Alaska Krisan dan Dionna Patrania terlibat dalam sebuah konspirasi bernama perjodohan.
Demi bisa hidup tenang tanpa campur tangan Mamanya, Alaska akhirnya menuruti keinginan mamanya untuk menikahi Dionna . Spesis wanita yang berbanding terbalik dengan kriteria wanita idaman Alaska.
Bagi Dionna, Alaska itu tidak bisa ditebak, sekarang dia malaikat sedetik kemudian berubah lagi jadi iblis.
Kalau kesetanan dia bisa mengeluarkan seribu ekspresi, kecepatan omelannyapun melebihi tiga ratus lima puluh kata permenit dengan muka datar sedatar tembok semen tiga roda.
Ini bukan cerita tentang orang ketiga.
Ini tentang kisah cinta Alaska dan Dionna yang
"manis, asem , asin = Alaska orangnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaBucin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Istri Idaman
Dionna menghembuskan napas lelahnya, menggulingkan tubuhnya kesana kemari diatas tempat tidur. Pikirannya sendiri masih sibuk memikirkan cara untuk meluluhkan hati Alaska yang sedingin namanya. Apakah Mama Elma mengandung Alaska dibenua Alaska sampai watak, sifat bahkan cara dia menatap semuanya sedingin es. Tapi es lama kelamaan pasti mencair jika dia panasi . Maka Dionna harus jadi kompor agar segera mencairkan es dihati Alaska.
Dionna tak bisa diam, sekarang posisi tubuhnya sudah tak lazim. Kepala Dionna tergantung kebawah, sedangkan kedua kakinya berada diatas tempat tidur. Sedetik kemudian wanita itu tersenyum sendiri, kalau saja ada orang yang melihatnya saat ini pasti sudah menganggapnya sedang kesurupan atau tidak waras dan benar saja Alaska tiba-tiba membuka pintu kamarnya. Pria itu terlonjak kaget seperti baru saja melihat hantu.
Buru-buru Dionna mengubah posisinya menjadi duduk dan memperlihatkan angle yang menurutnya paling cantik yaitu sisi kiri.
"Kamu---" Alaska tidak melanjutkan ucapannya malah mengusap dadanya, menetralkan degup jantungnya. Dia sungguh terkejut dengan penampakan Dionna tadi.
"Iya ada apa ?" Sahutnya dengan suara selembut mungkin yang terdengar dibuat-buat.
"Tolong bicara yang normal, kupingku bisa sakit dengan suara jelekmu"
"Suaraku sebenarnya memang seperti ini." Kilah Dionna, masih mempertahankan suara nan lembut itu.
"Tadi aku ditelpon Arkasa, besok ulang tahun Bella." Jelas Alaska memberitahu maksud dan tujuannya datang kekamar Dionna.
"Besok ?"
"Kemarin"
"Maksudku, ulangtahun Bela besok hari dan kita tidak mempersiapkan kado apapun untuknya ?"
"Aku sudah menyiapkannya. Kamu hanya perlu datang bersamaku."
"Alaska..." Rengek Dionna tiba-tiba
"Apa ?"
"Takut tidur sendiri.." rengek Dionna manja
BLAM !
Pintu kamar Dionna langsung ditutup Alaska.
"Masih gagal" Monolognya lalu langsung merebahkan tubuhnya keatas ranjang, mengamati langit-langit kamarnya hingga ia tertidur dengan sendirinya.
••••
Keesokan harinya Alaska dan Josua baru saja kembali selepas meninjau proyek barunya yang progresnya baru setengah. Pria itu sibuk memeriksa tiap progres hingga waktu makan siang hampir terlewat ketika ia tiba dikantor.
"Pak Alaska. Ada titipan" Josua yang berada dibelakang Alaska menyodorkan sebuah paper bag yang berisi kotak makan siang.
Sejujurnya saat menerima paperbag itu perasaan Alaska langsung tidak enak. Seingatnya , ia tidak pernah memesan makanan dan tidak mungkin karyawan kantornya seperhatian ini padanya. Kliennya ? Tidak mungkin para pria beristri repot-repot memberinya titipan sejenis ini. Kemungkinannya hanya ada satu orang.
Alaska kembali memeriksa lagi isi paperbag itu dan menemukan sebuah kertas kecil yang terselip dibawah kotak makan itu.
"Makan yang banyak suamiku"
Mendadak , selera makan Alaska menguap begitu saja.
