Criminal Love

Criminal Love

Episode 1

9 Juni 2024

08.15

"Hey, jangan lari-lari!" Ucapku pada kedua anak ku yang tengah bermain kejar-kejaran.

Brukk.. Mereka berdua terjatuh.

"Ibu, Kaki adek sakit." Ucap si bungsu Arkana sambil menghampiri ku yang sedang sibuk memasak.

"Kan Ibu bilang jangan lari-lari." Kata ku sambil membungkuk sebentar untuk mengusap kaki mungilnya.

"Tapi kakak kejar-kejar adek." Rengek anak lucu itu lagi.

"Kakak, jangan kejar-kejaran ya. Nanti kalau jatuh lagi sakit lho!" Aku berusaha memperingati si Kakak yang usianya hanya satu tahun diatas adiknya.

"Iya tapi adek ambil boneka Kakak, Bu." Rengek si Kakak, Zivanna, yang berusaha membela diri.

"Adek, kenapa ambil boneka Kakak?"

"Adek kan pinjam"

"Kalau pinjam bilang baik-baik, Kak, adek pinjam ya boneka nya. Jangan langsung ambil, nanti Kakak marah karena adek nggak izin."

"Oh gitu ya, Bu?" Kata anak laki-laki usia dua setengah tahun itu lagi.

"Iya, coba adek izin sama kakak pasti kakak kasih pinjam." Kata ku mencoba memberi afirmasi positif pada keduanya.

"Kak, Adek boleh pinjam gak bonekanya?" Kata si adik.

"Boleh, dek. Nggak apa-apa kok kalau mau pinjam." Kata si Kakak yang mulai tenang.

"Terimakasih ya, Kak."

"Sama-sama, Dek."

"Aku sayang kakak."

"Kakak juga sayang adek."

Mereka pun berpelukan sambil tersenyum, lucu sekali. aku pun tersenyum melihatnya.

"Main bersama-sama ya. Ibu masak dulu sebentar." Kata ku lagi yang sudah kembali ke meja dapur ku.

"Okay." Jawab keduanya.

"Ayo, dek, kita main sama-sama. jangan ganggu Ibu ya, dek." Kata si Kakak sambil menggiring adiknya menjauh dari dapur.

"Ayo." Jawab adiknya.

Tiba-tiba ponsel ku berdering, ku lihat bibi ku menelepon.

"Hallo, Tante Lisa." Aku langsung menjawabnya.

"Ri, udah dengar berita? Nicky meninggal."

"Innalillahi." Aku terkejut mendengarnya.

"Kamu bisa nyusul? Tante dan mama mu udah di rumahnya."

"Iya tante, Aku izin mas Davi dulu sama minta tolong Nia jaga anak-anak." Kata ku.

"Iya."

Ku akhiri telepon ku dengan bibi ku dan beralih menelepon adik ipar ku.

"Hallo, Ada apa Kak?" Jawabnya.

"Nia, Kamu dirumah nggak?" Tanya ku.

"Iya aku dirumah, kenapa Kak?"

"Nia aku mau minta tolong, titip anak-anak. Teman ku meninggal aku mau melayat. Boleh?" Tanya ku lagi.

"Iya, Kak. Aku juga lagi nggak ada kelas kok. Nanti aku jemput ya."

"Iya Nia, terimakasih ya."

Telepon pun tertutup, aku beralih menghubungi suami ku.

"Iya sayang?" Ia menjawab panggilan ku.

"Hallo, sayang. Kamu udah sampai kantor?" Tanya ku.

"Baru aja sampai, ada apa?"

"Kamu ingat sahabat ku dari kecil, Nicky?" Tanya ku.

"Iya, kenapa?"

"Nicky meninggal. Aku udah telepon Nia untuk jaga anak-anak. Aku boleh melayatnya?" Tanya ku lagi.

"Innalillahi. Iya boleh, kamu naik taksi ya. Nanti pulangnya biar aku jemput." Kata Mas Davi lagi.

