NovelToon NovelToon
Heart Choice

Heart Choice

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kyushine / Widi Az Zahra

"... bukankah cinta itu tidak harus bersama? Jika dia lebih bahagia bersama dengannya, maka aku akan ikhlas."

Ketika cinta pergi, akan ada kemungkinan cinta yang baru akan datang, namun semua itu kembali lagi pada sang pemilik hati, apakah kamu mau menerimanya atau justru mengabaikannya. Itulah yang tengah dirasakan oleh Rafael Wilbur.
Adeline datang membawa cinta yang begitu besar untuk Rafael dan keegoisannya membawa dirinya untuk menerobos masuk serta menyingkirkan nama gadis yang berada di hati Rafael.
Lalu, apakah Rafael mampu menerima keberadaan Adeline yang notabenenya sudah ia kenal sejak lama? Dan mampukah Adeline menggantikan posisi gadis yang berada dihati Rafael? Pilihan apa yang akan dibuat Rafael dan Adeline kedepannya?

Disclaimer: Novel ini pernah di upload pada platform sebelah, namun saya memutuskan untuk upload disini..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyushine / Widi Az Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HC 09

Rafael duduk seraya memandangi Adeline yang masih belum sadarkan diri, kakek James yang melihat kondisi Adeline sangat merasa prihatin, hingga akhirnya kakek James membawa Rafael untuk duduk di sofa yang berada dalam ruangan tersebut.

"Maaf sepertinya aku harus kembali ke kantor sekarang," seakan mengerti kondisi dan situasi, Alvaro memutuskan untuk meninggalkan mereka.

"Kakek percayakan kantor padamu, Al." Alvaro mengangguk sebagai balasan pernyataan kakek James dan ia pun

bergegas untuk segera pergi dari sana. "Apa kamu mengkhawatirkannya, nak?" Tutur kakek James seraya memandangi cucu satu-satunya dan Adeline secara bergantian.

"Selain khawatir, aku benar-benar merasa sangat bersalah padanya kek. Dia mengorbankan dirinya diluar sana demi membantu seorang anak kecil yang sedang berjuang hidup dan aku justru tenggelam dalam keterpurukan, padahal aku sudah berjanji pada mendiang paman Genevra untuk menjaga putri kesayangannya, tapi aku malah lalai."

"Kakek tahu ini bukan waktu yang tepat, tapi menikahlah dengan Adeline, dengan begitu kau bisa leluasa untuk menjaganya."

Bagaikan petir disiang bolong, Rafael merasa terkejut dengan ucapan kakeknya yang justru memintanya menikahi Adeline. Bagaimana mungkin? Sejak awal pria itu hanya menanggap Adeline tak lebih dari seorang adik.

"Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjaganya, tidak hanya dengan menikahinya, kek."

"Bulan depan seharusnya menjadi pernikahanmu dengan Rachel, tetapi Rachel telah tenang di alam sana. Acara pun sudah 90% selesai, tidakkah sebaiknya kau melanjutkannya dan mengganti pengantin wanitanya?"

Mata Rafael memanas, rahangnya mengeras dan kedua tangannya terkepal kuat, dirinya masih tidak menyangka jika kakeknya akan mengatakan hal demikian, padahal kakek James tahu seberapa besar cinta yang dimilikinya untuk Rachel.

"Jika pengantin wanitanya tidak ada, maka pernikahan akan dibatalkan kek, tidak dengan mengganti pengantin

wanitanya. Sejak awal pernikahan itu aku siapkan untuk Rachel, bukan untuk Adeline maupun wanita lain."

Hati yang berkecamuk dan merasa sangat terbakar membuat Rafael  bergegas pergi meninggalkan ruangan itu, kakek James juga sudah menduga hal tersebut akan terjadi, namun pria paruh baya itu pun ingin yang terbaik untuk cucunya.

