukan." ucap Radit memberi tahu Alea.
"Bukankah biasanya mereka memberi uang muka?" tanya Alea.
"Itu dia masalahnya, dia sudah biasa memesan undangan di percetakan kita, sehingga Mas percaya walaupun dia belum memberi uang mukanya."
"Harusnya tidak bisa seperti itu, Mas." protes Alea.
Radit hanya mengggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tidak mudah memberi alasan pada Alea, istrinya itu akan terus bertanya sampai dia merasa puas dengan jawaban yang diberikan Radit.
"Kalau hanya sekian ribu undangan, aku rasa percetakan kita tidak begitu banyak mengalami kerugian." sahut Alea lagi.
Walau dia tidak pernah datang atau ikut mengembangkan usaha percetakan mereka, tapi Alea sesekali membantu Radit memeriksa laporan keuangan. Sehingga sedikitnya dia tahu biaya yang dikeluarkan dan untung yang mereka dapatkan.
"Bukan hanya masalah orang yang mencetak undangan membatalkan pesananya, Sayang." sanggah Radit.
"Tapi kita juga mengalami kerugian yang lain." jelas Radit lagi.
"Ada dua ribu baner yang tidak diambil oleh orang yang memesanya, sementara mereka baru membayar untuk lima ratus baner yang sudah mereka ambil." jelas Radit lagi.
"Lalu sekarang Mas maunya apa?" tanya Alea yang malas berdebat.
Mendengar pertanyaan istrinya, Radit tersenyum lebar. Dia kembali megeratkan pelukannya dan mengecup bibir Alea, hal yang selalu dia lakukan untuk meluluhkan hati Alea agar mau menuruti keinginanya.
"Mas punya rencana untuk meminjam uang di bank dengan menyekolahkan surat keterangan pegawai aparatur negara yang Mas miliki." jawab Radit, dengan menyebut Mas pada dirinya sendiri.
"Pembayarannya nanti dengan potong gaji Mas sebagai pegawai negeri, Sayang." lanjut Radit lagi.
"Kalau gaji Mas Radit sebagai pegawai aparatur negara dipotong, lalu biaya rumah tangga kita bagaimana?" tanya Alea.
"Selama Mas masih memperbaiki keuangan di usaha percetakan kita, Mas minta bantuan sama kamu."
"Gaji kamu yang kita gunakan untuk biaya rumah tangga kita dan juga untuk kebutuhan ibu."
"Berapa lama?" tantang Alea.
"Satu tahun." jawab Radit.
"Lima bulan." sahut Alea membalas jawaban Radit.
"Sepuluh bulan." pinta Radit.
"Enam bulan, titik. Jika setuju aku tanda tangan tapi jika tidak, tidak akan ada tanda tangan." jawab Alea tanpa bisa dibantah.
Radit setuju, dia membebani biaya rumah tangga mereka pada Alea hanya selama enam bulan. Bagi radit yang terpenting saat ini Alea mau tanda tangan dan dia bisa mencairkan dana dengan jumlah yang cukup besar. Radit tidak berpikir jauh, jika yang dia lakukan ini kelak akan menghancurkan kehidupannya.
Tanpa rasa curiga Alea akhirnya menyetujui permintaan Radit, mereka berjabat tangan menandakan perjanjian mereka sah.
"Pergunakan uang pinjaman itu sebaik mungkin, Mas." pesan Alea pada Radit.
"Tentu sayang, setelah ini aku akan berhati-hati."
Radit kembali mengecup bibir Alea. Baru saja dia akan memperdalam ciumannya, ponsel Radit berbunyi.
"Ada apa? Iya aku akan kesana." jawab Radit.
Alea terdiam mendengar ucapan Radit dengan lawan bicaranya. Mereka baru saja akan memulai sesuatu yang Alea rindukan, tapi sepertinya suaminya akan pergi.
"Sayang, aku harus ke percetakan. Ale yang baru saja menghubungiku, ada orang yang komplain dengan hasil cetakan kita." ucap Radit berpamitan pada Alea yang hanya terpaku di tempatnya berdiri.
Alea tidak tahu jika dia kembali dibohongi Radit, bukan Ale yang menghubungi suaminya, tapi Hana kekasih gelap suaminya.
...💔💔💔...
...Setelah Suamiku Berselingkuh, Aku Menjadi Kaya...