Menceritakan seorang gadis CEO yang terkenal dengan kecantikan dan kekayaan yang dimiliki oleh nya, harus terjerat dengan mafia kejam yang sedang menjalankan misi untuk menjatuhkan lawan nya.
Pria itu tidak menyangka jika dihari pertama dirinya berada di negara M untuk menjalani misinya di salah satu perusahaan besar yang ada di negara tersebut harus bertemu dengan seorang wanita cantik yang menjadi target dari misi nya sendiri. Sampai akhirnya pria itu menyatakan kepemilikan atas wanita itu.
"You are mine and will forever be mine" ucap pria itu dengan tatapan tajamnya menatap CEO cantik yang berada di hadapan nya itu.
"Kita lihat saja sampai mana kau bisa menaklukkan aku tuan Mafia" balas gadis itu dengan senyum manis nya yang terlihat begitu menawan di pandangan sang mafia kejam.
apakah sang mafia kejam itu bisa menaklukkan hati sang CEO cantik itu dan menyelesaikan misi nya?
apakah sang CEO cantik bisa jatuh ke dalam pesona tuan mafia kejam dan menerima perasaan dari mafia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evi Mardiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 menjadi pahlawan untuk Laura
Setelah mempersiapkan semua keperluan untuk keberangkatan ke New York, Albert dan juga Jeremy memutuskan untuk langsung menjemput Laura dan juga Sintya di kediaman Laura.
"kau lihat Jer.... Sepertinya Laura akan sangat tertarik kepada ku nanti, jika aku sudah berhasil merebut hatinya maka aku akan menghancurkan hati itu sehancur mungkin karena aku ingin membalaskan apa yang dulu pernah ayahnya lakukan kepada ku dulu, sungguh perbuat Marcus kepada ku dan juga keluarga ku dulu " ucap Albert tersenyum mengingat rencana yang akan ia jalankan untuk menjadi membalaskan dendam kepada keluarga Marcus.
"apa kau yakin jika kau akan mempunyai menyakiti Laura jika di dalam hati mu sudah ada cinta untuk gadis itu Albert" tanya Jeremy sebagai teman masa kecilnya Albert.
"aku tidak pernah mengenal yang namanya cinta Jeremy, aku hanya mengenal yang namanya pembalasan dendam atas kematian keluarga ku, jika dia sudah berani menghancurkan keluarga kita maka mereka juga harus merasakan yang namanya kehancuran dari keluarganya" jawab Albert dingin.
"dan aku tau jika sumber kehancuran dari Marcus ada pada putri nya, karena cuma dia satu-satunya yang dia miliki sekarang" lanjut Albert yang masih menatap Jeremy dingin.
Jeremy hanya diam mendengar rencana jahat yang akan dilakukan oleh Albert kepada gadis yang bernama Laura itu. Jeremy tidak yakin jika pria itu akan tahan untuk menyakiti wanita itu, karena Jeremy yakin jika sudah ada cinta di hati Albert kepada wanita yang akan menjadi target balas dendamnya atas kematian keluarganya.
"aku tidak yakin jika kau sanggup menyakiti Laura, Albert.... Karena aku bisa melihat jika kau mulai tertarik kepada wanita yang ingin kau hancurkan itu.... kita lihat saja apa yang akan terjadi kedepan Nya" batin Jeremy yang kembali fokus mengemudi mobil nya yang akan segera sampai ke kediaman Kurniawan.
...****************...
Sedangkan di kediaman keluarga Kurniawan, terlihat kedua gadis itu sedang sibuk mengeluarkan kopernya karena sebentar lagi Albert dan juga Jeremy akan tiba di kediaman mereka.
"apa kau yakin jika kita akan kesana dengan mereka, Laura" tanya Sintya yang belum yakin dengan rencana mereka yang akan ke New York bersama kedua pria itu.
"untuk sekarang kita harus percaya dengan mereka Sintya, karena mereka berasal dari sana dan mereka juga berpengaruh di negara itu kan, jadi sebaiknya kita percaya saja sama mereka" ucap Laura yang tidak tenang.
"tapi aku takut jika dibalik sikap baik mereka kekada kita ada tersimpan rencana jahat yang akan menghancurkan kita kedepannya " ucap Sintia yang sedikit curiga dengan kedua pria itu.
"itu biar kita pikirkan besok saja, yang terpenting sekarang itu kita harus segera kesana dan mencari keberadaan papa disana" ucap Laura.
Sintya hanya mengangguk saja, dia merasa bersalah kepada sahabatnya itu, harusnya dirinya tidak memberatkan pikiran sahabatnya itu dengan ras curiga yang menerjang hatinya kepada kedua pria yang menjadi kliennya Laura yang tiba-tiba mengajukan diri untuk membantu Laura, padahal mereka belum saling kenal sama sekali.
Tak lama kemudian terlihat mobil milik Albert sudah berada di depan perkara Mansion milik Laura. Kedua pria itu langsung saja turun dari mobil nya dan membantu kedua gadis itu memasukkan koper mereka.
"kalian sudah siap kan" tanya Albert yang terkesan peduli akan tetapi di balik itu semua ada rencana licik yang sudah tersusun di dalam pikirannya.
"kira sudah siap, sebaiknya kita langsung saja pergi ke bandara, karena sebentar lagi penerbangan kita akan tiba" jelas Laura.
"baiklah..... Mari masuk" ajak Albert yang meminta Laura untuk duduk di samping nya. sedangkan Sintya terpaksa duduk di samping pria yang tadi pagi sempat berdebat dengan nya karena Sintya tidak sengaja menabrak pria itu.
Jeremy menatap datar kearah Sintya yang sedang menatap dirinya sinis. Wanita itu masih sangat dendam kepada pria yang ada di sampingnya itu.
"ada apa dengan kalian hah, cepat jalankan mobilnya" perintah Albert tajam.
Jeremy langsung menjalankan mobilnya setelah mendapatkan teguran dari sahabatnya sekaligus bos nya itu.
...****************...
Beberapa menit kemudian mereka berempat tiba di bandara dan mereka langsung mengambil penerbangan dengan menggunakan pesawat pribadi dari Albert. Sintya sangat kagum dengan interior pesawat pribadi milik Albert karena ini menjadi hal pertama untuk dirinya melakukan penerbangan menggunakan pesawat pribadi.
Sedangkan Laura terlihat biasa saja karena sekarang bukan waktunya dirinya mengagumi kemewahan pesawat pribadi milik Albert, karena sekarang dirinya sedang memikirkan nasib ayahnya yang sampai sekarang belum di ketahui keberadaan nya.
Jeremy tersenyum licik melihat Sintya yang begitu mengangumi pesawat milik Albert.
"Nona tutup mulut mu itu, kau sungguh sangat kampungan sekali" ucap Jeremy mengejek Sintya.
"tuan Albert, apa pesawat mu ini ada makhluk halus nya? kenapa saya seperti mendengar suara seseorang tapi tidak melihat wujudnya sama sekali" ucap Sintya yang membalas ejekan dari pria yang berada di depannya itu. Albert tersenyum sinis kearah sahabatnya yang sedang diejek oleh seorang wanita. Sedangkan Jeremy langsung menatap tajam kearah Sintya yang terlihat santai sekali.
biar seru
klo bisa ada tokoh laki laki yg lebih baik gitu