Ellina damara, gadis berusia 18 tahun yang di adopsi keluarga damarta.
Awalnya kehidupannya baik baik saja sebelum kedatangan sahabat sekaligus calon istri kakak sulungnya. Yang mengakibatkan dirinya di benci oleh sang kakak karena di tuduh berbuat jahat pada calon istrinya.
Hingga sebuah tragedi terjadi. Mereka tidur bersama hingga mengakibatkan ellina hamil. Namun sayangnya Arion sang kakak tak ingin bertanggung jawab. Dan memaksa menyuruh ellina menggugurkan kandungannya.
Dengan sakit hati ellina memilih pergi dari kehidupan Arion seta keluarganya. Melahirkan dan membesarkan anaknya sendiri.
Hingga beberapa tahun mereka bertemu kembali. Dengan ellina yang telah berubah bersama sang putra tampan.
Bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DnieY_ls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 32
tak terasa dua tahun sudah ellina meninggalkan keluarga angkatnya. Kini usia damian sudah menginjak satu tahun lebih. Bocah tampan itu sudah mahir berjalan, berjongkok hingga melompat lompat kecil.
Ellina yang melihat pertumbuhan damian tentu saja merasa bahagia. Meski dia tak bisa memberi yang sempurna untuk putranya tetapi dia sudah memberikan yang terbaik untuk damian, terbukti sekarang damian tumbuh dengan baik bahkan sangat baik.
"𝘕𝘥𝘢 𝘱𝘰𝘯 𝘯𝘥𝘢 𝘱𝘰𝘯.... " damian datang dengan langkah kecilnya mencari sangat bunda. Di tangannya ponsel milik ellina yang terus berdering.
Ellina yang sedang mencuci piring menoleh ke bawah pada putranya yang dengan tangan mungilnya menyodorkan ponsel padanya.
Ellina menghentikan cuciannya dan menyimpannya terlebih dahulu. Lalu berjongkok di depan damian yang terus menatapnya.
"Kenapa? " tanya ellina pelan.
"𝘋𝘢 𝘱𝘰𝘯 𝘯𝘥𝘢" dengan lugas damian menjawab. Mengikuti setiap gerak gerik yang bundanya lakukan menggunakan mata.
Ellina tersenyum pelan. Meraih ponsel itu dan melihat siapa yang menelponnya. Di sana tertera nama mbak fitri.
"Sayang kamu main dulu sebentar di kamar ya. Setelah bunda selesai nanti bunda kesana" ujar ellina memberi pengertian pada sang putra.
Sontak damian mengangguk kecil. Berbalik dan lagi lagi dengan langkah nya yang kecil berjalan menuju kamar. Setelah kepergian damian barulah ellina mengangkat telepon dari mbak fitri.
Fitri sudah menikah meski ia tak dapat hadir di pernikahannya tapi ellina menitipkan kado pada boss nya yang datang ke pernikahan fitri. Kabar bahagianya sekarang mbak fitri sedang hamil lima bulan.
Meski sudah pindah mbak fitri masih sering menghubunginya. Dia sering menanyakan kabar teman teman nya saat masih bekerja di kafe. Bahkan damian sudah sangat dekat dengan mbak fitri meski haya lewat telepon. Mereka sering ber telponan atau video call.
"Iya mbak. Ini juga sedang siap siap mau ke kafe"
"𝘠𝘢𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘳𝘢𝘵. 𝘈𝘬𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘮𝘢𝘶 𝘣𝘦𝘣𝘦𝘳𝘦𝘴. 𝘔𝘶𝘮𝘱𝘶𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘢𝘮𝘪 𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵".
" iya mbak aku tutup mbak ya"
"𝘐𝘺𝘢 𝘳𝘢𝘵"
𝘛𝘶𝘵!
Ellina memutuskan sambungannya bersamaan dengan dia selesai mencuci. Mengambil ponselnya terlebih dahulu ellina lalu menyusul damian yang sedang bermain di kamar. Dapat dilihat putranya yang asik bermain mobil mobilan.
Melihat damian yang anteng ellina memutuskan bersiap untuk segera ke kafe. Dia memang terbiasa membawa damian bekerja dan untungnya bosnya memperbolehkannya.
"Sayang udahan dulu mainnya. Kita berangkat ke kafe sekarang yuk" damian mengangguk.
" masukin mainan yang mau di bawa ke dalam tas ya" pesan ellina.
Lagi lagi bintang mengangguk. Pria kecil itu sangat menurut memasukan mainan yang ingin di bawanya untuk di mainkan di kafe nanti.
Setelah selesai ellina serta damian berangkat ke kafe dengan berjalan kaki. Sekitar sepuluh menit mereka telah sampai.
Ellina menggandeng tangan damian dan menuntunnya ke dalam ruangan khusus karyawan. Biasanya damian akan bermain di sana.
"Kamu jangan nakal ya selama bunda bekerja. Kalo nanti ingin makan atau bab kamu bilang bunda atau kakak itu ya? " pesan ellina menunjuk pada teman teman kafe nya yang sedang istirahat.
Dengan patuh damian mengangguk. Pria kecil itu sangat penurut.
"𝘕𝘥𝘢". 𝘛𝘪𝘣𝘢 𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘥𝘢𝘮𝘪𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘨𝘪𝘭𝘯𝘺𝘢.
"Kenapa hm?".
"𝘊𝘢 𝘵𝘢𝘯 𝘥𝘢?" tanya damian kecil. Dia menanyakan caca anak bosnya yang selalu datang dan mengajaknya damian bermain.
"Iya, nanti datang. Kamu disini bareng kakak rara ya?" damian mengangguk.
Rara memiliki sift siang. Dia adalah karyawan yang baru dibekerjakan setahun lalu. Dia memang selalu datang pagi karena ingin bermain bersama damian terlebih dia tak memiliki pekerjaan apapun selain di kafe. Terlebih dia tipe orang yang bosenan.
Ellina bekerja hingga jam enak sore. Sift nya memang di naikan setara dengan gajinya yang juga di tingkatkan. Karena kebutuhannya sekarang bertambah jadi ellina menerimanya.
" sayang lama ya nunggunya? " tanya ellina pada damian yang sedang duduk sembari memegang mainannya. Dia merasa tak enak hati.
Tidak menjawab damian mendongak menatap bundanya. Meraih tas mungilnya lalu menghampiri ellina.
" udah capek ya? Kita pulang sekarang".
Ellina mengangkat damian dan menggendongnya. Putranya terlihat lelah dan mengantuk. Hingga sampai di kost ellina memandikan putranya terlebih dahulu lalu memberinya makan. Tak lupa dirinya pun membersihkan diri sekejap.
Selesai ellina mengajak putranya yang sudah mengantuk itu tidur. Satu kebiasaan damian, pria kecil itu selalu tak bisa tidur jika tak menyusu terlebih dahulu. Padahal damian sudah meminum susu formula.