"No way! Ngga akan pernah. Gue ngga sudi punya keturunan dari wanita rendahan seperti Dia. Kalau Dia sampai hamil nanti, Gue sendiri yang akan nyingkirin bayi sialan itu dengan tangan gue sendiri. Lagipula perempuan itu pernah hamil dengan cara licik! Untungnya nyokap gue dan Alexa berhasil bikin Wanita sialan itu keguguran!"
Kalimat kejam keluar dengan lincah dari bibir Axel, membawa pedang yang menusuk hati Azizah.
Klontang!!!
Suara benda jatuh itu mengejutkan Axel dan kawan-kawannya yang tengah serius berbincang.
Azizah melangkah mundur, bersembunyi dibalik pembatas dinding dengan tubuh bergetar.
Jadi selama ini, pernikahan yang dia agung-agungkan itu hanyalah kepalsuan??
Hari itu, Azizah membuat keputusan besar dalam hidupnya, meninggalkan Suaminya, meninggalkan neraka berbalut pernikahan bersama dengan bayi yang baru tumbuh di dalam rahimnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maufy Izha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbahagialah, Lupakan Dia!
"Euuummmh"
Axel terbangun karena perutnya yang kembali bergejolak. Ia baru tersadar bahwa Ia tertidur di lantai.
Dengan wajahnya yang sedikit pucat, Axel melangkah gontai menuju Kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Hari ini akan Aku selesaikan apa yang seharusnya terselesaikan"
Gumam Axel. Hari ini Dia tidak akan pergi ke Kantor. Ia akan menemui Kakeknya, Adhitama.
Setelah selesai membersihkan diri, Axel segera menghubungi sekretarisnya, Linda.
"Halo, Lin hari ini tolong batalkan semua meeting. Gue harus ke suatu tempat"
"....."
"Please, hari ini aja. Seterusnya Gue janji akan fokus ke perusahaan"
"...."
"Thanks, anyway"
Tut, Axel memutuskan panggilannya.
'Jika Kakek tak mau memberitahunya juga, maka Aku sendiri yang akan mencari bagaimanapun caranya, bila perlu ke seluruh penjuru negeri ini'
Batin Axel bertekad.
***
"Semuanya sudah beres Tuan, tinggal menunggu Akta cerainya di terbitkan oleh pengadilan agama"
Ucap Manov yang kembali memenuhi permintaan Adhitama untuk menemuinya di Rumah Sakit.
"Bagus Manov, terima kasih atas bantuanmu. Aku tidak akan pernah melupakannya"
"Jangan sungkan Tuan Adhitama, Selagi saya mampu, Insya Allah saya akan berusaha membantu, lagipula setelah saya fikirkan lagi, memang lebih baik Nyonya Azizah lepas dari Tuan Axel. Beliau juga berhak bahagia"
"Benar..."
Kring!
Tiba-tiba ponsel Adhitama berdenting.
"Ya?"
"...."
"Baik, terima kasih infonya Budi"
Adhitama mengakhiri panggilannya,. kemudian tersenyum ke arah Manov Sagara.
"Axel sedang menuju ke ruangan ini, Pergilah Manov, sebelum Ia melihatmu"
Manov seketika menegang.
"Bagaimana ini Tuan?"
Manov berkata dengan panik.
"Jangan panik, Lewat pintu itu, Kamu akan sampai di halaman samping rumah sakit ini"
Adhitama menunjuk sebuah pintu yang jika dilihat lebih mirip lemari pakaian.
"Itu... Pintu?"
"Ya, pergilah... Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk menemuiku"
"Sama-sama Tuan Adhitama, Saya permisi"
Manov pun pamit dan segera bergegas meninggalkan ruangan itu. Sebelum Axel tiba.
"Hati-hati di jalan"
Pesan Adhitama yang kemudian dibalas anggukan oleh Manov.
Benar saja, tak berselang lama Axelpun masuk ke ruangan Adhitama.