"Kakek ini sudah tua, Rafa..." Masih berada diambang pintu, dan menangkap suara kakek James yang terdengar

lirih membuat Rafael menghentikan langkahnya tanpa berbalik. "... kakek ingin melihatmu menikah, setidaknya kakek bisa memenuhi janji kakek pada ayahmu agar bisa menemanimu hingga menikah. Kakek tidak tahu kapan ajal menjemput, tetapi jika hari itu tiba dan kau masih belum menikah, apa yang harus kakek katakan pada ayahmu disana? Akankah ayahmu kecewa pada kakek?"

**

**

Adeline yang sudah sadarkan diri sedang ditemani oleh Efran, Efran yang berada disana pun seraya memeriksa kondisi Adeline dan mencoba membujuk dirinya untuk berhenti mengerjakan pekerjaan tambahan yang selama ini ia ambil diluar rumah sakit.

“Aku menghubunginya kemarin,” mata Adeline membeliak mendengar pernyataan sahabatnya tersebut. “Kamu terus mengigau dan aku pikir dia adalah satu-satunya pihak keluarga yang bisa kuhubungi.” Tambahnya lagi.

Tidak lama kemudian suara pintu terbuka terdengar dan tatapan Adeline menatap kedua mata yang juga menatapnya. Menyadari siapa yang masuk membuat Efran membalikkan tubuhnya. “Aku akan kembali lagi nanti untuk memeriksa cairan infusnya.” Tutur Efran yang langsung beranjak dari sana.

Kepergian Efran membuat suasana didalam sana seakan menjadi canggung. Rafael duduk tanpa bicara apapun, dan Adeline yang berbaring mencoba untuk duduk bersandar. “Aku turut berduka cita,” gumam gadis itu dengan nada suara pelannya.

“Kakek membicarakan soal pernikahan denganku,” Rafael menundukkan wajahnya dan baru pertama kali Adeline melihat pria itu seperti tak memiliki gairah untuk hidup. Dia bahkan terlihat tak mengurus dirinya sendiri sehingga janggut tipis mulai tumbuh di area dagunya.

“Pernikahan siapa?

“Pernikahanmu denganku.”

Tidak ada respon apapun dari Adeline terkait ucapan Rafael kali ini, entah bagaimana ia harus menanggapi pernyataan tersebut, namun melihat Rafael seperti sekarang benar-benar membuat hati Adeline merasa sangat sakit.

“Kau tampak tidak terkejut mendengar soal hal ini, apa kau sudah tahu?” kini tatapan Rafael tertuju pada Adeline

yang tengah menunduk. “Jawab aku Adeline.” Tegasnya yang menuntut jawaban dari gadis tersebut.

“Kakek sudah mengatakannya sejak kau menyuruh kak Alvaro menjemputku di restaurant saat itu.”

“Lalu apa jawabanmu?” Rafael masih memandang Adeline dengan tatapan penuh tanya. “Kau menyetujuinya?” Sambarnya lagi tidak sabaran.

“Aku tidak memberikan jawaban apapun, aku hanya bertanya bagaimana mungkin itu bisa terjadi dan aku tahu kau pun tidak akan menginginkan hal itu, kau tidak mungkin mengkhianati wanita itu, ‘kan?”

“Rachel, namanya Rachel bukan ‘wanita itu’.” Rafael memberikan penegasan mengenai pujaan hatinya. “Seperti yang kau katakan, aku tidak akan mungkin mengkhianatinya dan tidak ada satu pun yang mampu menggeser posisinya dihatiku, tetapi karena suatu hal aku akan menerimanya.”

Kedua mata Adeline seketika membeliak mendengar ucapan yang baru saja ia dengar, dirinya sungguh tidak percaya dengan jawaban Rafael kali ini, entah itu mimpi atau bukan, Adeline sendiri tidak tahu harus senang atau sedih mendengarnya.