"Iya, Okay, kalau begitu aku mau siapin makan anak-anak dulu ya."

"Iya, hati-hati ya sayang."

"Iya kamu juga hati-hati ya."

Telepon ku tutup lagi, aku segera menyiapkan sarapan dan juga bekal makan siang dan malam anak-anak ku dirumah mertua ku. Ku bawakan lebih juga agar mertua dan adik ipar ku bisa mencicipinya.

Selesai sarapan dan beres-beres, adik ipar ku pun datang menjemput kedua keponakannya. Untungnya rumah ku dan mertua ku tak terlalu jauh, hanya beda komplek. Jadi Ia membawa kedua anak ku hanya dengan menaiki sepeda listrik.

"Ni, aku minta tolong ya. Sahabat ku meninggal, kayaknya aku bakal pulang sore bersama mas Davi."

Ucap ku tak enak.

"Iya santai Kak, Kakak hati-hati ya." Katanya.

"Iya kamu juga hati-hati. Zivanna, Zehan, jangan nakal ya. Dengar kata Kakek Nenek dan Tante Nia, Okay?" Pesan ku pada kedua anak ku.

"Iya, Bu." Jawab keduanya.

"Ibu hati-hati ya." Kata anak sulung ku.

"Iya." Ucap ku sambil mengusap kepalanya, dan mencium pipi keduanya.

"Yaudah aku jalan dulu ya Kak."

"Dadah Ibu!!!" Kata kedua anak ku.

"Dadah!!! Makan yang banyak ya, jangan nakal!" Teriak ku pada mereka yang semakin menjauh.

Aku pun mengganti baju lalu segera meluncur ke kediaman Nicky.

Sesampainya disana, aku disambut oleh isak tangis dari Tante Elsa dan Mbak Vanessa, Ibu dan kakak Nicky. Aku menghampiri keduanya dan memeluknya. Saat melihat jasad sahabat ku yang sudah terbujur kaku dan membiru, aku pun tak kuasa menahan tangis ku hingga akhirnya aku menangis bersama Tante Elsa dan Mbak Vanessa. Namun ada sesuatu yang janggal, aku tak melihat keberadaan Giska, istri Nicky, dan juga keluarganya.

Aku pun mundur, menjauh dari Tante Elsa, Mbak Vanessa dan juga jasad Nicky. Aku berusaha menenangkan diri dan mencari Giska.

"Ri!"

Aku menoleh ke sumber suara yang ternyata Ibu dan Tante ku.

"Anak-anak aman?" Tanya Ibu ku mengkhawatirkan cucunya.

"Aman, Ma." Jawab ku memegang tangan Ibu ku.

"Tante, Nicky meninggal kenapa? Aku nggak liat istri nya dan keluarga istrinya." Bisik ku pada Tante Lisa

"Nicky sakit, Giska ada dikamar nya. Dia murung terus. Ditanya pun diam, nggak Jawab sama sekali." Jawab Tante Lisa, yang tinggal lumayan dekat dengan rumah Nicky.

***

Beberapa hari sebelum kematian Nicky

Aku mengunjungi rumah Ibu ku, bermaksud mengajak anak-anak ku bertamasya bersama dengan Kakek-Neneknya. Perjalanan dari rumah ku ke rumah Ibu ku sekitar satu jam. Aku sengaja tak mengabarinya kalau aku akan mengunjunginya karena ingin memberikan kejutan. Namun sesampainya disana malah aku yang dibuat terkejut karena keberadaan Tante Elsa.

Dulu Tante Elsa adalah tetangga ku sekaligus pemilik usaha katering terbesar se Jakarta, sementara suaminya bekerja dibidang pelayaran. Ibu dan nenek ku bekerja di tempat katering Tante Elsa. Tante Elsa memiliki 2 anak yaitu Mbak Vanessa dan Nicky. Meskipun kami dari keluarga yang berbeda, Tante Elsa sangat baik dan ramah pada keluarga ku. Aku pun bersahabat dekat dengan Nicky yang seusia dengan ku. Saat mereka berlibur, Mereka selalu mengajak ku karena Nicky hanya mau bermain dengan ku.