Jika sebelumnya Axel menanyakan keberadaan Azizah, maka bisa dipastikan kedatangannya kali ini masih tentang hal itu.
Tapi bagi Adhitama, semua sudah terlambat. Ia tahu jika awal mulanya Dialah yang memulai masalah ini dengan menjodohkan mereka berdua. Tapi, apa yang dilakukan Axel pada Azizah sungguh diluar nalarnya. Perbuatannya sangat keterlaluan dan sulit di maafkan.
"Kalau kedatanganmu kali ini untuk menanyakan hal yang sama, maka jawaban Kakek juga masih sama Axel"
Ujar Adhitama dingin, Kali ini Ia tidak sok sibuk membaca atau melakukan hal yang lain seolah mengacuhkan Axel seperti sebelumnya.
Adhitama menatap lekat manik abu-abu kehijauan cucunya itu.
Namun, diluar dugaannya, Axel segera berlutut di hadapannya.
"Tolong Kek, Axel mohon... Tolong beritahu dimana Azizah sekarang... Axel mohon kek, Kalau perlu Axel akan mencium telapak kaki Kakek?"
Axel menangis tersedu-sedu. Ia menyatukan kedua tangannya, benar-benar tampak kacau dan menyedihkan. Tidak bisa dipungkiri, melihat pemandangan itu, Adhitama merasa terkejut sekaligus kasihan. Tapi rasa kecewanya pada cucu satu-satunya itu terlalu besar.
"Axel.... Sudah terlambat nak..."
Ucap Adhitama, matanya ikut berkaca-kaca.
"Nggak Kek, Axel akan berusaha keras memohon maaf dan ampunan dari Azizah. Sampai Dia bersedia memaafkan Axel Kek. Tolong Kek, Tolong beri tahu dimana Azizah, apalagi sekarang Azizah sedang mengandung anakku Kek... Tolong..."
"Tidak Axel... Lupakanlah, jalani hidupmu yang baru sesuai keinginanmu sebelumnya. Jauhi Azizah. Anggap kamu tidak pernah mengenalnya"
"Bagaimana bisa Kek? Bagaimana bisa Kakek mengatakan semua itu dengan mudah?"
"Tentu saja mudah, semudah kamu mempermainkan ikatan pernikahan kalian. Sekarang Kakek tanya satu hal padamu"
Axel menatap kakeknya dengan posisi masih sama, terduduk di lantai, di hadapan Adhitama.
"Kalau, Kamu tidak mengetahui kebusukan selingkuhanmu Alexa, apa Kamu juga akan seperti sekarang ini?pasti tidak Axel. Meski Kamu tahu sekalipun Azizah tengah mengandung anakmu dan Dia adalah wanita yang baik, Kakek yakin 1000% Kamu tetap akan meninggalkannya"
Axel tidak berkata-kata, tapi Ia terus menggeleng kuat.
"Percayalah, Ini hanya rasa bersalahmu. Bukan cinta nak. Bedakan"
"Nggak Kek, Itu.. Itu nggak benar"
"Axel dengarkan Kakek. Berbahagialah, lupakan Dia. Biarkan Azizah terbebas dari Kamu dan menjalani hidupnya yang baru, begitu juga deganmu. Jika Takdir menggariskan kalian akan bertemu, maka suatu saat pasti akan bertemu. Tapi saat ini, Kakek tidak bisa memberi informasi apapun... Maafkan Kakek, seberapa keras kamu mencoba, Kakek tidak akan pernah mengatakannya"
Tegas Adhitama, kemudian berlalu melewati Axel yang masih setia terduduk.
Axel menunduk dalam. ia menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Sesaat kemudian Ia menghentikan tangisnya.
"Aku tidak akan menyerah Kek, Aku akan mencarinya sendiri keseluruh dunia ini bila perlu!"
Ucap Axel bertekad.
****
2 Minggu berlalu...
"Akhirnya Kita sampai juga di Surabaya, Malik!"
