Amira Khairinisa, tiba-tiba harus menerima kenyataan dan harus menerima dirinya menjadi seorang istri dari pria yang bernama Fajar Rudianto, seorang ketos tampan,dingin dan juga berkharisma di sekolahnya.
Dia terpaksa menerima pernikahan itu karena sebuah perjodohan setelah dirinya sudah kehilangan seseorang yang sangat berharga di dunia ini, yaitu ibunya.
Ditambah dia harus menikah dan harus menjadi seorang istri di usianya yang masih muda dan juga masih berstatus sebagai seorang pelajar SMA, di SMA NEGERI INDEPENDEN BANDUNG SCHOOL.
Bagaimanakah nantinya kehidupan pernikahan mereka selanjutnya dan bagaimanapun keseruan kisah manis di antara mereka, mari baca keseluruhan di novel ini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon satria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34.
Setelah merenung dan terus kepikiran tentang Amira, Fajar pun kini langsung bangkit dan hendak naik ke lantai dua untuk menemui istri kecilnya itu.
" Mau kemana, lo?" tanya Rangga, begitu melihat Fajar yang tiba-tiba bangkit berdiri dari kursi yang semula Fajar duduki bersama mereka.
" Cari buku buat materi presentasi." jawab Fajar singkat, sambil meraih ponselnya yang dia letakkan di atas meja cafe itu.
" Presentasi apa?, emangnya ada tugas presentasi, ya?" tanya kembali Rangga, sembari mengerutkan keningnya, bingung.
Seingatnya, sama sekali tidak ada tugas presentasi di hari-hari yang akan mendatang, apakah memang karena dia melupakan tugasnya?.
Sementara Fajar, dia langsung saja pergi dari hadapan mereka, tanpa menjawab pertanyaan Rangga yang masih dibuat penasaran oleh ucapannya.
Mereka yang melihat interaksi antara Fajar dan juga Rangga, langsung saja tertawa, begitu melihat Rangga yang diabaikan oleh Fajar.
Dan ini memang sering terjadi, tetapi hal ini masih terlihat lucu bagi mereka.
Denis yang sedari tadi mengamati sambil menyantap cemilannya, tiba-tiba saja menghentikan aktifitas makannya, kemudian langsung melirik ke arah Rangga, sambil tertawa mengejek.
Jika dia tidak ingat bahwa mereka sedang berada di perpustakaan, tentu saja dia akan tertawa puas sekaligus keras, namun, untung saja dia masih sadar jika mereka masih berada di dalam cafe perpustakaan Mustika, dimana keheningan harus selalu tercipta disana.
...🖤🖤🖤🖤...
Di lain sisi, kini Fajar sudah berada di lantai dua perpustakaan Mustika, kehadirannya itu selalu mendapat penghormatan dari para karyawan yang bekerja disana.
Terkhusus untuk para karyawan senior, sedangkan karyawan baru yang baru bekerja disana sekitar dua sampai tiga tahun, kebanyakan belum mengetahui bahwa Fajar adalah anak dari pemilik perpustakaan terbesar itu.
" Tuan muda, ada yang perlu saya bantu?" tanya kepala perpustakaan.
Dia langsung menghampiri Fajar, begitu Fajar tiba dilantai dua itu.
" Tidak, saya hanya lihat-lihat saja." jawab Fajar, sambil mengedarkan pandangannya ke segala penjuru perpustakaan itu.
Kepala perpustakaan itupun langsung mengangguk paham.
" Baiklah kalau begitu, saya permisi." ucapnya yang langsung pergi.
Meskipun usianya memang jauh lebih tua di atas Fajar, namun, kepala perpustakaan itu tetap menunjukkan rasa hormat kepada atasannya, begitu juga Fajar yang begitu menghormati seluruh karyawannya, tanpa memandang usia.
Setelah kepala perpustakaan itu pergi dari sana, Fajar kembali melanjutkan langkahnya ke tempat yang memang menjadi tujuan awalnya.
...🖤🖤🖤🖤🖤...
" Hufttt! letak bukunya tinggi semua." gumam Amira, sambil melihat jejeran rak buku yang menjulang tinggi.
Kali ini, dia sedang ditugaskan untuk menyusun buku-buku baru di rak buku, pekerjaan ini memang biasa dia lakukan, karena menjadi salah tugas yang harus dia lakukan dalam pekerjaannya.
