Sebuah kejadian yang membuat seorang Anaya Putri (23tahun) harus hamil tanpa seorang suami. Naya harus merelakan kehormatannya ketika insiden tidak disengaja yang ditimbulkan karena salah alamat dan menjadi cinta satu malam bersama dengan pria asing.
Naya hidup sebatang kara, dia harus melahirkan, membesarkan dan merawat anaknya. Saat sang anak sudah besar, ternyata dia memiliki sifat yang sangat genius dan berusaha menyatukan kedua orangtuanya.
Mampukah Anaya menjalani kehidupannya?
Akankah kebahagiaan menyapanya di akhir kisah nanti? Dan siapa pria yang sudah membuat Naya menjadi berbadan dua?
YUK SIMAK KELANJUTANNYA 🥰
JANGAN LUPA SELALU MEMBERIKAN JEJAK MANIS DI SETIAP BAB NYA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #7
Dua bulan kemudian
Abi berada di sebuah ruangan yang memiliki aura sangat mencekam, dia menatap beberapa orang suruhannya dengan sangat tajam hingga orang suruhannya hanya mampu menunduk karena tatapan elang dari Abi. Perlahan langkah Abi mendekati empat orang itu dan tanpa berbasa-basi, Abi segera melayangkan tinjuan ke wajah anggotanya.
"Dasar tidak becus! Bagaimana mungkin kalian tidak bisa menemukan info tentang gadis itu?'' bentak Abi dengan rasa emosi.
"M—maaf, Bos. Kami sedikit kesulitan mencari informasi tentang gadis yang Anda cari."
"Argh!" Abi menghamburkan barang yang ada di atas meja.
"PERGI KALIAN DARI SINI! AKU TIDAK MAU TAHU, INTINYA KALIAN HARUS MENCARI INFORMASI TENTANG GADIS ITU DENGAN BENAR! HARUS SAMPAI DAPAT, JIKA BELUM MAKA KALIAN JANGAN PERNAH MENEMUI AKU!" perintah Abi dengan tegas.
Empat orang berbadan besar itu hanya mengangguk dan segera pergi dari ruangan Abi, mereka sudah berpuluh-puluh tahun bekerja untuk keluarga Abi maka dari itu mereka tidak pernah menolak ataupun membantah perintah dari keluarga Pamungkas.
Abi pun keluar dari ruangan dan dia berniat untuk pergi ke kantor. Sesampainya di lantai bawah, Abi mencium wangi masakan yang membuat perutnya ingin mual. Abi membekap mulut dan berlari ke arah kamar mandi yang terletak tak jauh dari dapur.
Kedua orang tua Abi hanya heran ketika melihat keanehan dalam diri anak mereka.
"Pa, ada apa dengan anak kita?" Mama Abi— Azizah menyenggol lengan suaminya.
Papa Abi— Johan Pamungkas hanya mengedikkan bahu.
Abi sudah selesai mengeluarkan isi perutnya, dia sangat lemas dan berjalan dengan gontai ke arah meja makan.
"Nak, apa kamu sakit?" Azizah menatap Abi dengan lekat, terlihat wajah Abi sangat pucat dan lesu.
"Entahlah, Ma. Aku sepertinya merasa tidak enak badan, mungkin masuk angin." jawab Abi menduga.
"Bagaimana jika kita pergi ke Dokter dan mengecek kondisi kesehatan kamu?" saran dari Johan sang Papa.
"Gak usah deh, Pa. Kayaknya aku cuma masuk angin."
Kedua orang tua Abi hanya saling pandang.
"Bi! Tolong buatkan nasi goreng seafood untukku!" perintah Abi kepada sang asisten rumah tangga.
Asisten rumah tangga yang bernama BI Dariah langsung mengiyakan permintaan Abi.
Selesai memasak, Bi Dar membawa menu makanan ke meja makan.
Abi selera melihat menu itu dan dia langsung mengambil nasi goreng miliknya lalu melahap dengan rakus.
"Astaga, kenapa anak kita seperti kesetanan sih, Pa?'' Zizah menelan ludah saat melihat cara makan Abi yang terlihat rakus.
"Sudahlah, Ma. Biarkan saja." jawab Johan tanpa memikirkan hal aneh.
Setelah siap sarapan, Abi berpamitan pergi ke kantor. Dia masuk ke dalam mobil dan mobil pun melaju pergi.
Di dalam mobil.
Sopir melihat ada yang berbeda dari wajah Abi, dia menegur dan bertanya tentang keadaan kesehatan Abi.
"Pak, apa Anda baik-baik saja?" tanya sang sopir dengan sopan.
"Memangnya kenapa? Apa ada yang aneh dengan diriku?"
"Saya lihat wajah Bapak pucat, lesu dan seperti tidak bersemangat."
