Bagaimana perasaanmu selalu dituduh mandul dan selalu diselingkuhi bahkan sang suami terus membawa pulang wanita yang berbeda-beda setiap harinya.
Hingga saat sudah tidak kuat lagi akhirnya Rialina menggugat cerai suaminya, sang suami yang mendengar itu tentu senang bukan main dan tanpa pikir panjang langsung menandatangani surat cerai itu.
Ayo simak kelanjutan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VivianaRV, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Dengan menahan geram Realina mengepalkan tangannya, "tenang saja mulai sekarang aku tidak perlu perhatian dan pengakuan dari mas Keanu lagi karena sebentar lagi aku akan mengajukan gugatan cerai kepadanya."
Rinta tersenyum senang mendengar itu karena sebentar lagi keinginannya akan segera tercapai. Melihat Keanu yang akan masuk ke dalam ruangan dengan segera Rinta mengubah ekspresinya menjadi sedih.
"Maaf ya mbak Rea gara-gara aku dan anakku membuat mbak Rea menjadi berpisah dengan mas Keanu" Rinta mulai berakting dengan mulai mengeluarkan air mata buayanya itu.
Realina yang tidak tahu apa-apa kenapa ekspresi Rinta bisa berubah dalam berapa detik pun menjadi bingung. Setelah mendengar suara Keanu Realina tahu kenapa Rinta menjadi seperti itu.
"Kamu apakan Rinta Rea! hingga dia menangis seperti ini?" keanu mendekati Rinta lalu merangkul Rinta untuk menangkannya, dalam pelukan Keanu Rinta tersenyum licik.
Realina yang melihat Rinta yang tersenyum seperti itu menjadi geram tapi dia coba menahan itu. Realina diam menatap kedua orang itu dengan tatapan nanar, berarti benar keputusan yang dia ambil tidak salah. Tidak mendengar jawaban dari Realina Keanu melepaskan pelukannya lalu menatap tajam Realina.
"Kenapa kamu diam saja jawab! kamu punya mulutkan? tahu kegunaannya?!"
Keanu kembali berbuat kasar pada Realina, dia mencengkram rahang Realina hingga Realina kesakitan. "Akh...tolong lepaskan tanganmu mas, rahangku sakit."
Keanu tidak memperdulikan sama sekali, "kalau ingin dilepaskan makanya jawab pertanyaanku!" Realina mengangguk.
Keanu pun melepaskan cengkraman tangannya pada rahang Realina. "Aku kesini hanya ingin menjenguk Rinta saja dan ingin bilang bahwa aku sebentar lagi akan mengajukan gugatan cerai ke pengadilan secepatnya."
Realina melihat semua ekspresi yang ada di wajah Keanu dan Rinta. Keanu menampilkan wajah kaget dan termangu secara bersamaan sedangkan Rinta tentu dia senang, dia tersenyum lebar bahkan sangking lebarnya senyuman itu sampai telinganya.
Keanu tentu kaget mendengar itu tapi di satu sisi dia senang karena dia tidak perlu repot-repot mengurus perceraiannya, tapi entah kenapa dalam sudut kecil hati Keanu tidak terima dengan perceraian ini.
"Baguslah kalau begitu, segera daftarkan gugatan cerainya lebih cepat lebih baik karena aku juga akan secepatnya menikah dengan Rinta, berarti mulai sekarang kamu jangan tinggal di rumahku lagi. Sana tinggal di kolong jembatan saja pasti tidak ada yang mau menampungmu kali ini."
Brak(suara pintu dibuka dengan kuat)
"Rea kenapa kamu ada disini? aku tadi bingung mencarimu kemana-mana" Farel berucap dengan tatapan cemas dan khawatir.
"Tenang mas aku ada disini."
"Aku tadi sangat cemas melihat kamu tidak ada di ruanganmu aku kira kamu nekat pergi dari rumah sakit" Farel mengelus surai Realina dengan lembut.
Keanu melihat itu menaikkan satu alisnya bingung, sejak kapan kakaknya begitu dekat dengan Realina? bukankah selama ini kakaknya tidak terlalu peduli dengan Realina? benak Keanu menjadi bertanya-tanya.
"Aku enggak bakal nekat pergi dari rumah sakit kok mas aku ke sini karena ingin menjenguk Rinta saja" Farel mengangguk mengerti.
"Ya sudah ayok kita kembali ke ruangan kamu, aku udah beli bubur sesuai yang kamu mau" Realina tersenyum dan menganggukkan kepalanya, mereka berjalan beriringan saat akan keluar dari ruangan Rinta tapi mereka berhenti ketika mendengar pertanyaan dari Keanu.
