Kecelakaan mobil menewaskan kedua orangtua Aleesya saat berusia 5 tahun. Hanya Aleesya yang selamat dari kecelakaan maut itu. Dia diasuh oleh tante dan om-nya yang jahat.
Siap-siap banjir airmata yaa Readers !
Bagaimanakah nasib Aleesya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikah Dadakan
Aleesya masih terdiam, Alarich juga memeluk pinggang Aleesya dan mengeratkannya. "Gimana heum mau?" Tanya lagi Alarich.
"Apa aku boleh minta waktu? Maaf mas, ini semua terlalu membingungkan buat aku. Mas tiba tiba datang nawarin pekerjaan untukku. Terus mas juga menolong aku dan bawa aku kesini." Lirih Aleesya.
"Aku serius Aleesya, tatap aku!" Alarich memegang kedua lengan Aleesya menegaskan bahwa Alarich memang serius ingin menikahinya.
Aleesya menatap lekat bola mata itu dia ingin mencari kebohongan dimata Alarich. Tapi yang dia temukan hanya ketulusan dari seorang Alarich.
Aleesya berpikir apa mungkin Alarich adalah penyelamat hidupnya yang dikirim Tuhan? Mungkin dengan menikah dengan Alarich, dia bisa terbebas dari om dan tantenya. Itulah yang dipikirkan Aleesya saat ini.
Aleesya mengangguk pelan, dia setuju. Entah bagaimana nantinya Aleesya akan pasrah dengan keadaan. Semoga ini menjadi pernikahan dengan penuh kebahagiaan.
Sudah cukup Aleesya mengeluarkan air matanya. Sudah saatnya dia bahagia walau badai pasti akan datang dalam pernikahan.
Alarich senang sekali wanita pujannya mau menerimanya. Dia akan menikahi Aleesya tanpa sepengetahuan om dan tantenya. Dia tidak ingin dua cecunguk itu memanfaatkan Aleesya karena menikahi dirinya.
Alarich menarik tengkuk kepala Aleesya dia mencium bibir mungil itu dengan lembut. Bibir yang kini candu untuknya. Alarich merapatkan pinggang keduanya.
Aleesya juga mulai membalas ciuman itu. Sungguh dia merasa nyaman ada di sisi Alarich. Tangan Aleesya mengalung ke leher Alarich.
Alarich menciumnya semakin dalam, dia melumat dan menyesapnya. Aleesya juga mulai terbawa suasana di sore menjelang gelap itu hari itu.
Ciuman Alarich menelusuri daun telinga Aleesya juga ke leher putih Aleesya. "Eughh ...mas... Ssshh." Aleesya mulai mendesah kecil.
Membuat Alarich tersenyum kemenangan. Dia mendorong Aleesya ke dalam tanpa melepaskan ciumannya. Dia membaringkan Aleesya di sofa ruang tamu.
Alarich kembali lagi menciumi seluruh wajah Aleesya. Dia menggigit kecil leher Aleesya. Wajah Aleesya merah padam sungguh dia malu sekali sekarang.
Tapi tubuhnya seakan tidak menolak sentuhan Alarich. Aleesya pasrah sepertinya. Ini pengalaman pertamanya bersama pria.
Ketika Alarich ingin membuka kancing baju wanita itu, Aleesya menahan tangan Alarich. "Maaf mas...Kita belum sah kan?" Rengek Aleesya.
Alarich menetralkan kepalanya yang sudah nafsu. Hasrat untuk menyentuh Aleesya sangat tinggi. Dia meminta maaf karena sudah lancang.
Dia juga segera ke kamarnya meninggalkan Aleesya sendirian di sofa. Aleesya mengerut kan dahinya.
"Aneh sekali... Dia kenapa?"
-
-
-
Malamnya Aleesya tengah memasak makan malam untuk Alarich. Sejak kejadian ciuman tadi, Alarich belum juga keluar kamar. Aleesya sangat khawatir. Selesai menata makanan, dia ke kamarnya Alarich.
TOK TOK TOK
"Mas, makanannya sudah siap." Panggil Aleesya. Tapi yang dipanggil belum juga keluar. Aleesya sudah mengetuk lagi pintu kamar itu. "Apa mas Alarich sakit?"
"Mas, sakit? Mas keluar donk, mas enggak kenapa kenapa kan? Mas jangan bikin aku khawatir." Lirih Aleesya dia tiba tiba menitikan air matanya.
Alarich tak kunjung keluar juga, dia menyandarkan dirinya di depan pintu kamar Alarich. Dia berjongkok sembari menutupi wajahnya.
Tak berselang lama 15 menit kemudian, pintu kamar terbuka, Aleesya hampir jatuh ke belakang. Tapi Alarich keburu menahannya.
"Astaga, kamu kenapa dibawah Aleesya?" Alarich membantu Aleesya berdiri. Dia mengecek tubuh Aleesya takutnya ada yang luka. "Kenapa diam hmm?" Tanya Alarich. Sedari tadi Aleesya hanya menunduk.