Abi hanya terdiam karena dia juga merasakan hal aneh dalam dirinya beberapa bulan belakangan ini. Abi pun menceritakan keluh kesahnya kepada sang sopir yang berusia empat puluh lima tahun itu.
"Entah mengapa saya sering sekali mual, Pak. Apa saya masuk angin ya? Tapi saya heran karena waktu saya mual hanya karena mencium aroma aneh saja seperti bawang merah, parfum Mama dan bahkan parfum saya sendiri." Abi merebahkan tubuhnya di kursi.
"Kenapa ciri-cirinya seperti orang ngidam ya, Pak?"
Dahi Abi mengerut. "Mana mungkin, Pak. Saya belum menikah, jadi bagaimana bisa saya itu ngidam? Lagi pula apa ada laki-laki ngidam? Seperti wanita hamil saja." Abi terkekeh pelan dengan diiringi gelengan kepala.
"Eh, Pak Abi jangan salah. Dulu sewaktu istri saya hamil saya juga ngidam, itu biasanya bawaan dari sang jabang bayi. Tapi memang tidak mungkin jika Pak Abi ngidam karena Pak Abi 'kan belum menikah." Sopir tertawa pelan untuk mencairkan suasana.
Abi hanya terdiam, dia mengingat gadis yang pernah dia tiduri waktu itu. Abi sadar jika dirinya sangat banyak menumpahkan lahar panasnya ke dalam rahim milik wanita yang dia pikir wanita pem*uas.
'Apa mungkin—? Aku harus segera menemukan gadis itu.' batin Abi bertekad, dia akan mencari anggota lagi agar secepatnya bisa menemukan Anaya.
🌺🌺🌺🌺
Hari yang di nanti-nanti oleh Anaya akhirnya tiba, saat ini kandungannya sudah berusia sembilan bulan dan Dokter mengatakan jika Hpl Naya sekitar dua Minggu lagi tetapi bisa lebih cepat ataupun lambat. Naya hanya mempersiapkan mental karena itulah yang dia butuhkan, untuk biaya bersalin Naya sudah mengumpulkannya lebih dari cukup.
Saat ini Anaya sedang menata menu di steling kaca warungnya, pagi ini dia masak nasi uduk karena pasti banyak orang kerja yang akan mampir ke warungnya hanya untuk sekedar makan.
Ketika hendak pergi, Anaya merasakan ada yang aneh dengan perutnya, rasa sembelit dan juga panas menyertai punggungnya, Naya mengambil nafas lalu menghembuskan perlahan.
"Ya ampun, ada apa ini?" Naya pergi ke kamar mandi dan dia menutup warungnya sejenak.
Di dalam kamar mandi.
Anaya terkejut karena saat buang air kecil terdapat lendir berwarna merah bercampur darah yang keluar dari bagian jalan lahir sang jabang bayi. Perut Naya semakin mulas dan terlalu sering hingga Anaya memutuskan pergi ke rumah sakit.
"Apa aku ingin melahirkan? Tapi kenapa mendadak? Ternyata benar kata Dokter, terkadang Hpl bisa lebih lambat ataupun cepat." Naya berbicara sendiri sambil mengemasi pakaian bayinya di dalam tas.
Beberapa menit kemudian.
Taksi online pesanan Anaya telah tiba sedari tadi dan Naya langsung mengatakan ingin pergi ke rumah sakit.
Dua puluh lima menit.
Taksi sampai di parkiran rumah sakit, Anaya turun dan dia berjalan dengan gontai masuk ke dalam rumah sakit tersebut.
"Suster! Tolong saya, Sus." Naya berkata lirih dengan memegangi perutnya.
Dua orang suster langsung datang dan membawakan kursi roda, mereka mendorong kursi roda ke arah ruangan Dokter Mega khusus kandungan karena Anaya sudah mengatakan tujuannya ke rumah sakit itu.
Dokter Mega dengan cepat segera bersiap untuk membantu persalinan Anaya, sementara Anaya telah berbaring di atas ranjang pasien.
"Pembukaan sudah pas, saya harap agar kamu hanya mengejan sesuai aba-aba dari saya." ucap Dokter dengan lembut.
Anaya hanya mampu mengangguk, dahinya di penuhi oleh keringat dingin karena sakit yang mendera tiada henti di area perut serta punggungnya panas.
Tulang Anaya seperti patah saat dia merasakan sesuatu hal yang saat ini tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
'Ternyata seperti ini pengorbanan seorang Ibu untuk anaknya.' batin Naya terharu karena dia tidak menyangka jika jalan hidupnya akan sedikit menyedihkan, melahirkan tanpa di dampingi seorang suami itu sangatlah menyakitkan.
•
•
**TBC