Ben Jamin Fredo (28), pewaris perusahaan wine Fredo bermain panas dengan pesaingnya Zoela Caprio (27) pewaris kedua perusahaan wine Caprio. Merasa bertukar peluh di ranjang sambil meneriaki nama masing masing dan menjadikan gerak tubuh mereka sebagai candu satu sama lain. Tapi selain di ranjang, mereka adalah musuh bebuyutan sejak orang tua mereka bersaing menjadi perusahaan wine terbaik di Italia. Permainan kotor bisnis diantara pedagang wine membuat keluarga Fredo dan Caprio bermusuhan. Namun bagaimana jika orang tua mereka tau bahwa Ben dan Zoe menjalin hubungan menikah diam diam hingga bisa menghasilkan cucu untuk mereka? Apa karena ada cucu mereka berbaikan atau semakin bermusuhan? Bacaaaaaa novel ini sampai tuntas ya! Semoga suka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beberapa jam yang lalu
...*Flashback On*...
Disebuah Club Bar malam di Roma, dengan keramaian para manusia berdugem dan melepaskan stress, terlihat sebuah ruangan VIP yang dijadikan tempat pertemuan negosiasi tender penyedia wine untuk acara ulang tahun Roma yang akan menyelenggarakan pesta wine kepada masyarakat.
Arthur, CEO penyelengara acara yang ditugaskan pemerintahan Roma mengurusi hal ini mengundang 2 perusahaan wine terkenal untuk mempresentasikan keunggulan winenya.
Kenapa Arthur memilih club atau bar untuk diskusi bisnis ini karena ia ingin santai dan memperkenalkan dunia malam Roma kepada 2 orang yang masih muda jika dibandingkan dengannya.
2 orang itu adalah Ben dari perusahaan Wine Fredo dan Zoe dari perusahaan Wine Caprio. Mereka terlihat tak saling mengenal dan tak berbicara satu sama lain dengan nyaman, padahal mereka berasal dari wilayah yang sama yaitu Tuscany.
"Baiklah Nyonya Zoe dan Tuan Ben, silahkan kalian mempresentasikan wine keunggulan yang dapat menarik saya" ucap Arthur dan sampingnya ada 2 lelaki seperti karyawannya.
"Baik, saya akan mempresentasikan wine saya terlebih dahulu. Tidak masalah bukan, Tuan Ben?" ucap Zoe dengan percaya diri.
"It's okay. Lady first" sahut Ben.
Lalu wanita satu satunya di ruangan VIP itu melakukan presentasi dengan apik dan mengagumkan. Setelah 15 menit berlalu, giliran Ben yang mempresentasikan winenya.
Pria ini begitu maskulin dan sangat memahami wine dari perusahaannya hingga membuat Zoe sedikit insecure.
"Pria ini memang sangat menguasai wine miliknya" batin Zoe.
"Tapi aku tidak mau kalah" lanjutnya dalam hati.
15 menit kemudian, Ben sudah selesai melakukan presentasi.
Arthur dan 2 karyawannya bertepuk tangan karena sangat puas dengan persaingan dari kedua pembisnis dihadapannya.
"Kalian luar biasa! Wine kalian memang sungguh menarik dan memiliki cita rasa yang berbeda" puji Arthur.
"Namun karena ini adalah tender besar untuk pesta rakyat Roma, saya harus memilih salah satu pemasok 90% wine dengan merk yang sama untuk acara ini. Mungkin dari yang kalah tender bisa memberikan 10% winenya" lanjutnya.
Ben dan Zoe sama sama bertekad menang dalam hati mereka. Apalagi Zoe, dia tidak boleh kalah kali ini sebab mewakili kakaknya yaitu Lazuardo Caprio yang tidak bisa hadir karena menemani sang istri melahirkan anak pertama mereka.
"Aku harus menang untuk kakakku yang sudah menjadi ayah!" semangatnya dalam hati.
Sedangkan Ben dia sangat percaya diri untuk menang karena statusnya saat ini adalah CEO alias direktur perusahaan Wine Fredo yang telah ia pegang sejak 2 tahun lalu.
Ayahnya sangat percaya dengan dia karena selama ini Ben telah banyak memberikan kemajuan bagi perusahaan keluarganya ini.
"Kapan Tuan Arthur memberikan keputusannya?" tanya Ben.
"Sepertinya aku harus berdiskusi dengan pemerintahan Roma dulu. Beri saya waktu 5 hari, nanti hasilnya akan saya kirimkan melalui email" jawab Arthur.
"Baik jika begitu, saya selaku direktur Wine Fredo mengharapkan yang terbaik dari pilihan anda" sahut Ben sangat berkarisma.
