NovelToon NovelToon
Criminal Love

Criminal Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Time Travel / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Mengubah sejarah / Persahabatan
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Choi Kim Ae

Kembali ke masa lalu untuk menyelamatkan cinta pertama ku dari kematian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Choi Kim Ae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 9

1 Hari sebelum pertandingan.

Hari ini aku berangkat sekolah bersama Nicky dengan motor besarnya. Aku sedikit terkejut saat hendak keluar rumah dan melihat Nicky sudah menunggu ku.

"Ma! Ada Nicky!" Teriak ku kepada ibu ku yang berada didalam rumah.

"Nicky? Ya ampun." Ibu ku langsung keluar rumah dan teriak kegirangan bertemu dengan Nicky seolah-olah Nicky adalah idolanya.

"Tumben kamu mau mampir kesini. Udah sarapan belum? Ayo masuk sarapan dulu." Ibu ku menghampiri Nicky dan mengusap punggungnya.

"Udah Tante." Kata Nicky tersenyum sambil mencium tangan ibu ku.

"Sudah baikan sama Riri? Jangan berantem lagi ya, kalian kan udah temenan dari masih bayi." Kata Ibu ku lagi yang membuat ku tercengang.

"Mama! Apaan sih, orang aku nggak pernah berantem kok." Pungkas ku panik, takut Nicky berpikir aku mengadu yang tidak-tidak pada ibuku.

"Loh nggak berantem tapi diem-dieman selama bertahun-tahun itu apa namanya?" Ucap Ibu ku semakin mengantimidasi.

"Udah ah, aku berangkat dulu." Aku mencium tangan Ibu ku lalu naik ke motor Nicky.

Kami pun pamit lalu pergi. Kali ini Nicky membawakan ku helm jadi kami berdua pakai helm. Nicky mengendarai motornya dengan kecepatan yang lumayan membuat ku ngeri. Aku berpegangan pada tas dipunggungnya dengan kuat.

"Woy! Bisa pelan sedikit nggak? Gue bisa jatuh kalo begini." Teriak ku pada Nicky sambil mengguncang bahunya pelan.

Nicky menepikan motornya dan berhenti. Anak itu melepaskan tas yang digendong dipunggungnya dan menggendongnya didepan dadanya. Lalu tangannya menarik tanganku hingga tubuhku menempel dengan tubuhnya. Ia melingkarkan tanganku tepat di perutnya, posisiku sekarang adalah memeluknya dari belakang.

Eh apa-apaan anak ini? Aku sedikit canggung dan menarik kembali tubuhku, namun tangannya dengan cepat menahan tangan ku agar tak menjauh darinya.

"Pegangan kalau nggak mau jatuh!" Katanya lalu kembali mengemudikan motornya.

Wah, benar-benar anak ini. Awas aja, ku pukul nanti kalau sampai.

Kami pun sampai di parkiran sekolah dengan selamat. Aku turun dari motor Nicky dan langsung melepas helm ku, ku lihat Nicky juga melepas helmnya. Ku layangkan tangan ku ke kepalanya.

"Aw!" Desisnya sambil memegangi kepalanya yang ku pukul.

"Berani-beraninya lo ngajak gue mati? Kalo mau mati, mati sendiri sana!" Aku mengomel.

"Itu pelan, nggak sampe 60km/jam. Emang suara motornya aja kencang."

"Pelan mata lo itu! Gue nggak mau naik motor sama lo lagi! Lebih baik gue naik bus deh, aman." Aku merajuk kesal dan hendak meninggalkannya, namun seketika ia menahan tanganku agar tak meninggalkannya.

"Jangan marah-marah hey, masih pagi. Iya gue salah, maaf."

What? Sesimpel itu dia minta maaf?

Padahal kalau dengan mas Davi aku membutuhkan waktu yang lama untuk berdebat meski hanya masalah sepele sampai akhirnya dia meminta maaf, atau bahkan dia ikut merajuk dan berujung aku yang minta maaf duluan.

Karena Nicky sudah minta maaf, ya aku harus bagaimana selain memaafkan. Aku kan orang yang sangat murah hati.

"Lo ke kelas duluan aja, gue mau taruh sepatu dulu di locker basket." Katanya lagi setelah melihat ku lebih tenang.

Aku pun pergi meninggalkannya.

Saat menuju ruang kelas ku, aku malah bertemu dengan Dicky di lorong, ah iya aku ingat ini, kejadiannya sama persis dengan yang ku hadapi di masa itu. Dicky berjalan ke arah ku dengan kaki yang pinjang dan tangan yang di gips. Seharusnya aku tak lewat sini.

Jika diriku yang sebelumnya akan sedih melihat keadaannya yang seperti ini, diriku yang sekarang malah bersyukur. Orang sepertinya memang pantas mendapatkan hal itu! Bahkan kecelakaan ini tak sebanding dengan trauma dan sakit hati yang ku rasakan atas perbuatannya.

Di kehidupan ku sebelumnya, Dicky berpura-pura sangat mencintaiku. Aku selalu merasa dialah yang terbaik padahal itu semua hanya akal busuknya agar bisa mendapatkan tubuhku.

