Pernikahan yang sudah didepan mata harus batal sepihak karena calon suaminya ternyata sudah menghamili wanita lain, yang merupakan adiknya sendiri, Fauzana harus hidup dalam kesedihan setelah pengkhianatan Erik.
Berharap dukungan keluarga, Fauzana seolah tidak dipedulikan, semua hanya memperdulikan adiknya yang sudah merusak pesta pernikahannya, Apakah yang akan Fauzana lakukan setelah kejadian ini?
Akankah dia bisa kuat menerima takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh
Rakha terdiam mendengar pertanyaan ibu Rida. Tak tahu harus menjawab apa. Jika berkata jujur, pasti nama Ana yang akan jelek. Apa lagi dia sudah tahu bagaimana perilaku sang ibu tiri. Tadi Kevin telah menyelidiki dengan bertanya pada beberapa tetangga mereka.
"Apa Nak Rakha dan Ana telah menikah?" Kembali ibu Rida mengajukan pertanyaan.
Ana yang baru datang dengan Chelsea setelah mengantar makanan untuk tetangganya yang telah baik dan memberikan kabar, langsung tersenyum sinis mendengar pertanyaan ibu tirinya itu.
"Kenapa Ibu ingin tau, apakah itu ada pengaruhnya buat kehidupan Ibu? Menikah atau pun belum, aku tak pernah minta tolong dengan Ibu, jadi berhenti ingin tau tentang kehidupanku!" seru Ana.
Ibu Rida cukup terkejut mendengar ucapan Ana. Dia pikir gadis itu akan diam saja seperti di rumah sakit. Dia ingin menarik perhatian Rakha setelah melihat mobil dan royalnya pria itu. Buat ustad sekelas kampung saja dia memberikan uang jutaan.
"Jangan berkata begitu, Ana. Walau aku ibu tirimu, tapi aku ini ibumu juga. Dari kecil kau bersamaku. Suka tak suka, aku ibu sambung mu, dan apa salah jika aku ingin tau tentang dirimu. Aku yang bertanggung jawab denganmu setelah ayah tiada," ujar Ibu Rida.
Ibu Rida sepertinya mencoba tak terbawa emosi. Dia ingin menarik perhatian Rakha. Apa lagi setelah tahu jika pria itu sangat tajir. Dia sempat tanya dengan Chelsea apa kerja papanya, dan bocah itu bilang, papi punya kantor.
"Sejak kapan Ibu mulai bertanggung jawab denganku?" tanya Ana dengan suara sinis.
"Bu, Ana itu maminya Chelsea. Itu saja yang harus Ibu ingat," jawab Rakha menengahi, melihat Ana yang mulai terbawa emosi.
Chelsea yang mendengar ucapan Rakha, langsung memeluk erat tangan Ana. Sepertinya bocah itu sangat bahagia karena mendengar sang papi mengatakan jika Ana adalah maminya.
Erik yang sedang menggendong Chika putrinya, hanya bisa berdiri terpaku mendengar ucapan Rakha, begitu juga Ayu dan ibunya. Mereka pamit dan akan kembali besok malam.
Rakha terpaksa mengikuti Ana, selama tiga hari berada di kampung untuk tahlilan. Ketika di dalam mobil Chelsea langsung naik ke pangkuan Ana dan menyandarkan kepalanya ke dada wanita itu.
"Sayang, kamu mau Mami Ana jadi mami kamu?" tanya Rakha.
Pertanyaan Rakha itu membuat Kevin terkejut hingga tak sengaja menginjak rem. Membuat ketiga orang yang duduk di belakang jadi terkejut juga. Beruntung Chelsea di peluk Ana kuat-kuat sehingga tak sampai terjatuh. Sedangkan atasannya, jidatnya langsung mencium jok depan.
"Maaf, Pak," ucap Kevin dengan suara sedikit takut.
"Apa yang kamu pikirkan? Harus konsentrasi kalau menyetir!" seru Rakha dengan suara bernada tinggi.
"Sekali lagi maaf, Pak. Ada kucing lewat tadi. Jadi saya harus ngerem mendadak," ujar Kevin.
"Lain kali hati-hati. Beruntung Chelsea tak apa-apa. Jika dia terluka, aku tak akan memaafkan kamu!" ucap Rakha dengan penuh penekanan.
