🥇Juara 1 YAAW Periode 2 2024 Genre Pria
🏅Juara Tema Kreatif 'Harem'
Elang menjadi pemuas nafsu para wanita dewasa semenjak SMA. Ia terpaksa melakukan itu demi bertahan di kehidupan ibu kota yang keras. Sampai suatu hari Elang mendapat pelanggan yang membuatnya terjebak dalam masalah besar.
Takdir membawa Elang harus menjadi guru les privat putri dari salah satu pelanggannya. Terlebih putri pelanggannya itu adalah sahabat kekasihnya Elang. Parahnya ketiga perempuan itu sama-sama jatuh cinta pada Elang.
Inilah cerita Elang. Petualangannya dalam menghadapi banyak wanita di hidupnya. Bagaimana kelanjutannya? Apa Elang membiarkan banyak wanita berlabuh di hatinya? Atau dia memilih melabuhkan hatinya hanya untuk satu orang saja.
*Genre : Harem.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35 - Kesepakatan Katrin
"Se-semuanya?" mata Elang membulat sempurna. Ia langsung mengedarkan pandangan ke segala arah. Dirinya sudah diserang perasaan takut.
"Nanti kita bicarakan semuanya setelah ini," kata Katrin.
"Apa kau juga ingin memaksaku jadi pacarmu layaknya Canda?" timpal Elang.
Katrin tergelak. "Idih! Pede banget. Sorry ya, aku nggak minat sama cowok rendah kayak kau!" balasnya.
Elang hanya memutar bola mata jengah. Setelah beberapa saat kemudian, acara pemilihan kandidat calon ketua osis selesai. Elang langsung mengajak Katrin bicara empat mata.
Bersamaan dengan itu, Bu Viona sempat melihat kepergian Elang. Kebetulan dia menginginkan Elang sepulang sekolah nanti.
Kini Elang dan Katrin sudah berada di belakang sekolah. Keduanya berdiri saling berhadapan.
"Apa maumu? Mau di grepe, hah?!!" timpal Elang.
"Wah...itu pasti keahlianmu," komentar Katrin sembari melipat tangan ke depan dada.
"Emang! Mau ngerasain?" balas Elang sambil menyudutkan Katrin ke dinding. Ia menatap buah dada Katrin yang ada di depan mata.
Buk!
Tiba-tiba Katrin menyundul junior Elang dengan lututnya. Serangan itu sontak membuat Elang mengaduh kesakitan.
"Sialan! Kau gila ya?!" geram Elang yang kini memegangi alat vitalnya dengan dua tangan.
"Kau beruntung aku tidak menendangmu dengan kakiku!" sahut Katrin.
"Kalau bukan sentuhan yang kau mau, lalu apa, hah?!" amuk Elang.
"Uang! Aku mau uang sebesar sepuluh juta untuk tutup mulut," imbuh Katrin.
"Sahabat Canda apaan. Kau hanya memanfaatkan ini untuk keuntunganmu sendiri!"
"Anggap saja ini adalah caraku untuk membalaskan dendam Canda! Dia sekarang sudah tak terdengar kabarnya. Karena kau dia menghilang begitu saja. Bagaimana kalau dia celaka di luar sana, hah?! Uang nggak punya, keluarga nggak punya!" omel Katrin panjang lebar.
Elang seketika terdiam. Sepercik rasa bersalah seketika menggeluti dirinya.
"Benarkah? Lalu kapan terakhir kali kau mendengar kabar Canda?" tanya Elang. Nada suaranya menjadi memelan.
"Sekitar beberapa hari lalu. Dia bilang akan pergi dari kota karena ada kebutuhan mendesak," jawab Elang.
"Lalu bagaimana caranya kau tahu tentangku?" selidik Elang.
"Aku mendatanginya ke kostan, dan memaksanya memberitahuku. Saat itu aku berusaha mencegahnya pergi. Tapi karena aku tak sengaja tertidur, jadi Canda pergi begitu saja. Preman-premanmu itu sukses besar membuatnya ketakutan!" jelas Katrin panjang lebar. Dia berjalan kehadapan Elang lebih dekat.
"Apa benar kau punya pekerjaan kotor itu?" sambung Katrin.
"Aku akan memberimu sepuluh juta. Tapi berjanjilah kau akan tutup mulut," tukas Elang. Tak menghiraukan pertanyaan Katrin.
"Sepuluh juta seminggu," imbuh Katrin.
"Anjir!" Elang memutar bola mata kesal. Dia sudah berhenti memegangi alat vitalnya. Sepertinya rasa sakitnya sudah mereda.
"Aku yakin itu jumlah kecil bagimu. Kalau kau terlalu lama berpikir, aku akan menaikkan--"
"Oke, oke. Aku akan memberimu sepuluh juta perminggu. Tapi kalau rahasiaku terbongkar, maka kau harus tanggung jawab!" tegas Elang.
"Deal!" Katrin mengulurkan tangannya. Dia dan Elang saling bersalaman sejenak.
Katrin segera pergi setelah memberi nomor telepon dan rekening. Sekarang Elang sendirian di belakang sekolah. Lelaki tersebut menyandar ke dinding dengan pundak melemas.
Elang tahu kalau dirinya pasti akan mengalami hal seperti sekarang. Dia juga terpikirkan akan nasib Canda yang kini tak diketahui kabarnya.
Ponsel Elang mendadak bergetar. Dia mendapat pesan dari Bu Viona.
'Setelah pulang sekolah, di UKS seperti biasa.' Begitulah bunyi pesan dari Bu Viona.
Lidah Elang berdecak kesal saat membaca pesan tersebut. Ia memutuskan menolak Bu Viona hari itu.
'Maaf, Bu. Tapi hari ini aku ada pekerjaan penting,' tulis Elang.
'Temui aku sekarang di laboratorium bahasa!' balas Bu Viona.
Pupil mata Elang membesar. Dia takut Bu Viona nekat mengajaknya berhubungan intim di jam sekolah.