"Idih, pamer jabatan!" batin Zoe.
"Benar yang dikatakan direktur Ben, bahwa pilihan anda pasti yang terbaik" sahutnya dengan senyuman manis kepada Arthur namun beberapa detik kemudian ia alihkan senyuman smirk menatap Ben.
"Hahaha kalian meskipun saingan tapi kompak juga ya. Meskipun kalian berloma untuk bisnis, aku rasa ada sesuatu yang membuatnya terlihat seperti kekasih" celetuk Arthur membuat Ben dan Zoe terkejut.
Mana ada kisah cinta diantara mereka yang keluarganya saja saling bermusuhan.
"Haha, Tuan Arthur pintar sekali bercanda. Tapi kami tidak mungkin bersama karena keluarga kita saling bersaing jadi kami pun harus bersaing dalam bisnis ini" sahut Zoe.
"Iya iya, saya paham hubungan keluarga kalian. Persaingan diantara Fredo Wine dan Caprio Wine mungkin terdengar sampai penjuru Eropa. Ayah ayah kalian begitu melegenda di dunia per-wine-an" ucap Arthur.
"Tapi saya hanya mau bilang, bahwa cinta anak manusia akan begitu menakjubkan" lanjutnya dengan senyuman penuh makna.
Ben dan Zoe saling tatap dengan datar. Suasana menjadi canggung dan Arthur pun menyadari.
"Baiklah, presentasi sudah selesai. Waktunya kita bersenang senang!!!" seru Arthur lalu ia berdiri.
"Kalian sudah dewasa kan? Jadi silahkan menikmati dunia malam Roma yang sangat menggiurkan" lanjutnya lalu ia keluar ruang VIP diikuti 2 karyawannya menuju kerumunan jedag jedug.
Tinggalah Ben dan Zoe diruang VIP itu.
"Aku dengar kamu baru sampai Italia dan langsung menggantikan kakakmu untuk tender ini, luar biasa" Ben memulai percakapan sambil menyeruput minumannya.
"Apa yang kamu dengar tidak salah" sahut Zoe dingin dan datar sambil menikmati minumannya juga.
"Hahaha, 4 tahun tidak bertemu kamu semakin dingin dan angkuh saja, Zoe Caprio" sindir Ben.
Zoe tersenyum smirk dan menjawab "4 tahun tidak bertemu dengan Ben Fredo ternyata pria yang dulu berandalan jadi sekarang sudah jadi CEO" balas wanita cantik dengan mata birunya itu.
Ben tersenyum smirk dan tetap menatap Zoe dengan tatapan yang khas darinya sambil tetap menikmati minuman dingin ditangannya.
"Aku rindu membuatmu menangis diam diam" celetuk Ben.
Zoe menatap tajam Ben. Kenapa pria itu tau jika dirinya selalu menangis diam diam karena ulah jail atau kalah dalam melakukan sesuatu dari Ben?
"Astaga! Aku keceplosan!" batin Ben meruntuki dirinya sendiri.
"Kamu nguntit aku?!" tanya Zoe dengan nada dinginnya.
Namun Ben tetap berusaha bersikap tenang.
"Hahaha, kamu sungguh GR sekali tuan putri. Semua orang di sekolah kita pasti tau jika setiap kali kamu kalah dariku atau kesal denganku, kamu akan menangis di gudang dan berteriak disana" jelas Ben.
Zoe pun menyadari kelemahannya waktu itu dan merasa hal itu sungguh memalukan.
"Hmmm, aku rasa diriku yang dulu begitu lemah dihadapanmu, tuan muda" sahut Zoe dengan senyuman smirk dan menyeruput minumannya.
"Oh berarti sekarang kamu tidak lemah?" tantang Ben.
"Menurutmu?" tantang balik Zoe.
"Hahaaha, baiklah. Biar pertemuan pertama kita sejak 4 tahun lalu berakhir baik baik saja, aku akan meninggalkanmu daripada kita bertengkar lagi" ucap Ben lalu berdiri dari posisinya berniat ingin ikut berdugem di bar
"Wait, Ben!" seru Zoe menghentikan langkah kaki pria yang akan keluar ruangan VIP.
"Apa?" tanya dingin Ben.
"Apa kamu bisa membiarkan ku menang kali ini?" balas Zoe membuat Ben membalik badannya lalu menatap wanita itu tajam.
"Aku dapat apa? Sebagai CEO aku tidak bisa mengalah begitu saja karena aku bertanggung jawab dengan perusahaan keluargaku" jawab Ben.