"Baik, Pak," jawab Kevin dengan sedikit gugup.
"Oom tuh harus baik-baik bawa mobil. Untung mami peluk aku, kalau tak aku jatuh," ucap Chelsea dengan suara ciri khas anak kecil.
"Ya, Chelsea. Maaf, Om tak sengaja," balas Kevin.
Kevin mulai menyetir lagi dengan hati-hati. Rakha tak jadi meneruskan pertanyaannya karena melihat sang bocah yang mengantuk dan tertidur di dalam pelukan Ana.
Begitu juga Ana, dia tampak mengantuk. Tanpa di sadari juga tertidur dengan kepala bersandar di jok. Rakha lalu memindahkan kepalanya ke bahu.
Sampai di hotel, Rakha meminta Kevin menggendong Chelsea dan dia yang menggendong Ana.
Kevin menarik napas dalam saat melihat atasannya itu menggendong Ana, wanita yang dia sukai sejak pertama bekerja di perusahaan. Belum sempat menyatakan cinta, semua harus di kubur karena ternyata atasannya mencintai wanita yang sama. Dia yakin jika Rakha mencintai Ana, walau mungkin pria itu belum menyadarinya.
Ketika masuk lift Ana bergerak, tapi bukannya membuka mata, dia justru membenamkan wajahnya di dada Rakha. Mungkin karena sangat lelah dan capek sehingga dia dalam mimpinya dia memeluk seseorang yang begitu dekat dengannya.
Sampai di kamar hotel, Chelsea di baringkan Kevin dengan pelan ke ranjang. Begitu juga Ana. Rakha meletakan tubuh gadis itu secara pelan agar tak terbangun.
Rakha meminta Kevin untuk keluar. Sedangkan dia ikut membaringkan tubuh di samping putrinya. Entah mengapa dia ingin tidur bertiga dengan Ana. Tak peduli jika gadis itu akan marah saat terbangun.
Karena kelelahan Ana tidur dengan lelapnya, hingga pagi baru tersadar dari mimpinya. Dia agak sedikit heran karena berada di dalam kamar. Dia hanya ingat saat mereka pulang sempat berhenti karena Kevin menginjak rem secara mendadak.
Ana memandang ke samping, dia makin terkejut ketika melihat Rakha yang tertidur di samping putrinya. Gadis itu langsung bangun dan membuka selimut tubuhnya. Takut seperti novel mama reni yang pernah dia baca jika pria itu menodainya.
Ana menarik napas lega saat melihat bajunya masih utuh. Kembali dia menarik napas lega sambil mengucapkan syukur. Gadis itu tak menyadari jika Rakha telah bangun dan melihat semua yang dia lakukan. Pria itu tersenyum melihatnya.
"Kenapa menarik napas, apa kamu pikir aku telah memperkosa, mu?" tanya Rakha. Tentu saja pertanyaan pria itu membuat Ana terkejut dan menatap atasannya itu dengan wajah memerah karena malu.
"Bukan ... Bukan begitu, Pak," jawab Ana gugup.
"Kenapa kamu menarik napas. Seperti orang yang lega?" tanya Rakha lagi. Sepertinya pria itu mulai mengerjai bawahannya itu.
"Bapak ini lucu. Emang tak boleh menarik napas lega. Saya bersyukur karena masih di beri kenikmatan hidup," jawab Ana.
"Ngeles aja. Kalau aku mau memperkosa kamu, mending saat sadar. Kalau pingsan tak ada perlawanan!" seru Rakha.
"Bapak bicara apa?" tanya Ana dengan wajah makin memerah seperti kepiting rebus.
"Aku bicara tentang hubungan, jika dilakukan oleh satu pihak, tak akan asyik. Mending dilakukan berdua, saling suka," ucap Rakha.
"Bapak, udahlah. Ngomong apa sih? Ada Chelsea," balas Ana.
"Dia masih tidur, tak akan dengar," ujar Rakha.
"Siapa yang tidur Papi, aku sudah bangun," jawab Chelsea. Ana dan Rakha jadi saling pandang begitu mendengar suara bocah cilik itu.
Kawin..... kawin.... kawin.... kawin...