" Kak Lusi, lihat enggak, tangga ada dimana?" tanya Amira kepada Lusi yang tengah sibuk di meja kerjanya.
Sementara itu, Lusi sedang menyusun laporan yang harus segera dia serahkan kepada kepala perpustakaan.
" Tadi terakhir lihat ada di ujung sana, Mir, habis di pakai sama yang lain mungkin." jawab Lusi, menunjuk ke arah sudut ruangan menggunakan sorot matanya.
Amira pun langsung mengangguk paham.
" Makasih, kak."
" Sama-sama." jawab Lusi, yang kemudian melanjutkan kembali pekerjaannya.
Jarak meja kerja Lusi dan Amira memang sangat dekat, sehingga keduanya suka saling menolong saat saling membutuhkan satu sama lain.
Sama halnya seperti saat ini, dimana Amira menanyakan keberadaan tangga yang akan dia gunakan untuk menyusun tumpukan buku di tempat rak yang masih kosong.
Amira pun langsung berjalan ke arah sudut ruangan yang baru saja Lusi tunjukkan.
Disana dia menemukan karyawan senior yang sangat Amira kenal, senior itu selalu baik kepada setiap orang, termasuk kepada dirinya.
" Permisi, kak, apakah tangga nya masih dipakai?" tanya Amira, dengan sopan.
" Oh, ya, ini udah selesai, kamu mau pakai?" tanya senior itu, yang merupakan seorang laki-laki.
Amira pun langsung mengangguk. " Iya, kak, buat nyimpen buku di rak sebelah sana." ucap Amira sembari menunjukan ke arah rak buku dekat meja kerjanya.
" Kalau gitu biar saya bantu bawa tangga nya kesana." tawar senior itu kepada Amira.
Namun Amira langsung menggeleng kepalanya dengan pelan.
" Gak papa, kak, biar aku saja."
Tentu saja dia langsung menolak bantuan seniornya itu, karena dia merasa tidak enak, selagi dia masih bisa melakukannya sendiri, maka dia akan berusaha melakukannya sendiri.
" Ini berat Amira, biar saya saja ya." ucap senior itu sambil membawa tangga ke arah rak buku, dimana Amira akan merapihkan buku-bukunya itu.
Amira tidak sempat menikah untuk kedua kalinya, karena senior itu lebih dulu membawa tangganya.
Diapun hanya bisa menyusul senior itu dari belakang, hingga terhenti di depan rak bukunya.
" Makasih, kak, maaf merepotkan." ucap Amira.
Sungguh, dia benar-benar merasa tidak enak, karena telah merepotkan seniornya itu.
" Tidak, ini memang tugas sesama rekan kerja untuk saling membantu satu sama lain." ucap senior itu, setelah melepaskan tangga di depan rak buku yang Amira tunjukan sebelumnya.
" Sekali lagi makasih." ujar Amira kembali berterimakasih seraya menundukan kepalanya dengan sopan.
" Sama-sama." ucap senior itu yang ikut menundukkan kepalanya.
" Kalau begitu, saya kembali lagi kesana." sambungnya kembali, menunjukkan tempat semula, dimana tempatnya bekerja.
Amira pun langsung mengangguk. " silahkan, kak." ucap Amira mempersilahkan.
" Udah dapet tangganya, Mir?" tanya Lusi, menghampiri Amira.
" Udah, kak."
Lusi pun langsung mengangguk, begitu melihat tangga besar dihadapan mereka.
" Hati-hati, itu tinggi banget." ucap Lusi, mengingatkan.
Amira pun langsung mengangguk paham. "Iya, kak."
Lusi langsung tersenyum, karena Amira mau mendengarkan nasihat nya dengan baik.
" Kaka ke ruang kepala perpustakaan dulu, ya, buat ngasih laporan ini." ucapnya kembali.
Sembari dia menunjukkan sebuah berkas yang kini berada di genggamannya, berkas itu berisi laporan terkait daftar tamu atau pengunjung yang datang ke perpustakaan itu setiap bulannya.
Amira pun langsung mempersilahkan Lusi untuk berlalu dari hadapannya, sementara itu, dia langsung kembali memulai pekerjaannya.
TO BE CONTINUE.