seorang gadis 18 tahun bernama Kanaya Nadhira harus menerima perlakuan kasar dan semena-mena dari ibu dan adik tirinya.semenjak ayahnya meninggal sikap ibu tirinya berubah.dia di perlakukan layaknya seorang pembantu.namun,siapa sangka ibu dan adik tirinya,menjual Kanaya kepada seorang muncikari dengan harga mahal!
Kanaya di pertemukan dengan seorang pria dewasa yang sedang mencari wanita, untuk melayani anaknya yang mengalami orientasi seksual atau gay.dia seorang pengusaha terkenal. meminta Kanaya untuk bersedia menikah dengan anaknya,berharap Kanaya dapat merubah sikap anaknya seperti semula.dengan mengancam sehingga Kanaya terpaksa bersedia di nikahkan dengan anaknya.
mampukah Kanaya merubah jalan hidup suaminya? rahasia apa yang di sembunyikan suami Kanaya, sehingga dia berubah menjadi gay? penuh dengan ketegangan dan konflik romantis, ikuti kisah Kanaya di dalam cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 9
DEGH... jantung keivano seketika berdetak kencang.ada debaran aneh yang dia rasakan,seketika hatinya menghangat namun,dia menepis semua itu.
Pak penghulu pun mengarahkan keivano agar mencium kening kanaya.lagi-lagi keivano merasakan hal aneh pada diri dan hatinya.
Kanaya memejamkan mata, saat bibir keivano mendarat di keningnya, dia pun juga merasakan hal yang sama seperti keivano.
Kecanggungan hadir di antara mereka,setelah keivano mencium kening kanaya. marvino yang melihat sikap anak dan menantunya, hanya tersenyum tipis. dia berharap semoga ini langkah awal untuk dapat merubah putranya menjadi normal kembali.
Setelah selesai, semua para tamu pun pamit undur diri. begitupun dengan marvino,dia harus kembali ke kantor karena ada hal penting yang harus di urus.
Tanpa kata,keivano pergi meninggalkan Kanaya yang terdiam di ruang tamu.dia enggan berlama-lama dekat kanaya.kanaya yang melihat sikap keivano, menghela nafas pelan.
"Bagaimana aku bisa merubah sikapnya, jika sikapnya saja dingin begitu." gumam Kanaya, melihat punggung keivano yang sudah tak terlihat.
Kanaya pun memutuskan pergi ke kamarnya.sebelum masuk kekamar,dia melirik sekilas pintu kamar keivano.
Ketika tangan kanaya memegang handle pintu, dia mendengar pintu kamar keivano terbuka.
"Hm...!" keivano berdehem, menatap tajam Kanaya.
Kanaya pun menghentikan gerakannya.dan membalikkan badan mengahadap keivano.
"Mau kemana, lo?" tanya keivano ketus.
Kanaya bergeming, dia menundukkan kepala enggan menatap keivano,yang tengah berdiri di ambang pintu, karena merasa takut.
"Mulai sekarang,lo tidur di kamar gue.karena gue gak mau,papah marahin gue lagi...karena lihat kita pisah kamar."
Kanaya mengangguk pelan.
"Tatap gue!" titah keivano dengan suara beratnya, melipat kedua tangannya di dada.melihat Kanaya yang masih tertunduk, membuat keivano kesal.
Dengan terpaksa kanaya mengangkat kepalanya dan menatap keivano.
"Gue gak peduli dengan pernikahan ini, lo jangan terlalu berharap dengan semua ini. karena gue... sama sekali gak tertarik sama lo.di mata gue,lo tak lebih dari seorang...bitch! " Keivano tersenyum smirk,setelah mengucapkan perkataan yang menyakitkan bagi kanaya.
Tanpa rasa bersalah keivano meninggalkan kanaya.dia tak memperdulikan perasaan kanaya.semetara kanaya,dia menangis setelah mendengar perkataan keivano.kanaya menyadari jika keivano membencinya.
Tubuh kanaya merosot, dia terduduk di lantai memegang dadanya yang terasa sakit dan sesak.dia menangis,rasanya dia ingin pergi meninggalkan kediaman Darendra.rasanya dia tidak akan sanggup,menghadapi sikap keivano.
Setelah lama menangis, kanaya masuk ke dalam kamar dan mengganti pakaiannya.
Malam pun tiba. Kanaya dan marvino sedang makan malam tanpa kehadiran keivano.
"Mulai besok kamu sudah bisa bersekolah lagi. " Marvino memulai percakapan.
Mendengar ucapan marvino Kanaya mengernyitkan dahi. "Benar kah, tuan? "
"Jangan panggil saya tuan,sekarang kamu anak saya juga.jadi mulai sekarang panggil saya papah saja."tegur marvino, terkekeh.
Kanaya merasa kikuk saat marvino menegurnya. "Maaf tuan... ma-maksud saya... papah."
Marvino tersenyum tipis, melihat sikap Kanaya.
"Saya sudah mengatur semuanya dan mulai besok kamu sudah bisa masuk sekolah."
Kanaya tersenyum senang mendengar kabar dari marvino, dia bahagia,karena keinginannya untuk tetap sekolah terwujud.
"Kamu akan satu sekolah dengan keivano.besok Richard akan mengantar mu ke sana."