"Apakah kamu mau kita melanjutkan apa yang sudah kita lakukan 4 tahun lalu itu, Ben?" tawaran Zoe.
Seketika Ben terkejut dengan penawaran yang diberikan oleh Zoe.
"Kamu udah mabuk? serius ingin melanjutkan apa yang kita mulai 4 tahun lalu? Apa kamu tidak takut ancaman ayahmu itu?" tanya Ben.
"Aku merindukanmu" jawab Zoe lirih dengan tatapan yang tadinya tajam dan dingin sekarang terlihat sendu menatap Ben.
"Maafkan aku, 4 tahun lalu aku membuatmu babak belur dan masuk rumah sakit karena ayahku" lanjutnya.
Duaaaar!
Pertahanan Ben seketika runtuh mendengar permintaan maaf yang sangat ia harapkan dari wanita yang ia cintai dalam hatinya.
"Ayo lakukan apa yang telah kita mulai 4 tahun lalu dan aku akan memberikan apa yang kamu mau dengan memenangkan tender ini!" ucap Ben sungguh sungguh lalu ia menarik Zoe untuk keluar dari club itu menuju mobilnya.
"Mobilku?" tanya Zoe ketika akan masuk ke mobil Ben.
"Aku akan menyuruh seseorang untuk mengirimnya ke hotel" jawab Ben lalu Zoe pun masuk ke mobil saingannya itu. Entah apakah sekarang mereka masih saingan atau hubungan apa yang telah mereka jalin?
Ben melajukan mobil sportnya dengan cepat menuju hotel dimana memang mereka berdua menginap tanpa sengaja karena hotel ini adalah hotel terbaik di Roma.
Sebelum berangkat menuju club tadi untuk bertemu Arthur, mereka berpapasan di lobby.
Tidak ada pembicaraan selama perjalanan. Ben terlihat serius menyetir mobilnya dan Zoe terlihat canggung.
"Apa aku akan melakukan kesalahan dengan keputusan ini? Tapi aku tidak bisa kalah dalam tender ini karena jika kalah, aku akan kehilangan sahamku di perusahaan Caprio Wine. Warisanku juga akan diambil saat aku menikah dengan pria perancis itu. Setidaknya jika aku menang, aku masih bisa tinggal di Tuscany dan bekerja di perusahaan lalu warisanku aman meskipun harus dinikahkan dengan orang asing" batinnya.
Yap, Zoe telah dijodohkan oleh ayahnya, Lio Caprio dengan seorang pria dari perancis yang merupakan anak dari rekan bisnisnya disana. Usia pria itu 28 tahun yang dikenal cuek dan dingin, terlalu kaku namun terkenal pintar berbisnis juga. Hobinya balapan tapi tetap diberikan posisi direktur di perusahaan keluarganya karena dia anak tunggal.
PIlihan Zoe hanya ada 2 jika ingin kembali ke Tuscany yaitu menikahi orang perancis yang tidak ia kenal itu atau harus tetap di New York sebagai dosen padahal jiwanya ingin berbisnis wine.
Ayahnya Lio Caprio semakin menekan putrinya itu dengan syarat lainnya yaitu harus menang tender untuk mengamankan warisan serta saham di perusahaan, jika tidak ia harus menikah tanpa memiliki apa apa di kampung halamannya.
Dengan pikiran yang bercampur itu, tak terasa Ben dan Zoe sudah sampai di hotel.
"Mana kunci mobilmu?" minta Ben.
"Buat apa?" tanya balik Zoe.
Ben menatap tajam wanita disampingnya itu.
"Buat aku jual!" kesal Ben.
"Ya buat bawa mobilmu ke hotel lah! Aku akan minta tolong kenalanku disini, jadi mana kuncinya" lanjut Ben.
Zoe pun mengambil kunci mobil minicooper di tas mahalnya.
Ben langsung keluar mobil dan diikuti oleh Zoe. Sebelum masuk lobby, Ben menitipkan kunci mobil Zoe ke receptionist karena nanti ada anak buahnya yg akan mengambil.
Setelah itu Ben bertanya "kamarmu atau kamarku?"
"Kamarku saja" jawab Zoe langsung karena dia yang meminta.
Mereka berdua naik lift menuju lantai 21 dimana kamar Zoe berada, sedangkan kamar Ben berada di lantai 16.
Sesampainya didepan kamar, Zoe langsung membuka pintunya menggunakan kartu yang ia miliki.
Ceklek. Bunyi pintu terbuka secara otomatis.
Tiba tiba Zoe menjadi tegang, dia merasa sesak karena hawa di kamarnya seharusnya dingin jadi menghangat mengenai tubuhnya.
