NovelToon NovelToon
Dolfin Band Kisahku

Dolfin Band Kisahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Duniahiburan / Reinkarnasi / Persahabatan / Fantasi Isekai / Sistem Kesuburan
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: F3rdy 25

Di tengah gemuruh ombak kota kecil Cilacap, enam anak muda yang terikat oleh kecintaan mereka pada musik membentuk Dolphin Band sebuah grup yang lahir dari persahabatan dan semangat pantang menyerah. Ayya, Tiara, Puji, Damas, Iqbal, dan Ferdy, tidak hanya mengejar kemenangan, tetapi juga impian untuk menciptakan karya yang menyentuh hati. Terinspirasi oleh kecerdasan dan keceriaan lumba-lumba, mereka bertekad menaklukkan tantangan dengan nada-nada penuh makna. Inilah perjalanan mereka, sebuah kisah tentang musik, persahabatan, dan perjuangan tak kenal lelah untuk mewujudkan mimpi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F3rdy 25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

masalah datang dan intropeksi diri

Setelah konser pertama mereka, meskipun tidak membawa pulang piala, suasana hati personil *Dolfin Band* tetap ceria.

Mereka semua memutuskan untuk merayakan malam itu di sebuah kafe kecil bernama *Choco Beans*, tempat nongkrong favorit mereka.

Tiara sudah bersandar malas di kursinya sambil tertawa keras mengingat insiden mikrofon mati di atas panggung.

"Lo liat muka Ayya pas mikrofonnya mati? Gue kira dia mau nangis!" Tiara tak henti-hentinya tertawa, sementara Ayya mencibir dari seberang meja.

"Heh, gue gak nangis! Gue cuma... panik dikit," balas Ayya dengan nada kesal tapi masih tersenyum. "Untung Ferdy cepet tanggap, ya kan, Fer?"

Ferdy hanya mengangguk sambil tersenyum. "Iya, kita harus bisa improvisasi kapan aja. Itulah kunci jadi band yang solid."

Puji melanjutkan dengan gaya bercandanya yang khas, "Gue sih yakin kalo itu ulah *Dark Eclipse*. Mereka emang suka cari masalah."

Damas, yang sedari tadi hanya diam mendengarkan, tiba-tiba mengangguk serius. "Mereka kelihatan seneng banget pas mikrofon lo mati. Gue liat mereka ngetawain dari belakang."

Belum selesai obrolan mereka, pintu kafe tiba-tiba terbuka dan masuklah empat orang dengan langkah penuh percaya diri.

Mereka adalah personil *Dark Eclipse* Gilang, Ali, Wisnu, dan Bayu.

Semua mata langsung tertuju ke mereka. Suasana yang semula santai mendadak berubah tegang.

"Oh, liat siapa yang ada di sini. *si lumba lumba*, hahhahahahya?" Gilang, vokalis *Dark Eclipse*, berkata dengan nada meremehkan. Dia tersenyum sinis sambil mendekati meja anak-anak *Dolfin Band*.

Ayya berdiri, tak ingin kalah. "eh lo bilang barusan! Emang kita punya masalah sama lo... Ha? Apa kalian mau ikut gabung sama kita?"

Gilang terkekeh. "Gak perlu, gue cuma mau ngasih tau kalau kalian gak bakal pernah ngalahin kita. Mikrofon lo mati di atas panggung itu cuma kebetulan, tapi lo liat hasil akhirnya, kan? Kami yang menang."

Tiara berdiri, menatap tajam ke arah Gilang. "Kebetulan? Gue yakin lo yang sabotase! Coba kalo kita tampil tanpa masalah teknis, hasilnya bakal beda."

Ali, yang berdiri di samping Gilang, tertawa kecil. "Oh, jadi lo nyalahin teknis sekarang? C’mon, lo cuma gak cukup bagus, Tiara."

Ferdy menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan suasana. "Denger, kita gak mau ribut. Kalian menang, itu udah lewat. Tapi jangan anggap kita gak bisa balas."

Bayu, yang biasanya pendiam, tiba-tiba angkat bicara, "Kita lihat aja di kompetisi berikutnya, apakah lo bisa bicara segede ini."

"Deal," jawab Damas pendek, suaranya rendah namun tegas. "Kompetisi berikutnya, kita bakal siap. Kita lihat siapa yang beneran jago."

Suasana semakin tegang, tapi untungnya, sebelum perdebatan memanas, pemilik kafe mendatangi mereka. "Tolong jaga suasana, ya. Ini tempat santai, bukan buat berantem."

*Dark Eclipse* pun mundur dengan senyum sinis. Sebelum mereka pergi, Gilang berbisik kepada Ferdy, "Gue tunggu balasannya, Fer."

Setelah mereka pergi, suasana di meja *Dolphin Band* kembali hening. Semua tampak kesal dan frustasi.

"Si Gilang itu bener-bener ngeselin!" keluh Ayya sambil melipat tangannya.

Tiara menghela napas panjang. "Gue pengen banget ngebales mereka di festival berikutnya."

---

Hari berikutnya di sekolah, masalah baru muncul. Pak Dedi, guru musik yang mendukung mereka sejak awal, memanggil seluruh personil *Dolphin Band* ke ruang guru.

Di sana, mereka disambut oleh beberapa guru lain termasuk Pak Warto, guru matematika, Pak Dakir, guru fisika, dan kepala sekolah, Pak Singgih.

Pak Singgih membuka pembicaraan dengan nada serius. "Anak-anak, saya dengar kalian baru saja membentuk band bernama *Dolfin Band* dan tampil di acara musik. Tapi saya dan para guru merasa khawatir."

