"Apakah aku ditakdirkan tidak bahagia di dunia ini?"
Ryan, seorang siswa SMA yang kerap menjadi korban perundungan, hidup dalam bayang-bayang keputusasaan dan rasa tak berdaya. Dengan hati yang terluka dan harapan yang nyaris sirna, ia sering bertanya-tanya tentang arti hidupnya.
Namun, hidupnya berubah ketika ia bertemu dengan seorang wanita 'itu' yang mengubah segalanya. Wanita itu tak hanya mengajarinya tentang kekuatan, tetapi juga membawanya ke jalan menuju cinta dan penerimaan diri. Perjalanan Ryan untuk tumbuh dan menjadi dewasa pun dimulai. Sebuah kisah tentang menemukan cinta, menghadapi kegelapan, dan bangkit dari kehancuran.
Genre: Music, Action, Drama, Pyschologycal, School, Romance, Mystery, dll
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ravien Invansia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33: Fight!
Andre dan Senna berdiri tegak di tengah jalan, menatap tajam ke arah para preman yang mulai berkumpul. Preman-preman itu tampak marah setelah dua rekan mereka ditendang mundur.
Langit mulai mendung, angin berhembus kencang.
whoosh
Salah satu preman berteriak, "Berani-beraninya kalian! Serang mereka!"
Tanpa ragu, sekitar tiga puluh preman maju dengan wajah garang. Andre dan Senna saling pandang sejenak, kemudian bersiap menghadapi serangan.
Andre mengepalkan tangan, merasakan adrenalin mengalir. Seorang preman dengan tongkat besi menghampirinya. Andre menghindar ke samping, lalu menghantam perut preman itu dengan siku.
dug!
Preman itu terjatuh sambil meringis kesakitan. Dua preman lainnya datang dari belakang. Andre berputar cepat, menendang salah satu di antaranya.
whack!
Senna menghadapi lima preman sekaligus. Mereka mengayunkan senjata tumpul ke arahnya. Dengan gesit, Senna melompat ke belakang, menghindari serangan.
swoosh!
Ia mendarat ringan, kemudian menyerang balik dengan tendangan ke arah dagu salah satu preman.
pak!
Preman itu terjungkal ke belakang. Yang lain tampak kaget, namun segera maju lagi. Senna menunduk menghindari pukulan, lalu menghantam lutut preman di depannya.
crack!
Terdengar suara tulang retak. Preman itu berteriak kesakitan. Sementara itu, Andre dikeroyok oleh beberapa preman bersenjata.
clang!
Tongkat besi mengenai tanah saat Andre menghindar ke samping. Ia memanfaatkan momentum untuk memukul wajah salah satu preman.
puk!
Darah mengucur dari hidung preman tersebut. Andre terus bergerak, tidak memberi kesempatan musuh untuk menyerang balik.
Di sisi lain, Senna menghadapi preman yang lebih besar. Pria itu mengayunkan rantai besi dengan ganas.
swish!
Senna melompat ke atas, menghindari rantai tersebut. Ia mendarat di atas bahu preman itu, kemudian menghantam kepalanya dengan siku.
bam!
Preman besar itu ambruk ke tanah. Sisa preman mulai ragu, namun jumlah mereka masih banyak. Andre dan Senna mulai terdesak ke sudut jalan.
Napas mereka mulai berat.
hah...
hah...
Andre melihat sekeliling, mencari celah untuk keluar. "Kita harus bertahan," ucapnya singkat.
Senna mengangguk. "Aku akan menahan mereka di sini."
Preman-preman itu kembali menyerang serentak. Andre maju ke depan, menangkis pukulan dan tendangan yang datang.
blok!
puk!
tendang!
Ia merasakan pukulan mengenai bahunya, namun tidak menghiraukannya. Dengan cepat, ia memukul balik lawannya.
duk!
Senna menghadapi serangan dari samping. Ia memutar tubuh, menghindari serangan, lalu menendang lutut musuh.
crak!
Preman itu jatuh berlutut, memberi kesempatan Senna untuk menghantam lehernya.
bugh!
Satu per satu, preman mulai tumbang. Namun jumlah mereka masih banyak. Andre mulai kelelahan, luka-luka di tubuhnya semakin terasa.