Untungnya aku bukan orang gampangan yang mau begitu saja menyerahkan tubuh ku hanya karena orang itu bersikap baik padaku.

Aku sangat berterima kasih pada nenek ku yang selalu menasehatiku sebelum meninggal.

Beliau berkata agar aku selalu menjaga diri dari laki-laki saat dewasa. Aku harus menjadi wanita yang berkualitas untuk mendapatkan pria yang berkualitas juga. Jika laki-laki sungguh-sungguh menyayangi kita, dia nggak akan merusak kita.

Benar saja, si bajingan itu nggak pernah sungguh-sungguh menyayangiku. Buktinya setelah kejadian aku menolak ajakannya berhubungan, dia langsung memacari adik kelas.

Ah sialan, emosi ku jadi tersulut lagi mengingat kejadian itu.

Ku lihat anak itu tersenyum pada ku dari kejauhan. Dia berharap apa? Ku lempar senyuman balik gitu? Cih..

"Ri." Dia memegang tangan ku yang berusaha mengabaikannya saat kami berpapasan.

Refleks aku langsung menarik tangan ku.

"Bisa kita ngomong sebentar?" Katanya lagi.

"Ngomong aja." Jawab ku ketus.

"Jangan disini, ayo kita ke belakang sebentar." Dasar buaya.

"Kalo nggak mau ngomong yaudah, bye!" Aku segera melanjutkan langkah ku lagi, namun ditahannya lagi.

"Okay okay." Dia kembali menahan tanganku.

"Aku dengar kamu dan Nicky sahabatan dari kecil ya? Okay aku ngerti kalo gitu, aku nggak akan cemburu. Tapi aku masih nggak ngerti kenapa sikap kamu jadi aneh gini. Bahkan kita nggak pernah ada masalah sebelumnya. Kalo aku ada salah kasih tau aku, Ri. Jangan gantungin aku gini." Katanya selembut mungkin.

"Dasar cabul! Nggak usah merasa paling tersakiti deh. Gue udah tau motif lo ngajak gue pacaran. Kalau udah nggak ganteng dan nggak tajir, minimal kelakuan jangan kayak setan!" Aku memakinya dalam hati.

Sebetulnya benar kata Dicky. Kami tak pernah ada masalah sebelumnya. Sikapnya juga masih baik, dan dia masih menunjukkan ketertarikannya padaku. Sebelum akhirnya aku sadar bahwa aku akan dicampakkannya dikemudian hari. Bukankah aneh jika tiba-tiba sikap ku seperti ini? Tapi jika mengingat hal yang pernah terjadi sebelumnya, rasanya aku ingin terus memakinya. Tapi itu tak mungkin, atas dasar apa aku mengatakan bahwa dirinya cabul? Bagaimana aku bisa tau motifnya sedangkan ia masih bersikap baik? Aku memang pandai mengumpat, tapi tak pernah sampai hati untuk berucap.

"Gantungin? Jelas-jelas gue bilang kita putus. Lagipula kita cuma pacaran selama 3 hari, itu pun nggak bisa dibilang pacaran karena kita nggak pernah kencan sekalipun. Kalau pacaran cuma sekedar tukar perhatian doang lewat pesan, nggak usah merasa paling tersakiti. Anggap aja gue cuma khilaf." Ucap ku cuek.

Sejujurnya ini bukan diriku. Meskipun aku sering mengomel pada Nicky, tapi aku tak pernah tega untuk menyakiti hati orang lain dengan mulut ku. Bicara seperti ini pada Dicky adalah bukan diriku. Tapi sebelum dia menyakiti hatiku seperti di kehidupan ku yang lain, lebih baik aku memberinya pelajaran terlebih dahulu.

"Khilaf? Aku nggak pernah anggap kamu khilaf. Justru sekarang kamu lagi khilaf. Semoga kamu cepat sadar ya, Ri. Aku bakal nunggu kamu kok. Aku sayang banget sama kamu, Ri."

Hoek!! Dia bersikuat dengan keyakinannya. Dia pikir aku percaya?

"Ya terserah!" Aku berlalu pergi meninggalkan cowok gila itu.

Pagi-pagi mood ku sudah jelek. Pertama gara-gara Nicky, kedua gara-gara Dicky. Benar-benar deh orang itu.

Dari jauh aku juga melihat Giska keluar dari kelas Nicky sambil senyum-senyum sendiri. Lalu dua menyapa ku setelah melihat ku dari kejauhan. Gadis itu berlari ke arah ku.

"Rivanza."

Ah iya, dia selalu memanggil ku seperti itu.

"Kalian sampai jam berapa semalam? Rumah kalian satu komplek kan? Kapan-kapan ajak gue main ya?" Katanya penuh semangat.

"Okay." Aku hanya menjawab ujungnya.

"Nicky!" Tiba-tiba gadis itu Teriak dan melambaikan tangan kearah belakang ku, ternyata ada Nicky disana.

Wah, terlihat jelas bahwa anak ini mulai tertarik dengan Nicky.

1
Murni Dewita
👣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!