Kinanti, seorang gadis sederhana dari desa kecil, hidup dalam kesederhanaan bersama keluarganya. Dia bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup.
Kehidupannya yang biasa mulai berubah ketika rencana pernikahannya dengan Fabio, seorang pria kota, hancur berantakan.
Fabio, yang sebelumnya mencintai Kinanti, tergoda oleh mantan kekasihnya dan memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka. Pengkhianatan itu membuat Kinanti terluka dan merasa dirinya tidak berharga.
Suatu hari, ayah Kinanti menemukan sebuah cermin tua di bawah pohon besar saat sedang bekerja di ladang. Cermin itu dibawa pulang dan diletakkan di rumah mereka. Awalnya, keluarga Kinanti menganggapnya hanya sebagai benda tua biasa.Namun cermin itu ternyata bisa membuat Kinanti terlihat cantik dan menarik .
Kinanti akhirnya bertemu laki-laki yang ternyata merupakan pengusaha kaya yaitu pemilik pabrik tempat dia bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia's Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 Satu Hari Sebelum Pernikahan
Hari yang dinanti akhirnya tiba, suasana di kediaman Kinanti begitu khidmat dan indah. Siraman adat Sunda dilangsungkan dengan penuh kehangatan dan kekhusyukan. Rumah sederhana keluarga Kinanti kini tampak megah setelah renovasi, dihiasi dekorasi indah yang didominasi warna putih, hijau, dan emas. Setiap sudut rumah dipenuhi bunga melati dan mawar yang harum, mencerminkan keindahan adat tradisional.
Di rumah Kinanti
Kinanti terlihat anggun mengenakan kain batik khas Sunda dengan kebaya putih sederhana namun elegan. Rambutnya disanggul rapi, dihiasi roncean melati yang mempertegas kecantikannya. Wajahnya yang bercahaya tidak hanya karena riasan tetapi juga karena kebahagiaan yang terpancar. Meskipun hatinya berdebar, ia berusaha menikmati momen ini dengan penuh syukur.
Prosesi siraman dimulai dengan doa bersama, dipimpin oleh seorang sesepuh keluarga. Air siraman diambil dari tujuh sumber mata air dan diletakkan dalam gentong tanah liat yang dihias bunga. Orang tua dan kerabat dekat Kinanti bergantian menyiramkan air ke tubuh Kinanti sebagai simbol membersihkan diri, memulai babak baru dalam hidupnya.
Ibunda Kinanti meneteskan air mata:
"Nak, semoga kamu menjadi istri yang baik dan sabar. Doa Ibu selalu menyertai langkahmu."
Kinanti hanya tersenyum sambil menahan haru. Setiap siraman yang diterimanya terasa begitu berarti, seolah memberikan kekuatan baru untuk menghadapi masa depan.
Di mansion Nenek Parwati
Sementara itu, Zayn menjalani prosesi siraman serupa di mansion Nenek Parwati. Dengan mengenakan kain batik yang sama, Zayn tampak gagah dan tenang, meskipun ada sedikit rasa gugup di hatinya.
Nenek Parwati memimpin doa, diikuti oleh para kerabat yang hadir. Siraman untuk Zayn juga menjadi momen spesial, menandai bahwa ia akan segera memulai tanggung jawab besar sebagai seorang suami.
Setelah siraman selesai
Acara dilanjutkan dengan pengajian di rumah Kinanti. Para warga sekitar ikut hadir, memberikan doa restu untuk pernikahan Kinanti dan Zayn. Alunan lantunan ayat suci Al-Quran menambah suasana sakral di rumah itu.
Dekorasi pengajian sederhana namun elegan, dengan dominasi warna putih dan hijau muda. Para tamu disuguhi makanan khas Sunda yang disiapkan oleh tim katering terbaik pilihan keluarga Wiratama.
Mahar dan pesta fantastis
Keluarga Zayn tidak hanya memfasilitasi dekorasi dan makanan, tetapi juga memberikan mahar yang sangat besar untuk Kinanti, sebagai bentuk penghormatan kepada keluarganya. Uang untuk pesta pernikahan pun ditanggung oleh keluarga Wiratama, menjadikan acara ini terasa begitu mewah meski tetap mempertahankan adat tradisional.
Kinanti yang tadinya sempat merasa canggung dengan perhatian besar ini mulai menyadari bahwa semua dilakukan untuk kebahagiaannya. Dalam hati, ia berdoa agar pernikahan ini membawa keberkahan bagi kedua keluarga.
Acara malam hari
Setelah semua prosesi selesai, malam harinya Kinanti menghabiskan waktu bersama keluarganya. Mereka duduk bersama, berbagi cerita, dan tertawa ringan. Meskipun ia tahu perjalanan hidupnya baru saja dimulai, malam itu terasa begitu menenangkan.
Zayn, di mansion Nenek Parwati, juga menghabiskan waktu berbincang dengan keluarganya. Rasya terus menggoda Zayn, mengatakan betapa beruntungnya dia memiliki calon istri seperti Kinanti.
"Besok kamu resmi jadi suami, Zayn. Siap nggak?" Rasya menggoda sambil tertawa.