Di tengah kekacauan, salah satu preman berhasil memukul punggung Andre dengan tongkat.
duk!
Andre terjatuh ke depan, menahan sakit. Preman lain bersiap menghantamnya lagi. Namun sebelum pukulan itu mengenai, Senna melompat dan menendang preman tersebut.
wham!
Andre bangkit kembali, mengatur napas. "Terima kasih," ucapnya pada Senna.
"Kita harus cepat menyelesaikan ini," jawab Senna sambil menatap musuh yang tersisa.
Preman-preman itu mulai terlihat ragu. Beberapa dari mereka mundur perlahan. Pemimpin mereka berteriak, "Jangan mundur! Habisi mereka!"
Andre dan Senna memanfaatkan keraguan itu. Mereka maju bersama, menyerang dengan kekuatan penuh.
Andre menghantam preman di depannya dengan pukulan keras ke dada.
bam!
Senna melompat, menendang dua preman sekaligus.
duk!
duk!
Musuh-musuh mereka mulai tumbang satu per satu. Akhirnya, hanya tersisa beberapa preman yang berdiri. Melihat rekan-rekan mereka kalah, mereka memutuskan untuk kabur.
"Kejar mereka!" seru Andre.
"Tidak usah," kata Senna sambil menahan lengan Andre. "Biarkan mereka pergi. Kita sudah cukup membuat peringatan."
Andre mengangguk setuju. Napas mereka berdua masih terengah.
hah
hah
Mereka berdiri di tengah jalan yang kini penuh dengan preman tergeletak. Beberapa merintih kesakitan, yang lain pingsan.
Andre melihat ke arah Ryan pergi. "Anak itu aneh," gumamnya.
"Ya," jawab Senna. "Ada yang aneh dengannya."
Andre menatap langit yang mulai gelap. "Kita harus kembali."
Senna menghela napas. ‘Semoga ini tidak menjadi masalah baru.’
Mereka berdua mempercepat langkah, menjauh dari lokasi perkelahian. Suara sirine terdengar dari kejauhan, memburu dalam irama yang mencekam.
nino
nino
Andre dan Senna bergegas, langkah mereka terburu-buru menyusuri lorong yang remang, angin dingin menerpa wajah. Senna sesekali menoleh ke belakang, memastikan tak ada yang mengikuti mereka. Mereka memilih jalur sempit, melewati gang-gang kecil untuk menghindari polisi.
...----------------...
Ryan sudah jauh di depan, berlari secepat mungkin menuju rumah Hana. Rasa perih dari luka di tubuhnya mulai menusuk, tapi dia mengabaikannya, memaksa kakinya untuk terus melangkah.
hah
hah
“Sedikit lagi,” gumamnya, nafas tersengal di tengah keheningan sore yang mulai terasa dingin.
Sesampainya di depan rumah Hana, Ryan berhenti sejenak, mengatur napas yang memburu, pandangannya menatap rumah yang tampak sunyi. Cahaya dari dalam rumah remang, tidak ada tanda kehidupan. Dia menelan ludah, lalu mengetuk pintu, suaranya menggema dalam keheningan.
tok...
tok...
tok...
Tidak ada respon. Ia mengetuk lagi, sedikit lebih keras.
tok
tok
tok
Masih hening. Hawa kecemasan mulai merayap di dadanya, seolah ada sesuatu yang tidak beres. ‘Hana... kamu di rumah, kan?’ batinnya mulai dipenuhi pikiran-pikiran gelap.
...----------------...
Setengah turu buat adegan fight nya, sambil rebahan dan mensimulasikan gimana adegan fight nya.
Karena MC ada di semua bab, pakai POV bisa lebih mudah. Tapi nggak juga gpp.
Yang saya kurang suka kalau cerita multiplot tapi pakai POV 1 yang berganti-ganti.
Bahasa cerita menurut saya udah bagus, baik itu narasi ataupun dialog.
btw, banyak orang di kehidupan nyata terwakilkan Ryan. Biasanya itu pengalaman penulis lalu di dunia fiksi dia ganti dg tema fantasi misal dapat sistem atau masuk ke dunia game.