Ima seorang gadis desa yang datang dari kampung ingin mengubah kehidupan keluarganya. Ia bekerja di sebuah mini market sebagi seorang kasir. Disanalah berkenalan dengan seorang pria yang membuatnya jatuh cinta.
Gayung bersambut cinta Ima berbalas. Laki - laki itu ternyata juga menyukai Ima. Hubungan mereka makin hari makin dekat,hingga laki - laki itu melamar Ami menjadi pendamping hidupnya.
Awal menikah hidup Ima berubah,rasanya begitu bahagia karna mendapatkan suami yang begitu perhatian. Tapi bencana itu datang saat ia sudah mempunyai seorang anak,sikap suaminya mulai dingin. Ada apa gerangan yang terjadi? apalagi Ima pernah memergoki suaminya menelpon seorang perempuan dengan kata - kata yang tidak sepantasnya . Apakah suaminya sudah bermain api di belakangnya? Bagaimana kelanjutan rumah tangga Ima dengan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Ima menghempaskan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Pekerjaan di hari pertama aja udah segini banyaknya apa ceritanya di hari selanjutnya.
Bimo benar - benar membebankan semua pekerjaannya pada Ima. Ia malah asik bermain dengan seorang wanita entah itu pacarnya atau apa Ima ga tau dan tidak mau cari tau.
Ia tidak peduli kelakuan Bimo seperti apa. Kalau pun ia mau menegur rasanya tak mungkin, yang ada dirinya langsung di depak.
Tanpa terasa Ima tertidur tanpa sempat menganti pakaian yang ia kenakan. Gurat lelah terlihat di wajahnya yang cantik hingga pagi menjelang.
Setelah rapi dengan penampilannya,Ima bergegas bergabung dengan karyawan lain untuk sarapan pagi. Saat beberapa orang menatapnya sinis,Ima memilih mengabaikan. Tapi kata - kata dari mulut Lina membuatnya emosinya sedikit tersulut.
"Eh dengar - dengar ada yang pakai pelet untuk mendapatkan jabatan . " sindir Lina yang ditujukan pada Ima.
"Apa kamu bilang?" jawab Ima meradang.
"Situ merasa." ujar Lina dengan cueknya menyuap sarapannya.
"Kamu kenapa sih?masih aja iri sama orang lain. Iri itu tanda tak mampu ." Ima balas menyindir dan sukses membuat Lina panas.
"Dasar gadis kampung,baru naik jabatan segitu aja udah sombong. Aku yakin pasti ada apa - apanya,mana mungkin pak Bimo tiba - tiba memilih kamu sebagai sekretarisnya?" ejek Lina.
"Udah habiskan saja sarapannya,ga usah diladeni si Lina. Nanti juga kena batunya." Susi menengahi perdebatan antara Lina dan Ima.
"Ooh ada yang berani belain anak kampung rupanya. Kalian berdua emang cocok sama - sama dari kampung." Lina tertawa mengejek.
"Biarin anak kampung yang penting punya etitud dari pada kamu anak kota mulutnya kotor." Susi membalas Lina dengan kata - kata pedas.
"Apa kamu bilang? Kamu masih mau tetap bekerja disini?" Lina menjambak rambut Susi membuat Susi meringis menahan sakit di kepalanya.
"Lina,lepasin tangannya dari rambut Susi,kamu kalau tidak suka sama aku tidak usah melibatkan orang lain." teriak Ima emosi.
"Kamu berani sama aku?" tantang Lina.
"Kita disini sama,jadi apa yang mesti ditakutkan pada kamu." jawab Ima berusah mengatur nafasnya.
Yang lain cuma melihat perdebatan anatara tiga orang itu. Mereka tidak mau membela siapa pun dan juga tidak ada yang mau menengahi. Mereka sudah jengah dengan kelakuan sombong Lina.
Tontonan pagi ini membuat karyawan wanita yang lain merasa terwakili. Mereka bukannya tidak berani tapi mereka takut nanti nasib mereka sama seperti teman mereka yang terdahulu.
Dulu pernah ada yang berani pada Lina ,tiba - tiba keesokan harinya karyawan itu sudah langsung di pecat. Usut punya usut ternyata Lina yang masih ada hubungan keluarga dengan Papanya Bimo,memfitnah karyawan itu sehingga ia di keluarkan dengan tidak hormat.
Semenjak kejadian itu tak seorang pun ada yang berani terhadap Lina. Jika masih sayang sama pekerjaan lebih baik jangan pernah mencari masalah dengan Lina.
Ima sama sekali tidak tahu dengan rumor tersebut. Karna selama ini ia memilih diam saat Lina berusaha memancing emosinya dan memilih menjauh.
Saat hendak berbicara lagi,semua dikagetkan dengan suara barito seorang laki - laki yang sudah berdiri di depan pintu.
"Ada apa ini,kenapa pagi - pagi sudah ribut?" tanya laki - laki itu sambil mengedarkan pandangannya pada seluruh karyawan yang jumlahnya sekitar dua puluh orang.
"Eh,pak Bimo. Tidak ada apa - apa ,pak." jawab Lina dengan suara pelembut mungkin.
"Ima,ikut saya." perintah Bimo. Tanpa mengindahkan Lina yang berusaha menarik perhatiannya.