Namun ketika kami beranjak remaja, Tante Elsa dan suaminya bercerai. Membuat Nicky menjadi anak yang berbeda, tak seceria dulu.

Tante Elsa memutuskan untuk pindah ke Bandung bersama Mbak Vanessa. Sementara Nicky tetap tinggal bersama Ayahnya di Jakarta.

Beberapa tahun kemudian Ayah Nicky menjual rumahnya dan mereka pun pindah ke perbatasan Jakarta-Bogor. Hingga akhirnya aku mendapat kabar bahwa Nicky sudah menikah dan memiliki seorang anak perempuan.

"Rivanza! Apa kabar?" Tanya Tante Elsa sambil memeluk ku.

"Baik Tante. Tante sehat?" Tanya ku.

"Tante sehat. Maaf ya, Tante mengganggu waktu kamu sama anak-anak main sama Kakek-Neneknya." Katanya mengerti bahwa aku dan anak-anak kecewa tak bisa mengajak Ibu dan Ayah ku bertamasya karena keberadaannya.

"Nggak apa-apa Tante, salah aku juga yg nggak mengabari kalau aku mau datang." Jawab ku dengan senyum tulus.

"Hey, nama kamu siapa?" Tanya Tante Elsa pada anak sulung ku.

"Zivanna, ini adek ku, Zehan" Jawab Anak ku yang luar biasa cerdas itu.

"Ya ampun. umur berapa sih Ri? Kok pintar banget?" Kata Tante Elsa.

"4 tahun Tante, adiknya 2 setengah tahun. Anaknya Nicky sudah berapa tahun tante?"

"Baru 7 bulan, Ri."

"Hmm, Tante dari kapan di Jakarta?"

"Sudah 3 hari.." Tante Elsa menggiring ku sedikit menjauh dari keluarga ku.

"Sebetulnya Tante mau ketemu sama cucu Tante di Jakarta, tapi Nicky nggak pernah mengabari, Tante nggak tau kalau ternyata cucu Tante tinggal di Riau sama neneknya." Kata Tante Elsa kecewa. Terlihat kerinduan yang amat dalam pada cucunya dari mata Tante Elsa.

"Lho, kok bisa, Tante? Istri Nicky tinggal dimana?" Tanya ku.

"Nicky dan Giska di Jakarta, tapi anaknya tinggal di Riau dengan ibunya Giska. Giska nggak mau berhenti dari pekerjaannya, pakai baby sitter nggak mau karena nggak percaya, jadi anaknya tinggal dengan ibunya di Riau. Padahal kalo tante disuruh jaga cucu Tante, Tante mau dengan senang hati. Kenapa harus ke Riau kan jauh." Tante Elsa mulai menangis.

"Tante sedih, kenapa bukan kamu yang jadi menantu Tante."

"Eh?" Aku terkejut dengan kalimat Tante Elsa, ku harap suami ku tak mendengarnya.

"Selama Tante di Jakarta, Giska nggak pernah bicara sama Tante. Tante nggak tau salah Tante apa, kayaknya Giska nggak suka sama Tante."

"Nicky gimana Tante?"

"Nicky seperti biasa, dia anak yang baik. Kamu tau kan betapa sayangnya Tante sama Nicky? Saat Nicky menunjukkan perhatiannya ke Tante, Giska seperti nggak suka. Tante merasa bersalah berada dirumah mereka, jadi pagi-pagi sekali Tante datang kesini karena Tante nggak punya tujuan lagi." Jelas Tante Elsa yang membuat ku samar-samar mengetahui kehidupan rumah tangga Nicky.

***

Terpopuler

Comments

Murni Dewita

Murni Dewita

👣

2024-10-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!