Karena hutang ayahnya, Ervina terpaksa menikah dengan seorang CEO yang terkenal dingin, kejam dan tak tersentuh. Kabarnya sang CEO tidak bisa melupakan mantan istri pertamanya.
Narendra Bimantara, Seorang CEO yang membenci sebuah pernikahan karena pengalaman buruk di masa lalu. Namun, karena putri semata wayangnya yang selalu meminta Ibu, Naren terpaksa menikahi Ervina sebagai pelunas hutang rekan kerjanya.
Namun, Naren tak pernah berfikir menjadikan Ervina istri sungguhan, dia berfikir akan menjadikan Ervina baby sister putrinya saja.
Dan membuat perjanjian pernikahan dengan Ervina.
Ikuti kisah IPHMDK
karya Roro Halus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roro Halus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Hancur berkeping-keping lagi.
Naren menoleh sebentar pada Ervina, kemudian mengambil berkas di sebelahnya dan dia lemparkan ke arah Ervina.
Bruk!
"A—apa ini, Tuan!" tanya Ervina berdebar saat tubuhnya terhantam selembar kertas itu.
"Surat perjanjian!" ketus Naren dengan tatapan tajamnya pada Ervina.
Glek!
Ervina menetralkan jantungnya yang semakin tak karuan saat mendapati surat perjanjian yang dilemparkan oleh suaminya...
Dengan tangan yang sedikit tremor, Ervina membaca setiap poin demi poin dalam surat perjanjian pernikahannya dengan Naren.
Tertulis jika dirinya sebagai pihak kedua dan Naren pihak pertama yang membuat perjanjian.
"Baca dengan teliti!" ucap Naren dingin.
"Baik, Tuan!" jawabnya masih sekuat tenaga menetralkan jantung sambil membaca setiap poin yang menyesakkan, "Ini diskusi apa perintah, Tuan?" tanya Ervina memberanikan diri.
"Perintah! Tapi jika ada yang ingin kamu tambah boleh atas seijinku!" jawabnya sambil memainkan ponselnya.
Walaupun dengan hati yang hancur, Ervina tetap membaca setiap poin yang diajukan oleh pihak pertama,
[1. Pihak Kedua tidak memiliki hak apapun atas pihak pertama.
Pihak kedua menjadi istri pihak pertama sampai putri pihak pertama tidak lagi membutuhkan pihak kedua.
Tidak ada kontak fisik
Pihak kedua dilarang jatuh cinta dengan pihak pertama.
Pihak kedua berhak menerima nafkah lahir saja, senilai Rp. 400.000.000.]
Lima poin yang diajukan Naren untuk Ervina, sekaligus mampu membuat semua usaha dan pengharapan Ervina tak lagi bisa tumbuh.
Seakan menegaskan apapun usahanya tak akan berhasil dan hanya menunggu waktu sampai Ervina nanti dicampakkan seperti sampah.
Ervina tersenyum kecut setelah membaca setiap poin perjanjian itu, tanpa banyak bicara dan menyanggah apapun juga, Ervina langsung menandatangani surat itu.
Ervina ingin segera menyelesaikan sesuatu yang menyesakkan dadanya.
"Jika pada akhirnya Tuan yang melanggar janji dan menyentuh saya? bagaimana?" tanyanya sambil menandatangani surat itu.
"Tidak akan! Tidak akan pernah aku menyentuh tubuh krempengmu! Aku bisa mendapatkan tubuh yang lebih sexy di luar sana!" jawab Naren dengan tajam.
Kejam!
Lidahnya bak belati yang kian menghunus hati Ervina lagi dan lagi....
Mendengar jawaban itu, Ervina tersenyum menyedihkan, "Saya pegang ucapan, Tuan!" jawabnya.
Bohong jika Ervina tidak merasa sakit saat mendengar ucapan pedas dan menyakitkan suaminya, bahkan sangat sakit.
Sekali lagi! Naren telah menghancurkan hatinya berkeping-keping, memutuskan tunas pengharapannya yang sedikit tumbuh karena pelukan pagi hari ini.
'Beginilah akhir pernikahanku kelak? Pada akhirnya aku akan tetap dibuang?' batin Ervina kemudian menyerahkan kembali surat itu pada Naren.
"Bagus!" ucap Naren tersenyum miring seakan merendahkan Ervina sambil melihat jejak pena di surat perjanjian itu, "Sekarang keluar! Aku mau ke kantor!" usirnya.
Deg!