Seru Abimana bahagia. Setelah kerja kerasnya siang dan malam akhirnya Ia bisa mempercepat proses penggarapan software itu meskipun masih 90% before finished.
Tapi setidaknya, setelah ini Ia bisa mengawasi pelaksanaan pembuatan software itu dari Indonesia.
"Ya Pak, Saya juga senang karena penggarapannya bisa di percepat"
"Ya, terima kasih atas kerja kerasmu Malik. Aku berhutang budi untuk itu"
"Tidak Pak, ini sudah menjadi kewajiban Saya"
"Hmn..."
"Kita kembali ke kantor atau ke rumah pak?"
Tanya Malik, Pria berusia 35 tahun itu ikut tersenyum melihat keceriaan di wajah bosnya.
"Tidak, Kamu pulanglah, istirahat. Aku juga ingin pergi ke suatu tempat"
Sahut Abimana.
"Saya mengerti, apa ke rumah Mba Azizah?"
"Nah... Itu Kamu tahu..."
Jawab Abimana tersipu. Membuat Malik menghela nafas panjang.
'Nggak cocok sama brewoknya bos, malu-malu kucing begitu... Hihi'
Lagi-lagi Malik hanya membully Abimana dalam hati. Ya kali terang-terangan, namanya Malik cari mati hehehe.
Abimana dan Malik pun berpisah di Lobby Bandara.
Abimana sudah tidak sabar ke rumah Azizah, Ia juga merindukan Tasya, peri kecilnya.
"Azizah, I'm coming!!"
Gumam Abimana dengan wajah berseri-seri.
Akhirnya setelah 2 Minggu tidak bertemu dengan pujaan hatinya, hari ini Abimana bisa melihat wajah teduh Azizah yang selalu bisa membuatnya damai dan tenang meski hanya dengan memandangnya.
Katakanlah bahwa Ia gila, belum kenal lama tapi sudah seperti ini. Tapi percaya atau tidak, sejak pertama Kali melihat kelembutan sikap Azizah pada Tasya, Abimana sudah memiliki kesan tersendiri tentang wanita itu, apalagi setelah hampir 2 bulan mengenalnya. Azizah berbeda dari semua wanita yang pernah di temuinya.
Tak masalah jika saat ini Azizah masih berstatus istri orang, tapi bukankah Azizah mengatakan bahwa ia sedang dalam proses perceraian?
Maka disinilah Abimana, Menunggu jandanya seorang Azizah, meskipun wanita berhijab itu tengah hamil, Abimana dengan senang hati menerimanya. Anggap saja bonus. Sungguh Ia ikhlas jika anak Azizah menjadi anaknya juga. Ia akan menyayanginya seperti Ia menyayangi keponakannya, Tasya.
"Mudah-mudahan Azizah sama Tasya suka sama oleh-olehnya"
Pria tampan dengan brewoknya yang lebat itu tersenyum lebar memandangi paperbag yang di genggamnya.
Mobilnya kini sudah berhenti, tidak jauh dari komplek tempat tinggal Azizah dan Bibi Ani.
Abimana turun dari mobil setelah melepas jas serta dasinya. Hingga menyisakan kemeja putih yang sengaja Abimana buat kusut.
Sementara Motor butut milik security-nya yang sudah Ia beli, telah terparkir cantik tepat di depan mobilnya kini.
"Terima kasih Amin. Kamu boleh pulang, naik mobil Saya"
"Siap, Pak Bos!"
Amin pun berlalu setelah menyerahkan kunci motor itu pada Abimana.
Abimana melajukan motor butut kebanggaannya itu dengan penuh semangat menuju rumah Azizah.
Bersambung
Mas Abi kenapa sih bucin banget sama Azizah. Aku kan jadi pupus harapan 😭😭😭
.
Terima kasih atas kunjungannya teman-teman semoga terhibur dan cerita gaje ini dapat dipahami ya ☺️❤️❤️
Luvv banyak-banyak ❤️🌹🌹🌹