Keluarga Wezumo adalah salah satu keluarga paling berkuasa di Asia. Mereka menguasai pasar bisnis dan memiliki perusahaan raksasa yang bergerak di bidang otomotif, Fashion dan properti.
Darrel, putra sulung keluarga Wezumo terpaksa menikahi Hope Emilia, putri seorang sopir keluarganya. Dua tahun menikah, Darrel tidak pernah menyentuh Hope, hingga Darrel tidak sengaja meminum obat perangsang malam itu.
Hubungan keduanya makin dekat saat Darrel mengangkat Hope menjadi asisten dikantornya. Namun kemunculan seorang pria tampan yang amat berbahaya di dekat Hope memicu kesalahpahaman di antara keduanya.
Belum lagi Hope tidak sengaja mendengar fakta sebenarnya dibalik pernikahan mereka. Membuatnya berada dalam pilihan yang sulit. Meninggalkan Darrel, atau mempertahankan pria itu bersama anak Darrel yang ada dalam kandungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Ketika terbangun di pagi hari, mata Hope langsung tertuju kepada lengan kekar yang melingkarinya. Lengan itu melingkarinya tepat di bawah buah dadanya yang tak terbalut apapun. Namun tak ada pergerakan apapun, Hope meyakini suaminya masih tertidur. Ia tidak bisa lihat langsung karena posisinya membelakangi Darrel.
Hope tersenyum malu-malu. Dia satu selimut dengan suaminya, tubuh mereka sama-sama polos. Hope memutar ingatannya dengan cepat pada kejadian semalam. Percintaan panas itu sungguh luar biasa. Jauh lebih dahsyat daripada pertama kali mereka melakukannya.
Dan Hope merasakan mas Darrel sepertinya memakai hati. Ia bisa merasakan kelembutan lelaki itu semalam. Bahkan mas Darrel tersenyum padanya. Apakah ini pertanda bahwa ia mulai diterima oleh suaminya?
Hope memang tidak berani berharap, tapi sesekali memikirkan suaminya akan membalas cintanya bolehkan? Semalam itu benar-benar indah, tak akan terlupakan. Hope tersenyum sambil menutupi mulutnya.
Gerakannya membuat Darrel terbangun dari tidurnya. Pria itu membuka mata. Ia menatap punggung telanjang Hope, lalu tersenyum tipis. Sama seperti Hope, dia juga merasa sangat puas dengan permainan liar mereka semalam suntuk. Bahkan mungkin lebih puas.
Namun Darrel masih gengsi dan tidak ingin Hope tahu bahwa dia memiliki rasa terhadap wanita itu. Darrel tidak ingin terburu-buru. Dia takut, dia takut di saat dirinya mengatakan sudah jatuh cinta pada Hope, wanita itu malah mengecewakannya. Jadi sekarang, biarkan hubungan mereka seperti ini dulu.
"Sudah bangun?" suara khas bangun tidur Darrel sukses membuat Hope menahan jeritannya. Ya ampun, sexy sekali.
Setelah berhasil mengatur napasnya, ia pun berbalik menatap ke sang suami, jarak pandang mereka sangat dekat, wajahnya berada tepat di bawah dagu Darrel.
"Mm," ia mengangguk pelan. Wanita itu memandang Darrel dengan raut wajah terpana, tapi setelah itu ia mengutuk dirinya karena malah sempat-sempatnya mengagumi suaminya di depan pria itu sendiri.
"Ada apa?" Darrel bertanya.
"Hmm?"
"Kenapa menatapku seperti tadi, apakah ada sesuatu di wajahku?" wajah Darrel tetap datar. Tapi percayalah, dalam hatinya lelaki itu sedang mati-matian menahan senyum saat melihat ekspresi malu Hope.
"Ng ... Nggak kok." Hope menggeleng cepat. Dan pandangan Darrel beralih ke dua gunung kembar Hope yang keliatan tepat di depan matanya itu.
Rasanya ia ingin mencicipinya lagi, namun Darrel menahan diri. Kalau dia menyerang Hope pagi ini, pekerjaannya akan tertunda. Sebenarnya tidak apa-apa tertunda, namun karena pagi ini ada rapat penting yang benar-benar tidak bisa ditunda, Darrel mengurungkan niatnya.