"Aku punya salah ya mas? Kenapa pintunya enggak dibuka? Apa mas sakit? Aku minta maaf ya mas kalau aku buat salah. Mas enggak apa-apa kan? Mas tadi tidur?" Lirih Aleesya.
"Nanyanya satu-satu donk sayang, aku bingung jawab yang mana hehehe, kamu lucu sekali, ayo makan, setelah makan ikut aku, Bastian sebentar lagi akan kesini."
Alarich menggandeng tangan Aleesya ke meja makan. Mereka berdua makan malam dulu sebelum pergi.
TING TONG
Alarich pamit ijin buka pintu, pasti Bastian, dan ternyata benar. Bastian membawa Jas dan Kebaya untuk bossnya. Bastian juga masuk menunggu di ruang tamu.
"Ayo sayang, sudah kan makannya? Nanti saja diberesinnya. Kita buru-buru, ayo kamu pakai ini dulu." Alarich memberikan paper bag hitam berisikan kebaya putih yang elegan dan mevah.
Aleesya masuk ke dalam kamar. Dia membuka paper bag itu dan ternyata, isinya adalah seperti kebaya pengantin tapi lebih simple. Mungkin bisa dipakai ke acara lain juga.
Aleesya memakai kebaya itu, dia juga memoles mukanya tipis. Tanpa polesan pun wajah Aleesya sudah sangat paripurna. Begitupun dengan Alarich yang tengah bersiap. Alarich sangat tampan sekali dengan jasnya.
Alarich keluar duluan dari kamar, dia menghampiri Bastian. "Gimana Bas?" Alarich memutarkan badannya di depan Bastian.
"Keren Boss, anda yang terbaik!" Bastian memberikan 2 jempolnya.
CEKLEK
Kamar Aleesya terbuka. JENG JENG JENG....Aleesya bak bidadari. Kulitnya sangat putih seperti kapas, ditambah memakai kebaya warna putih kecantikannya semakin terpancar. Alarich dan Bastian menganga tak berkedip.
Bastian menepuk pipinya "Ya ampun non Aleesya...bening banget woy. Warna kulit sama bajunya menyatu. Cantik banget !". Gumam Bastian batinnya. Alarich melirik Bastian dengan kesal.
"EHM ...Kau mau masuk kuburan hah?" Gerutu Alarich. Aleesya sendiri tersipu malu. Dia juga melihat penampilan Alarich, sangat tampan sekali. Dia tersenyum manis.
"Ayo sayang, semua sudah menunggu!" Aleesya mengerutkan dahinya. "Semua? Memang ada acara apa?" Tanya Aleesya dalam hatinya. Tapi dia tidak membantah dia menurut saja kemana Alarich akan membawanya.
-
-
-
Alarich membawa Aleesya ke rumah utama orang tuanya. Disana ternyata sudah di dekor, banyak bunga-bunga mawar putih. Aleesya menduga-duga sepertinya akan ada acara pernikahan. Aleesya makin degdean, Alarich terus menautkan jarinya pada Aleesya.
"Jangan takut, ada aku. Tetap disisi aku, percaya sama aku yah!" Sebelum masuk pintu, Alarich mengecup kening Aleesya lama sekali. Aleesya juga memejamkan matanya dia merasakan ketulusan Alarich. "Ayo sayang!"
Ketika masuk ke dalam, disana sudah ada penghulu dan orang tua Alarich. Tadinya Alarich dan orangtuanya memiliki perjanjian 1 bulan, tapi Alarich berubah pikiran.
Malam ini juga dia akan menikahi Aleesya. Dia tidak ingin kehilangan Aleesya. "Halo sayang jadi ini yang namanya Aleesya?" Ucap bu Winda mamahnya Alarich.
Dia menghampiri calon mantunya ini. Entah kenapa bu Winda merasa, kalau Aleesya mirip sahabatnya yang meninggal dalam kecelakaan puluhan tahun lalu.
Bu Winda menyentuh pipi Aleesya seperti ada magnet yang menarik dirinya untuk dekat dengan Aleesya. "Sini nak, kita mulai ijab Qobulnya."
Aleesya membulatkan matanya "Jadi mas Alarich serius mau nikahin aku?" Aleesya masih bertanya tanya dalam hatinya. Sungguh hidupnya bagai roller coaster. Aleesya tersenyum kikuk mengikuti arahan bu Winda.
Penghulu, saksi, sudah siap. Begitupun Alarich dan Aleesya.
Aleesya duduk di samping Alarich dengan perasaan degdegan. Menikah dadakan tanpa adanya persiapan dari dirinya. Om dan tantenya pun tidak hadir. Kak Miko juga sama.
"Baik kita mulai !" Ucap penghulu itu. Memulai acara ijab Qobul.
"SAH . Alhamdulillah !"
Akhirnya Alarich dan Aleesya resmi menikah. Mereka hanya kenal beberapa hari tapi sudah mengambil langkah sejauh ini. Alarich mencium kening istrinya. Dia sangat bahagia bisa memperistri Aleesya.
siapa alarich itu ..