"Ini surat pengunduran diri saya tuan." Laura menyodorkan sebuah amplop pada atasanya. "Kenapa Laura? Apa yang harus saya katakan jika tuan Jimmy datang?" Ucap kepala bagian yang menerima surat pengunduran diri dari Laura. wanita bernama Laura itu tersenyum, "Tidak perlu jelaskan apapun Tuan, di dalam surat itu sudah ada penjelasan kenapa saya resign." Setelah dua tahun lebih bekerja di perusahaan besar, dengan terpaksa Laura chow mengundurkan diri karena suatu hal yang tidak memungkinkan dirinya harus bertahan. Lalu bagaimana dengan atasanya yang bernama Jimmy itu saat tahu sekertaris yang selama ini dia andalkan tiba-tiba resign?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekesalan Jimmy
Pagi hari matahari sudah menunjukan sinarnya, namun dua insan yang masih terlelap dalam satu selimut itu sama sekali tidak terganggu. Hingga suara deringan ponsel membuat keduanya sama-sama mengerjapkan matanya.
Laura menggeliat dalam dekapan tubuh Jimmy, wanita itu perlahan membuka matanya saat mendengar ponselnya berdering.
"Jimmy," Panggil Laura dengan suara serak yang mana terdengar begitu seksi ditelinga Jimmy.
"Hm," Jimmy hanya bergumam, tangannya justru semakin erat memeluk Laura.
"Lepas, ponsel ku berbunyi." Ucap Laura yang merasa sesak karena pelukan Jimmy terlalu erat.
Jimmy merenggangkan pelukannya, ia menjauhkan wajahnya dan menunduk sedikit untuk mengecup bibir Laura.
"Morning kiss sayang." Bisik Jimmy dengan suara serak.
Laura terseyum, "Morning." Balas Laura dengan manis.
"Ck," Jimmy berdecak sambil memalingkan wajahnya, senyuman Laura mampu membuat jantungnya berdebar kencang.
"Aku mau bangun, itu pasti Amalia yang menelpon." Laura menyingkirkan tangan besar Jimmy, ia bergerak duduk dan meraih benda pintar itu di atas nakas.
"Halo," Laura mengangkat panggilan dari Amalia.
Jimmy berjarak untuk kembali memeluk pinggang Laura yang duduk bersandar di bahu ranjang. Jimmy menaruh kepalanya didepan perut Laura yang sudah buncit.
"Kamu dimana Laura?"
Laura menjauhkan ponselnya dari telinga, ia melihat nama yang tertera.
"Benar, tapi kok-"
Ah, mungkin Arman meminjam ponsel Amalia.
"Aku-" Laura menatap kesekeliling, ia berpikir untuk menjawab pertanyaan Arman.
Tidak mungkin ia menjawab jujur, tapi jika berbohong ia tidak tahu ingin berbohong apa.
"Em, aku di," Laura mengigit bibirnya, mungkin untuk orang lain ia pandai berbohong, tapi untuk orang baik disekelilingnya ia merasa tidak tega.
"Kamu bicara dengan siapa sayang?"
Laura membulatkan matanya saat Jimmy bicara.
"Laura, kamu bersama siapa? Kamu dimana?" Arman jelas mendengar suara pria diseberang sana.
"Em, Arman aku tidak bisa memberi tahu, tapi aku baik-baik saja. nanti aku akan mengabari kalau sudah pulang."
"Tapi-"
Tut...Tut...Tut..
Arman mendesahh kasar melihat sambungan teleponnya sudah mati.
"Bagaimana kak, dimana mbak Laura?" Tanya Amalia yang melihat wajah kesal kakaknya.
"Tidak tahu, dia tidak memberi tahu." Jawab Arman ketus sambil mengembalikan ponsel adiknya.
"Loh, kok pergi, kak mbak Laura baik-baik saja kan!" Teriak Amalia saat melihat Arman yang semakin berjalan jauh.
"Ish, kok kesel begitu, memangnya mbak Laura sedang dimana." Gumam Amalia.
*
*
Bugh
"Kamu membuatku dalam masalah." Kesal Laura dengan tatapan sebal.
Jimmy mengerutkan keningnya, "Masalah apa?" Tanyanya yang tidak mengerti.
"Ck, kamu tidak tahu." Laura bangkit dari duduknya membuat Jimmy reflek menjauhkan kepalanya.
"Hey mau kemana?" Jimmy segara bangkit, tubuhnya bertelanjang dada, Jimmy hanya menggunakan celana pendek karena semalam Laura yang menginginkan Jimmy untuk tidak memakai baju. Entah faktor ngidam atau apa, yang jelas Laura hanya ingin tidur sambil memeluk tubuh telanjang Jimmy.
"Mau pulang, Amalia dan kakaknya pasti menunggu ku, dan aku tidak tahu harus menjelaskan apa pada mereka saat aku tidak ada dirumah." Katanya sambil menarik handuk dan akan masuk ke kamar mandi.
"Apa urusannya dengan mu, kamu jelas-jelas bersama ku, calon suami dan ayah dari bayi mu." Kesal Jimmy yang merasa cemburu.
Ia tahu Amalia dan kakaknya yang seorang pria, Jimmy tahu pria itu juga menaruh perhatian pada wanitanya ini.
"Jika tidak ada mereka mungkin aku tidak akan hidup dengan baik melewati semuanya."
Brak
Laura menutup pintu kamar mandi dengan keras, sedangkan Jimmy hanya bisa mengusap wajahnya kasar.
"Cih, tidak ada pria baik yang menolong tanpa pamrih, kamu belum tahu bagaiman pria menggunakan kebaikan untuk mengikat mu." Kesal Jimmy yang tiba-tiba dadanya terasa sesak.