Senyuman Kanaya perlahan memudar, mendengar kenyataan jika dia akan satu sekolah dengan suaminya. dalam artian dia akan selalu bertemu dengan laki-laki dingin dan arrogant yang berstatus suaminya.
Marvino menyadari perubahan pada Kanaya. "Apa kamu keberatan, satu sekolah dengan keivano?" tanya marvino.
"Aku takut,jika bersekolah di tempat yang sama,maka status kami akan di ketahui satu sekolah...pah." Kanaya mengutarakan ketakutannya.
Marvino mengerti dengan maksud perkataan Kanaya.memang benar jika mereka bersekolah di tempat yang sama maka resiko ketahuan sangat besar. tapi jika mereka berjauhan maka usahanya untuk merubah sikap keivano akan sia-sia
"Kamu tidak perlu khawatir,papah yakin tidak akan ada orang mengetahui status kalian.papah hanya ingin,kamu selalu berada di samping keivano."
Kanaya bergeming,dia ragu jika harus satu sekolah dengan keivano, di sisi lain dia tidak ingin mengecewakan marvino yang sudah mengurus semuanya.
"Baiklah pah,aku mau bersekolah di sana." ucap Kanaya,setelah lama berfikir,akhirnya dia berusaha menerima keinginan marvino.
"Terima kasih, nak.papah harap kamu bisa merubah sikap keivano.sebenarnya papah sudah tidak tahu lagi harus melakukan apa, supaya dia menjadi pria normal." Marvino tersenyum pada Kanaya penuh harap.
Kanaya pun membalas senyuman papah mertuanya itu.malam semakin larut,mereka pun pergi ke kamarnya masing-masing untuk segera tidur.
Kanaya mematung saat berada di depan pintu kamar keivano.dia ragu, haruskah dia tidur di kamarnya keivano?dia pun memberanikan diri memegang handle pintu dan membukanya.
Betapa terkejutnya Kanaya, saat matanya melihat seisi kamar keivano,terlihat sangat rapih dan bersih.dia tidak menyangka pria dingin, arrogant dan urakkan itu, mempunyai sisi lain sangat memperhatikan kebersihan.
Kanaya berjalan menuju sofa berukuran besar,merebahkan tubuhnya disana.dia enggan jika harus tidur di ranjang keivano, takut jika yang punya marah.
Tak lama mata Kanaya pun terpejam.hari ini sangat melelahkan bagi Kanaya.dia berharap, saat membuka mata semua ini hanya mimpi.
Pagi pun tiba,di kamarnya Kanaya sedang bersiap karena pada hari ini dia sudah mulai bersekolah.kanaya memakai seragam baru,yang di berikan oleh pelayan,dia memilih bersiap di kamarnya,sebab merasa tak nyaman berlama-lama di kamar keivano.
Kanaya baru sadar jika semalam keivano tidak pulang ke rumah.Kanaya khawatir takut jika terjadi apa-apa pada keivano.
Di bawah ada Richard yang sudah menunggu kanaya.mereka pun segera pergi menuju ke sekolah.
Hari ini Kanaya tidak sarapan,hanya membawa bekal yang di buat oleh dia sendiri.karena Kanaya merasa tak berselera.
Mobil yang di kendarai Richard melaju meninggalkan halaman kediaman Darendra,dan pada saat yang sama motor yang di kendarai keivano tiba.
Kanaya melirik sekilas kearah luar mobil. dia melihat keivano yang belum siap untuk bersekolah.
"Apa dia tidak akan pergi ke sekolah?" gumam Kanaya pelan, namun masih bisa di dengar oleh Richard yang sedang mengemudikan mobil.
"Maaf nona,tuan muda memang selalu begitu.saya harap nona bisa bersabar menghadapi sikapnya." ujar Richard, sesekali melirik kepada Kanaya.
"Aku harap begitu.... " lirih Kanaya.
Richard, yang melihat Kanaya seketika murung merasa bersalah.
"Maafkan saya nona,maaf jika sa.... " Richard menghentikan ucapannya,karena melihat Kanaya yang tiba-tiba tersenyum.
"Jangan panggil aku nona, panggil naya saja." sela Kanaya.
"Maaf nona jika saya memanggil nama, pasti tuan besar akan marah." ujar Richard tak enak hati.
Kanaya menghela nafas pelan. "Papah tidak akan marah,nanti aku akan bicara kepadanya. "
Richard mengangguk paham.dia tetap fokus menyetir.
"Kalau boleh aku juga akan memanggil mu kakak saja, bagaimana...boleh, kan? "
Richard tiba-tiba tersedak air liurnya sendiri,ketika mendengar perkataan Kanaya.
"Kakak,tidak apa-apa? " seru Kanaya, khawatir melihat Richard yang terbatuk.
"Saya baik- baik saja no-na! " ujar Richard canggung.
Kanaya menghela nafas kasar,mimik wajahnya berubah cemberut.
Richard yang melihat sikap Kanaya,tidak enak hati. dia tahu jika maksud Kanaya ingin agar mereka bisa menjadi akrab.
"Baiklah, saya akan memanggil mu naya. kamu... juga bisa memanggil saya...abang saja! " ucap Richard, pelan.
Ukuran kandungan tak biasa??, apa Kanaya hamil janin kembar, wahhh surprise donk bagi semuanya.. semoga yaa..seneng kalau kembar