"Tunggu! sejak kapan kalian bisa akrab seperti ini?" Keanu sudah tidak tahan menanyakan pertanyaan itu kepada farel dan Realina sedari tadi.
"Itu bukan urusanmu, ingat! sebentar lagi Realina tidak ada hubungan apa-apa denganmu."
Setelah menjawab seperti itu Farel segera membawa Realina keluar dari ruangan Rinta. sampai di ruang rawatnya sendiri Realina duduk di sofa sedangkan Farel membuka bungkusan styrofoam lalu meletakkan di hadapan Realina.
"Cepat dimakan buburnya nanti keburu dingin" Farel juga membuka satu lagi bungkus styrofoam untuk dirinya sendiri.
"Mas kalau setelah pulang dari rumah sakit aku tinggal dimana ya?" tanya Realina dengan tatapan menerawang ke depan.
Farel yang tengah asik makan pun menghentikan makannya sebentar. "Kamu enggak usah bingung ada aku dan ibu yang senantiasa selalu membantumu, kalau enggak kamu bisa tinggal di apartemenku."
"Sepertinya kalau tinggal di apartemenmu nanti akan merepotkan kamu mas."
"Tidak merepotkan kok, kalau kamu mau kamu bisa tinggal di sana sepulang dari rumah sakit."
"Terus kamu tinggal di mana mas?"
"Aku bisa tinggal dimana saja bisa di kantor kalau enggak pulang ke rumah ibu."
"Terima kasih ya mas kamu banyak sekali membantuku."
"Sama-sama, ayo dimakan lagi" ucap Farel
tersenyum, Realina pun juga tersenyum.
Setelah bubur mereka telah habis Realina mengajak Farel untuk ke taman, sampai taman banyak sekali orang yang sedang duduk santai ada juga yang berjemur di bawah matahari.
"Sejuk banget udara di taman ini" Farel mengangguk setuju.
"Lihat mas pasangan kakek nenek itu sungguh romantis ya?" tunjuk Realina dengan raut wajah senang.
"Iya, lihat suaminya membawakan bunga untuk nenek" Farel turut senang melihat Realina senang hingga raut wajah Realina murung.
"Kenapa?"
"Aku sedih karena pernikahanku tidak bisa bertahan lama seperti kakek nenek itu."
"Tidak apa, mending kamu melepaskan pernikahanmu yang tidak bahagia itu daripada kamu terus-menerus tersiksa. Rea kamu berhak menentukan kebahagiaanmu sendiri walau tanpa pernikahan yang menyakitkan itu."
"Iya mas apa yang kamu katakan memang benar" Realina mengangguk-angguk setuju.
Mereka diam setelah pembicaraan itu, mereka asik memandang tumbuhan hijau yang ada di taman. Beberapa menit berada di taman Realina dan Farel kembali lagi ke ruang rawat untuk bersiap-siap menunggu dokter untuk memeriksa Realina nanti.
Sampai di dalam ruangan ternyata ada Sekar yang tengah menata buah-buahan di atas piring. "Ibu kok sudah ada disini?" tanya Farel.
"Sudah dong, ibu kan pengen lihat keadaan Realina saat ini. Gimana keadaan kamu saat ini nak? nih ibu juga membawakan buah buat kamu."
"Ibu cuman membawa buah untuk Realina saja? aku tidak ibu bawakan?" tanya Farel dengan muka merajuk.
"Sudah hentikan muka merajukmu itu karena tidak pantas untuk mukamu yang sudah tua itu" ucap Sekar dengan nada sinis.
"Ibu aku ini masih muda, lihat bahkan mukaku masih seperti umur dua puluh awal" bela Farel yang tidak terima.
"Coba tanya Rea pasti dia setuju dengan apa yang ibu katakan."
"Rea apa yang dikatakan ibu tidak benarkan? mukaku masih kelihatan muda kan?" tanya Farel meminta pembelaan.
"Muka mas Farel memang sudah tua seharusnya saat ini mas Farel sudah memiliki dua orang anak tapi sayang sampai sekarang aku tidak pernah melihat mas Farel membawa seorang perempuan" cibir Realina langsung mengenai tepat pada hati Farel.
Sekar diam menahan tawanya, "sungguh jahat sekali kamu Rea, kamu tidak tahu ya selama ini aku mempunyai seorang wanita yang aku sukai sedari dulu tapi sayang dia masih dimiliki orang lain."