“Tapi aku tegaskan jika ini bukan pernikahan yang sesungguhnya.” Setelah mengatakan hal tersebut Rafael langsung bergegas pergi dari sana tanpa mengucapkan apapun lagi dan kalimat penutup itu semakin menegaskan bahwa pernikahan itu hanya sebuah sandiwara semata.

Saat keluar dari ruang rawat Adeline, Rafael berpapasan dengan Efran yang berdiri tepat didepan pintu tersebut. “Aku datang untuk mengecek kantong infus Adel.” Sahut Efran yang tidak mendapat tanggapan apapun dari pria dihadapannya.

Efran menatap punggung pria yang berjalan semakin jauh, dia hanya menggelengkan kepala seraya menghela napasnya dan berjalan masuk ke dalam menemui Adeline. Gadis itu tampak diam tak bergeming dan sebuah senyum terukir dibibir Efran saat ini.

Baru saja Efran duduk, tiba-tiba saja pintu ruangan Adeline kembali terbuka, keduanya menatap ke arah pintu dan

seorang pria kecil berlari seraya membawa kantong infus miliknya. Melihat pria kecil itu membuat Adeline tersenyum sumringah seraya tertawa kecil melihat tingkahnya.

“Ray hati-hati, nak.” Seorang wanita setengah baya mencoba mengejar putranya yang berlari sangat cepat dan Efran langsung menangkap Ray untuk duduk dipangkuannya.

“Anak pintar, kau harus mendengarkan ibumu bicara.” Ucap Ray seraya mencubit gemas kedua pipi Ray dan Adeline terkekeh melihat tingkah keduanya.

“Kakak cantik kakak cantik sakit apa? Pasti kakak cantik sedang tidak bahagia ya?” tanya polos Ray dan Efran mengernyitkan keningnya.

“Kenapa Ray bisa bilang kakak cantik tidak bahagia?” Efran menyambar penasaran dengan ucapan bocah kecil yang berada dipangkuannya saat ini.

“Om dokter tidak tahu ya? Kata kakak cantik, kalau kita mau sehat kita harus bahagia, sekarang kakak cantik sakit,

artinya kakak cantik tidak bahagia.” Ucap Ray dengan polos dan Efran berpikir sejenak sebelum akhirnya ia menatap ke arah Adeline.

Seakan bisa membaca situasi dihadapannya, ibunya Ray mencoba mengambil alih putranya dari pangkuan dokter

tampan yang tengah duduk dikursi, namun dengan cepat Efran pun berdiri dari duduknya dan mempersilakan ibunya Ray untuk duduk.

“Kakak cantik, saya disini benar-benar ingin berterima kasih karena sudah membantu saya dalam membiayai Ray selama di rumah sakit ini hingga Ray bisa operasi dan bahkan sebentar lagi Ray sudah diperbolehkan untuk pulang, bukan hanya itu saja, saya juga berterima kasih karena kakak cantik sudah melunasi semua tunggakkan saya di rumah sakit ini.”

Ibunya Ray menitikkan air mata, menurutnya bertemu dengan Adeline seperti keajaiban yang diberikan oleh Tuhan

untuknya. Namun disisi lain Adeline sendiri bingung dengan apa yang dimaksud dengan melunasi tunggakkan rumah sakit, karena yang ia tahu, dia bahkan belum melakukan pembayaran apapun lagi.

1
Nursanti Ani
ngarep cinta bgt sih,,,bukan keren malah jijik liatnya,,,,maksa bgt cintanya,,/Hey/
Nursanti Ani
gw rasa sih Rachel masih hidup,,akhirnya Adel nyerah dan pergi,,,kalo sudah tiada baru terasa,,/Sob//Sob//Sob/
Nursanti Ani
cewek bucin begini kl belom d siksa bathin dan d selingkuhin belom sadar diri/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Osi Malang: cerita apa itu
Kyushine: betul, harus digebrak dulu kayaknya biar sadar
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!