"Joe, buat kamu saja." Alaska langsung memindahkan kotak makanan itu ketangan Josua.
"Tapi Pak, ini untuk Pak Alaska."
"Buat kamu saja. Kalau tidak mau buang saja ketempat sampah."
"Tapi Pak, sepertinya ini dari istri Pak Alaska" Josua sudah membuka kotak makan siang itu.
Isinya bento imut yang dibentuk sedemikian rupa. Ada mie keriting yang membentuk rambut, bunga sakura dari sosis sebagai hiasan, telur, nori, dan katsu. Meskipun tampilannya acak-acakkan, tetapi usahanya patut diapresiasi. Tak lupa juga ada sambal yang dibentuk hati dan tulisan 'Suamiku'. Itulah yang membuat Josua langsung mengenali kotak makanan itu dari istri atasannya.
Buru-buru Josua mengembalikan kotak makanan itu pada sang empu.
Sedangkan dirumah, Dionna sedang berbaring menelungkup diatas ranjang. Kedua tangan ia gunakan untuk menopang wajahnya. Didepan wajahnya ada ponselnya yang sengaja ia taruh didepan wajahnya , Dionna sedang menunggu sesuatu.
Satu menit
Lima menit
Sepuluh menit
Lima belas menit
Dionna mendengus membuang ponselnya menjauh darinya. Namun sekejap kemudian ponselnya berdenting , secepat kilat tangannya menyentuh ponsel itu membawanya kembali .
Namun lagi-lagi, mengecewakan hatinya. Teryata bunyi denting itu notif perkiraan cuaca. Bibir Dionna meluncurkan dengkusan sebal.
Kegiatan mendengkus Dionna terintrupsi dengan deru mobil yang sudah sangat dihafal. Diona beranjak dari atas ranjang lalu mengintip dari jendela. Itu adalah pria yang sedari tadi ia tunggu. Tapi kenapa hari ini Alaska pulangnya cepat sekali ? Matahari bahkan masih berada diterik-teriknya. Buru-buru Dionna keluar dari kamarnya dan berlarian menuruni satu persatu anak tangga.
"Dionna--" Alaska tersentak karena tiba-tiba Dionna sudah berdiri didepan pintu persis saat ia membuka pintu.
"Apa hobi barumu itu membuatku jantungan ?" Dionna hanya meringis.
"Maaf , aku terlalu bersemangat menyambutmu pulang saat masih siang. Ponselmu dimana ?" Tanya Dionna tiba-tiba.
"Kenapa ?"
"Pinjam sebentar" Tangan Dionna sudah bergerak, meraba-raba dibagian tubuh Alaska untuk menemukan ponsel yang berada disaku jas bagian belakang.
Tapi sayang baru saja Dionna berhasil menemukan ponsel Alaska, pria itu sudah merebutnya dari tangan Dionna.
"Mau apa kamu ?" Alaska langsung melewati Dionna yang masih berdiri didepan pintu.
"Kenapa setiap kali aku menghubungimu lewat pesan ataupun telepon kamu tidak pernah meresponnya ? Kamu tidak suka kotak makanan yang kubuat ?"
Alaska yang tadinya berjalan memunggungi Dionna , kini membalikkan badannya menghadap Dionna.
"Aku banyak urusan. Kamu telponnya diwaktu yang tidak tepat, lain kali kalau dua kali telpon tidak diangkat, jangan telpon lagi itu artinya aku sibuk. "
"Lalu aku harus bagaimana kalau rindu kamu ? Setiap dikirimi pesan, tidak pernah dibaca. Kamu sepertinya anti sekali jika kukirimi pesan." Dionna mulai melayangkan protesnya.
Alaska menunjukkan ponselnya pada Dionna. "Lihatlah, pesan kamu tidak ada ." Katanya sambil memperlihatkan layar ponselnya.
Melihat isi pesan diponsel Alaska membuat Dionna menutup mulutnya yang menganga lebar. Baru kali ini ia melihat langsung bagaimana ramainya aplikasi pesan ponsel Alaska. Pria itu mempunyai lebih dari seribu pesan yang belum terbaca salah satunya pesan darinya.
"Sekarang kamu pahamkan kenapa aku jarang dan melihat pesanmu ?" Alaska langsung menarik ponselnya dari depan wajah Dionna.
"Kontakku diberi nama apa ?" Dionna tiba-tiba penasaran setelah ingat bahwa ia tidak pernah tahu Alaska memberi nama apa pada kontaknya.