Ervina tak bisa menahan kekehan menyedihkannya saat akhirnya dia turun dari mobil suaminya dan mobil itu menghilang tanpa memikirkan dirinya sama sekali.
Sama sekali!
"Malangnya nasibku!" gumam Ervina kemudian melangkahkan kakinya untuk pulang, "Ibu, apakah wanita selalu yang babak belur dalam pernikahan? Apa ada wanita yang selamat dalam pernikahannya, Bu?" gumamnya lagi membasuh perih hatinya.
Pasalnya, Ervina tidak membawa ponsel maupun tas, karena buru-buru tadi pagi, tidak ingin membuat Naren menunggu dan berakhir kena marah lagi.
Ervina tidak menyangka jika Naren akan sekejam itu meninggalkan dirinya di halaman parkir sekolah Calisha begitu saja.
Dan membuat Ervina harus jalan sejauh 5 kilometer untuk sampai ke mansion Naren lagi.
"Tidak ada ya, Bu? Kenapa kita, perempuan yang harus terus bersabar, Bu?" gumamnya lagi sambil mengusap air mata yang luruh dengan kasar.
Setiap langkah yang dia ambil, semakin bertambah juga kesakitan dihatinya mengingat perlakuan Naren membuat dirinya merasa begitu tak berharga.
Hingga tiba-tiba seorang wanita mensejajarinya, "Tapi, bukankah sabar akan selalu berbuah indah, Nak?" ucapnya.
Sontak Ervina menoleh pada wanita itu, wanita dengan baju yang lusuh dan sebuah kantong plastik besar dia panggul, dari penampilannya Ervina bisa tau jika ibu itu adalah seorang pemulung.
Usianya mungkin sekitar empat puluhan tahun, namun dibalik penampilannya itu, ada senyum indah yang membuat Ervina tentram, "Na juga tidak tau, Bu!" jawabnya.
"Nak, di era sekarang, banyak sekali pernikahan yang gagal, banyak wanita memilih bercerai daripada mempertahankan pernikahan karena merasa dirinya hebat, memiliki nilai, dan harga diri" ucap Ibu itu membuat Ervina menoleh dan menatap dengan intens.
"Banyak juga karena ekonomi, dan mereka berfikir wanita yang memperjuangkan pernikahan walaupun berat itu wanita yang memiliki nilai rendah!" lanjut ibu itu.
"Bukankah memang begitu, Bu? Kebanyakan wanita yang tidak berdaya yang mempertahankan pernikahan karena bergantung dengan suami, tidak mandiri, dan tidak memiliki nilai, seperti saya!" ucapnya, "Jika saya berdaya, saya pasti tidak terjebak di pernikahan ini, Bu!"
Ibu itu menggeleng, "Berdaya yang kamu maksud adalah kaya, Nak?"
Ervina mengangguk, "Kaya, berkuasa, terhormat!" lanjutnya.
"Lalu apa menurutmu Sayyidah Khadijah R.A bukan wanita terhormat, kaya dan berkuasa? Justru beliau wanita paling suci yang terhormat, wanita terkaya dan berkuasa tentunya pada masa itu!" ucap Ibu itu, "Namun, beliau tetap sabar menjalani pernikahan ddan menemani Rasulullah dalam dakwah, walau baju sudah sebanyak 80 tembelan, hidup terusir, terasingkan, kekayaan habis, bahkan air asinya berupa darah karena tak ada satupun yang bisa beliau makan, tapi beliau tetap tabah, karena tau sabarnya berhadiah surga!" lanjut ibu itu.
Dan itu membuat Ervina tertampar!
Nasihat ibu pemulung itu membuat Ervina tersadar, persis seperti Ibunya dulu saat memberikan nasihat, selalu mengambil contoh langsung pada panutan hidup kita semua, Makhluk semesta alam.
Ervina menatap Ibu itu dengan berkaca, "Bu!"
Dan Ibu itu mengangguk, "Nak, sabar pasti akan berbuah indah, entah itu berhadiah surga atau suamimu berubah!" ucapnya lagi.
"Iya, Bu! Na akan sabar, entah itu surga atau suami yang Na dapatkan!"
'Bukankah hidup hanya sabar, dan menerima kekecewaan!'
Bersambung....
Naren kamu benar-benar pengen author gantung! Ya Allah gemezzz..
Jangan lupa follow author, like, komen dan vote biar author makin semangat nulisnya😍😍😍
pasti kelakuan nya si Candra itu