Pria itu pun berdiri dari tidurnya yang secara otomatis membuat Hope ikut bangun juga.
"Hari ini aku ada pertemuan penting, kau ingat?" kata Darrel dengan bertanya di akhir kalimat.
Hope mengingat-ingat. Kemarin dia sudah membaca jadwal kerja suaminya seharian. Ah dia ingat! Hope pun mengangguk.
"Apa?" Darrel mengetes.
"Jam sembilan pagi mas ada rapat dengan pemegang saham, jam sebelas lanjut meeting dengan direktur dari perusahaan investasi, lalu jam dua siang mengunjungi salah satu kampus untuk membawakan workshop bisnis, dan terakhir jam lima sore cek proyek pembangunan,"
Sepadat itu jadwal Darrel hari ini. Dan ingatan Hope benar semua, tidak ada yang melenceng. Karena dia memang sempat menggunakan beberapa waktu kosong untuk menghafal jadwal tersebut. Hope ingin belajar menjadi asisten yang bisa bekerja dengan baik. Dia tidak ingin malu-maluin suaminya.
Dan benar saja, Darrel cukup terkesan mendengar jawaban panjang lebar Hope. Tidak ia sangka ingatan isterinya cukup tajam, bisa mengingat semuanya dengan tepat.
"Aku akan mandi. Kau lakukanlah pekerjaanmu seperti biasa." ujarnya kemudian lalu berbalik masuk ke kamar mandi.
Hope tersenyum. Sepertinya mas Darrel puas dengan jawabannya. Ia pun berdiri dari kasur, memakai piyama tidurnya kemudian beranjak ke dapur. Rutinitas yang selalu dia lakukan setiap pagi. Karena dia adalah seorang ibu rumah tangga.
Ibu rumah tangga? Hope mengulum senyum. Orang lain mungkin tidak percaya, di umur yang baru mencapai sembilan tahun dia sudah memiliki seorang suami yang rupawan.
®®®®
Begitu mencapai kantor, pasangan suami istri tersebut langsung masuk ke ruangan meeting. Para pemegang saham yang hadir mengenakan jas, mereka tampak berkelas. Dan kebanyakan adalah laki-laki berusia matang. Ada yang seumuran suaminya, tapi hanya dua orang. Sementara jumlah perempuan hanya tiga orang. Yang mendominasi adalah perempuan.
Ada Lina juga di sana. Wanita yang diperkenalkan Darrel padanya beberapa hari yang lalu. Yang akan menjadi salah satu gurunya. Ketika Hope memandang ke Lina, wanita itu tersenyum dan melambai padanya. Orangnya sangat ramah. Hope balas tersenyum.
"Sudah siapkan catatan?" Darrel bertanya pelan. Hope yang berdiri di sebelah kiri pria itu sedikit membungkuk dan balik bertanya karena ia tidak sempat mendengar pertanyaan suaminya.
"Kenapa mas?" ia bertanya tepat di telinga Darrel. Agar tidak ada yang mendengar cara dia memanggil suaminya. Makhlum, ini kantor. Menjadi asisten suaminya saja sudah ada banyak mata yang meliriknya, apalagi kalau ketahuan dia adalah istri dari mas Darrel, yang notabenenya adalah bos mereka.
"Aku tanya kau sudah siapkan catatan? Tugasmu adalah mencatat semua hasil rapat hari ini." ucap Darrel lagi. Suaranya kecil, jadi tidak ada yang mendengar pembicaraannya dengan sang istri.
Hope menganggukkan kepala lalu mengeluarkan catatan dari saku blazer-nya. Buku catatan kecil yang cukup tebal bersama bulpen.
Dari tempatnya, Lina dan Keno saling bertukar pandangan dengan senyuman penuh arti. Sudah seperti itu tapi Darrel masih tidak mengaku telah jatuh cinta pada istrinya? Dasar laki-laki gengsian. Apa susahnya bilang cinta coba.
"Baiklah, kita mulai rapatnya sekarang."
Para pemegang saham yang awalnya sibuk berbincang-bincang pun fokus menatap Darrel.