Tiara yang penasaran segera bertanya, "Khawatir kenapa, Pak?"

Pak Dedi menghela napas panjang. "Kalian harus ingat bahwa kalian masih pelajar. Ujian akhir semakin dekat. Jika kalian terlalu fokus dengan band ini, bagaimana dengan nilai akademis kalian?"

Pak Warto menambahkan, "Kami juga memperhatikan bahwa nama *Dolfin Band* ini tidak mewakili nama sekolah. Kalau kalian ingin terus tampil, lebih baik bawa nama sekolah, bukan band sendiri."

Damas, yang biasanya tenang, merasa ini tidak adil. "Tapi, Pak, kita juga butuh ekspresi diri. Kita ingin bikin band yang bawa nama kita sendiri, bukan cuma sebagai wakil sekolah."

Pak Singgih terlihat tidak terkesan. "Kalian harus buat pilihan. Kalau kalian terlalu banyak menghabiskan waktu dengan band ini dan tidak fokus pada pelajaran, saya tidak ragu untuk melarang kalian tampil di acara apa pun."

Ayya ingin membantah, tapi Pak Dedi memotong, "Ayya, ingat, ini untuk kebaikan kalian juga. Kalian harus bisa menyeimbangkan antara akademis dan band. Ujian akhir itu penting."

Pertemuan itu berakhir dengan perasaan yang campur aduk.

Di satu sisi, mereka ingin terus bermain musik dan mengejar impian mereka, tapi di sisi lain, tekanan dari pihak sekolah dan tanggung jawab sebagai pelajar mulai membebani mereka.

---

Kekacauan tidak hanya datang dari pihak sekolah. Jadwal latihan mereka pun semakin kacau.

Tiara sering terlambat datang ke latihan karena harus menemani pacarnya, Dika, yang selalu menuntut waktu lebih banyak.

Iqbal mulai sering tidak muncul karena sibuk dengan pacarnya, Santi.

Bahkan Puji dan Damas mulai kehilangan fokus di latihan karena sering membawa pasangan mereka ikut serta.

Suatu hari, saat latihan yang seharusnya berlangsung penuh semangat, suasana justru sepi dan hambar. Hanya Ferdy dan Ayya yang datang tepat waktu. Ferdy sudah mulai kesal melihat kursi-kursi kosong di studio latihan mereka.

"Duh, ke mana sih mereka? Udah telat satu jam!" keluh Ferdy sambil memukul drum pelan-pelan.

"Gue gak tau, Fer. Tapi gue rasa ini gak bener. Latihan kita kacau gara-gara mereka lebih fokus sama pacar masing-masing," balas Ayya dengan nada kesal.

Saat akhirnya Tiara datang, dia datang dengan Dika, pacarnya, di belakangnya.

Iqbal pun akhirnya datang, tapi bersama Santi. Melihat mereka masuk dengan pasangan masing-masing, Ferdy berdiri.

"Oke, cukup! Gue gak tahan lagi. Ini seharusnya waktu latihan, bukan waktu kencan!" kata Ferdy, suaranya tegas.

Tiara menatap Ferdy dengan bingung. "Ferd, tenang aja. Gue masih bisa latihan kok, cuma Dika mau nonton."

Ayya menggelengkan kepala. "Tiara, lo sendiri liat kan, latihan kita kacau. Lo sering telat, Iqbal juga. Ini gak bisa dilanjutin kayak gini."

Iqbal, yang jarang terlibat dalam perdebatan, akhirnya angkat bicara. "Gue ngerti, tapi ini cuma sementara. Gue janji gue bakal lebih fokus."

Suasana semakin memanas hingga akhirnya Puji datang terlambat, kali ini tanpa pacarnya, dan langsung menyadari ketegangan yang terjadi.

"Aduh, gue telat, ya?" Puji bertanya sambil menggaruk kepala.

Damas, yang biasanya diam, ikut angkat bicara. "Ini udah gak sehat buat band kita. Kita harus ngomong jujur soal ini."

Akhirnya, satu per satu dari mereka mulai berbicara, saling mengakui kesalahan masing-masing.

Tiara meminta maaf karena terlalu sering membawa pacarnya ke latihan.

Iqbal berjanji akan lebih disiplin dan tidak mengutamakan urusan pribadi saat waktu latihan. Mereka semua menyadari bahwa egonya masing-masing telah membuat band ini kacau.

---

Sebulan kemudian, setelah tidak ada latihan yang rutin, mereka berkumpul lagi di studio.

Kali ini, tidak ada satu pun yang membawa pasangan, dan semua tampak lebih fokus.

Ayya, yang selalu menjadi energi positif, mencoba membuka dengan senyuman.

"Guys, kita udah ngobrol jujur, dan gue harap kita bisa balik lagi kayak dulu," kata Ayya dengan nada optimis.

Tiara menambahkan dengan semangat. "Gue setuju. Dan gue denger ada kabar bagus! Festival musik berikutnya bakal diadakan lagi, dan kalau kita menang, kita bisa jadi band pembuka untuk konser *Kotak Band*! Lo tau kan, Chua, bassis *Kotak*, idola gue banget!"

1
Murni Dewita
👣
☠️F3r57☠️: /Smile/
total 1 replies
范妮·廉姆
Hai kak salam kenal...
saya Pocipan ingin mengajak kaka untuk bergabung di Gc Bcm
di sini kita adakan Event dan juga belajar bersama dengan mentor senior.
jika kaka bersedia untuk bergabung
wajib follow saya lebih dulu untuk saya undang langsung. Terima Kasih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!