Zayn hanya tersenyum tipis. Dalam hatinya, ia berjanji untuk melakukan yang terbaik agar bisa membahagiakan Kinanti.
"Ck, pertanyaan konyol tahu engga, lagian kamu bisa engga, jangan banyak nanya."Zayn terlihat menyeringai marah.
"Ehmm, kita kan udah dari kecil bahkan gede bareng, masa iya gua engga tahu kamu gimana Zayn."
"Sebenarnya aku juga ragu sama perasaanku, tapi ... saat ini yang penting nenek bahagia, aku enggak peduli gimana besok ke depannya." lirih Zayn.
"Wahhh kalo gitu aku punya kesempatan dong, deketin kaka ipar, secara dia cantik banget."Rasya terkekeh menggoda Zayn yang terlihat gusar.
"Awas kamu ya, jangan macam-macam. "
"Kenapa kamu cemburu? ya udah enggak dech, nunggu dia janda aja gimana "
"Hei... jangan sembarangan ngomong, lama-lama ngeselin ya "
"Bukannya kamu nikah cuma buat nenek bahagia ya? paling engga lama, atau kamu mulai suka ya sama Kinanti?"
"Cukup Rasya, besok aku mau nikah besok mending kamu keluar."Zayn mengusir Rasya.
"Iya iya, cieeee calon manten, pasti enggak bisa tidur ya kaan."Rasya langsung berlari saat Zayn mengepalkan tangannya.
Suasana pengajian di rumah Kinanti semakin khidmat ketika tiba saat prosesi sungkeman. Kinanti yang duduk bersimpuh di depan kedua orang tuanya, dengan wajah penuh haru, menggenggam erat tangan mereka. Air matanya mulai mengalir perlahan, membasahi pipinya yang tampak bersinar karena kebahagiaan bercampur kesedihan.
Kinanti berbisik dengan suara lirih:
"Ibu, ayah, Kinanti mohon maaf kalau selama ini banyak salah. Kinanti sering keras kepala, sering merepotkan kalian. Terima kasih sudah mendidik Kinanti, menyayangi Kinanti, dan selalu ada di setiap langkah hidup Kinanti."
Ayah Kinanti yang biasanya tegar terlihat menahan tangis, suaranya bergetar saat membalas:
"Nak, semua orang tua pasti ingin melihat anaknya bahagia. Ayah ikhlas melepasmu, tapi ingat, rumah ini selalu menjadi tempatmu pulang. Jangan lupa pada kami setelah kamu menikah, ya."
Ibunya yang sudah sejak awal tak kuasa menahan tangis, memeluk Kinanti erat:
"Ibu hanya ingin kamu bahagia, Nak. Doa Ibu selalu untukmu. Jaga dirimu baik-baik, jadilah istri yang penuh cinta dan pengertian."
Tangis Kinanti semakin menjadi, rasa haru menyelimuti seluruh ruangan. Para tamu yang hadir juga ikut terhanyut dalam suasana. Beberapa dari mereka menyeka air mata saat melihat kasih sayang yang begitu besar antara Kinanti dan kedua orang tuanya.
Ketika akhirnya Kinanti mencium tangan mereka, hatinya terasa berat. Meski ia bahagia akan segera menikah, ia sadar bahwa hidupnya akan berubah. Ada bagian dari dirinya yang merasa takut untuk meninggalkan rumah yang penuh kenangan itu.
Namun, di sela tangisnya, ia menguatkan diri. Dalam hatinya, ia berdoa:
"Ya Allah, kuatkan aku untuk membahagiakan kedua orang tuaku dan menjaga kehormatan keluarga ini dalam pernikahanku nanti."
Momen itu menjadi puncak dari acara pengajian, meninggalkan kesan mendalam bagi semua yang hadir. Para tetangga memuji Kinanti sebagai anak yang berbudi, sementara keluarganya merasa bangga dan lega melihatnya siap memasuki babak baru dalam hidupnya.
Selesai sudah acara pengajian yang diadakan oleh keluarga Kinanti. Paman Kinanti sekaligus ayah Citra , memberikan dukungan dan selamat. Begitu juga sang istri.
"Heuhhh, kita liat aja nanti, apa laki-laki itu cuma manfaatin dia Kinanti atau enggak, zaman sekarang mana ada orang kaya yang mau sama gadis miskin ." batin Ratih.
"Terimakasih ya, Ratih kamu mau datang, besok kami berharap kalian juga mau datang sebagai keluarga,"ucap Aryo ayah Kinan.
"Insha Allah kami akan datang. "jawab Herman ayah Citra. Mereka meninggalkan rumah Kinan yang kini sudah menjelma menjadi rumah yang cukup mewah.
Sementara kini keluarga Kinan tengah merapikan sisa acara . Besok pagi mereka akan bersiap unruk ke hotel . Melangsungkan acara akad nikah.
secara logika seharusnya ada kepastian masih atw putus.
tapi anehnya masih sama2 merindukan, tp gak ada komunikasi, padahal di hp ada no kontaknya.. 😆😆😆😇😇😇