KENANGA (Istri Titipan)

"Loh, kok nangis lagi??"

Ingin sekali Aditya tertawa saat ini karena tingkah Anga. Tapi dia juga kasihan karena Anga menangis karena dirinya.

"Anga takut waktu Mas bentak tadi. Mas Adit juga dingin banget dari tadi malam. Cuekin Anga, terus tidur di luar juga. Anga takut kalau Mas Adit ninggalin Anga, nanti Anga sama siapa??"

"Jadi kamu takut kalau Mas tinggalin?? Kamu nggak mau kehilangan Mas??" Adit menarik ujung bibirnya membentuk senyuman miring.

"E-enggak gitu m-maksud Anga Mas. Emm, i-itu cu.." Kegugupan Anga itu membuat Aditya mengulum senyumnya.

"Mas minta maaf kalau soal tadi malam. Jujur Mas memang marah dan kecewa saat tau kamu bohong sama Mas. Tadinya Mas ingin tanya sama kamu tentang semua ini tadi malam tapi Mas nggak enak badan. Kepalanya pusing, makanya Mas ambil bantal dari kamar yang empuk, taunya Mas malah ketiduran. Terus tadi pagi Mas emang buru-buru karena ada janji sama salah satu nasabah prioritas. Jadi baru bisa bicara sekarang"

Aditya kembali membantu Anga mengusap air matanya.

"Jadi Mas nggak enak badan?? Mas sakit??" Anga menyentuh kening Aditya dengan punggung tangannya.

"Tadi malam, sekarang udah nggak papa. Maaf ya??" Pinta Aditya lagi.

"Anga juga minta maaf sama Mas Adit. Anga bukan istri yang baik buat Mas karena bohongin Mas dan sampai nggak tau kalau Mas lagi sakit.Tapi, niat Anga itu sama sekali bukan karena tidak menghargai Mas Adit. Anga juga nggak merasa kurang sama uang pemberian Mas. Anga cuma mau bantu Mas buat bayar uang skripsi, juga buat beli laptop Anga yang ru..."

"Laptop kamu kenapa rusak Dek??"

Anga baru sadar kalau dia kelepasan mengatakan jika laptopnya rusak. Apa dia harus mengatakan juga kalau laptopnya rusak karena siapa.

"Ah i-itu..."

"Jangan bohong lagi!!" Tatapan Aditya menajam pada Anga.

"Sebenarnya ada teman kuliah Anga namanya Angel. Anga nggak tau juga gimana ceritanya Angel ini kenal sama Mbak Diah. Jadi Angel ini tau semua tentang kita dari Mbak Diah..." Akhirnya Anga menceritakan semuanya pada Aditya. Termasuk saat Angel sengaja menabraknya hingga laptopnya merusak.

"Astagfirullah, Mas nggak bisa tinggal diam dengan teman kamu itu. Mas akan menemui Diah besok!!" Tangan Aditya mengepal kuat.

"Jangan Mas. Biarkan saja dia, lagian Anga nggak mau kalau hubungan persahabatan Mas dan Mbak Diah yang udah lama itu rusak gara-gara Anga"

"Diah itu hanya sahabat Mas, dan kamu istri Mas. Jadi Mas tidak masalah kehilangan satu sahabat yang selalu menyakiti istri Mas, padahal kamu nggak salah apa-apa"

"Tapi Mas..."

"Sini" Aditya duduk bersandar pada sofa dan menepuk bahunya agar Anga bersandar di sana.

Tapi Anga yang tak paham, membuat Aditya gemas dan langsung menarik istrinya agar menyandarkan kepalanya di sana.

"Dengar Mas ya Dek" Aditya mengusap bahu dan Anga setelah istrinya itu bersandar dengan nyaman di bahunya.

"Mas akan selalu ada buat kamu. Mulai sekarang apapun yang terjadi tolong kasih tau Mas termasuk apa yang teman-teman Mas lakukan sama kamu. Dan juga, Mas belum memberitahu rekan sekantor Mas itu karena syarat menjadi manager di kantor Mas itu harus lajang. Mereka baru boleh menikah saat sudah lima tahun menduduki posisi itu. Sedangkan Mas itu lima tahunnya masih tiga bulan lagi dari hari pernikahan kita. Makanya Mas masih menyembunyikannya dari kantor. Jadi jangan salah paham ya Dek??"

Dalam hati Aditya, dia masih memendam kemarahan sebenarnya. Kali ini dia tidak akan diam saja karena Diah sudah terlalu jauh mencampuri urusan rumah tangganya.

Anga melingkarkan tangannya di pinggang Aditya. Memeluk suaminya yang begitu dia rindukan selama satu minggu ini karena dia yang terlalu sibuk bekerja.

"Maaf karena Anga sempat salah paham dan mengira kalau Mas nggak mau mengakui Anga di depan teman-teman Mas" Anga merasa malu dengan pikirannya sendiri.

Tapi Anga juga masih memendam satu hal lagi yang tidak bisa dia katakan pada Aditya, yaitu tentang wanita masa lalu suaminya itu.

"Sabar ya Dek, dua bulan lagi Mas akan mengenalkan kamu sama semua orang, kalau kamu istri Mas satu-satunya"

Anga menyusupkan wajahnya di ketiak Aditya. Dia merasa malu sekaligus tersipu saat ini.

"Iya Mas"

"Oh ya, terus urusan kamu sama Restoran itu gimana Dek??"

"Tadi Anga udah mengurus pengunduran diri dari sana"

"Jadi kamu mengundurkan diri Dek??"

"Memangnya boleh kalau Anga tetap kerja Mas??" Anga mendongak menatap Aditya dengan takut-takut.

"Nggak!!" Tolak Aditya dengan cepat tanpa berpikir lebih dulu.

"Mas masih mampu buat bayar kuliah kamu dan menanggung biaya hidup kita berdua. Bahkan kalau ada anak-anak kita nanti Mas masih sangat mampu. Jadi kamu harus dengerin omongan Mas, kamu cuma boleh kuliah dan di rumah aja ngurusin Mas"

"A-pa Mas?? Ngurusin Mas??"

"Iya dong Dek. Walaupun Mas bisa masak bisa semuanya. Mas juga mau diurusin yang lainnya sama kamu" Aditya melirik Anga yang masih bersandar di bahunya.

"Diurusin apa Mas??" Anga menegakkan badannya menghadap pada wajah Aditya.

"Bilang aja sama Anga, soalnya Anga belum tau banyak tentang tugas istri yang benar itu kaya gimana" Ucap Anga dengan polosnya bertanya karena tak tau maksud Aditya.

"Beneran mau tau??" Aditya menyipitkan matanya dengan senyum tertahan.

"Iya, Mas. Emang apa aja??"

"Salah satunya ya ini"

Cup...

Aditya mengecup bibir Anga dengan singkat, lalu berdiri meninggalkan Anga yang masih membeku.

"Ayo makan Dek, Mas laper" Ucap Aditya sambil menuju dapur tanpa mempedulikan Anga yang masih memegang kedua pipinya yang terasa mengembang.

"Mas Adit kok jadi genit gini" Gumam Anga sambil mengulum bibirnya sendiri karena masih merasakan bekas kecupan suaminya.