Klek. Suara pintu tertutup ketika Ben sudah masuk ke kamar mengikuti Zoe.
Tanpa aba aba, Ben meraih lengan Zoe yang membelakangi nya dan ia langsung membalik tubuh wanita itu berhadapan dengannya.
Ben langsung menyambar bibir Zoe dengan kecupan singkat.
Cup.
Zoe terbelalak dengan kecupan lembut dari Ben, ia kira saat tubuhnya dibalik, pria itu langsung melu-mat bibirnya. Namun ternyata itu hanya bayangan kotornya saja.
"Isssh! Apa yang sedang kupikirkan!" batin Zoe sambil menatap Ben penuh tanya.
Ben tersenyum smirk, karena menyadari pikiran Zoe yang semakin dewasa.
"Aku akan melakukannya lembut seperti 4 tahun lalu. Aku tidak akan menyakiti musuhku diranjang" ucap Ben sambil memegang pipi Zoe dengan kedua tangannya.
Zoe tersihir dengan suara dan tatapan Ben yang terlihat begitu tulus padanya.
Ia pun tanpa ragu lagi menarik tengkuk Ben untuk bisa menyentuh bibir pria itu dengan bibirnya.
Zoe tidak lagi hanya memberikan kecupan seperti Ben tadi, namun ia sudah melu-mat bibir pria tampan itu dengan lembut namun menuntut membuat Ben tidak bisa menahan diri lagi.
Tubuh Zoe berjalan mundur dan Ben menuntunnya menuju ranjang sambil saling melepaskan pakaian mereka.
Zoe dengan cepat membuka kancing kemeja baju Ben, begitu pula dengan sang pria yang sudah menarik dress Zoe dari bawah keatas lalu terpaksa ciuman mereka terlepas sesaat.
Mereka saling tatap dengan nafas menderu.
"Zoe" lirih Ben dengan suara bergairah saat melihat wanita itu melepaskan pengait bra nya sendiri memperlihatkan kedua gundukan indahnya dan melepaskan kain pengaman di bagian inti bawahnya hingga terlihat hutan rimba tipis tipis.
Ben pun tak mau kalah, ia juga melepaskan celananya hingga senjata miliknya sudah berdiri tegak ingin dipuaskan.
"Astaga! Lebih besar daripada 4 tahun yang lalu!" batin Zoe yang agak ngeri ketika melihat sesuatu menonjol kearahnya dari tubuh Ben.
Ben yang melihat ketakutan dari wanita dihadapannya pun tertawa kecil.
"Haha, kamu pasti berfikir kenapa milikku lebih besar daripada 4 tahun lalu kan?" pancing Ben membuat Zoe kelagapan.
"Eh, pikiranmu kejauhan! Aku..aku hanyaa..." sahut Zoe yang terlihat malu dan gagap membuat Ben tak sabar lagi menunggu alasan sang wanita. Ia langsung mendorong pelan tubuh Zoe keatas ranjang dan merebahkannya disana.
Ben juga langsung memposisikan dirinya diatas Zoe.
"Jangan menyesal karena menantangku melakukan hal ini" ucap Ben.
"Aku hanya ingin melanjutkan apa yang kita mulai 4 tahun lalu hingga selesai dan hidupku akan kembali normal tanpamu tanpa rasa bersalah sekaligus aku kembali ke Tuscany sambil membawa tender besar dari Roma" sahut Zoe.
"Apapun yang kamu inginkan" ujar Ben lalu langsung membukam mulut Zoe dengan bibirnya. Kini ciuman Ben semakin liar dan menuntut lebih.
Tangannya sudah bergerilya ke kedua gundukan milik Zoe bergantian dan tangan satunya lagi sudah bermain di bagian bawah milik wanita itu.
"Hmmmmp" suara desahan tertahankan dari mulut Zoe ketika lidah Ben mulai bermain di pucuk gundukannya.
Ben harus memastikan jika senjatanya masuk ke tempat yang sudah basah agar tidak menyakiti si wanita.
Saat jari telunjuk Ben berada di inti Zoe bergerak bebas bermain disana, tiba tiba merasakan cairan hangat dan lengket.
"Akhirnya, kamu sudah siap melanjutkan apa yang kita mulai 4 tahun lalu, Zoe" lirih Ben menatap wanita dibawahnya yg sedang mengigit bibir karena merasa malu tapi juga nikmat.
"Rileks, aku akan pelan pelan" lanjutnya sambil memposisikan senjatanya yang sudah tegak itu untuk ia masukkan ke tempatnya.
...*Flashback off*...