anatasya deanza putri, berusia 17 tahun.
Semula, Dia hidup dalam keluarga yang penuh dengan cinta. Rumah yang selalu menjadi tempat ternyaman baginya, rumah yang selalu memeluknya saat dia rapuh. Namun, tiga tahun yang lalu saat berusia 14 tahun, Segalanya berubah. Dirinya dituduh sebagai seorang pembunuh, dan penyebab meninggalnya bunda. Hari demi hari dia lewati dengan rasa sakit dari keluarganya.
Rumah yang dulu menjadi tempat dia berlindung. Kini rumah itu menjadi tempat penyiksaan dan rasa sakit bagi fisik maupun mentalnya.
Akankah gadis itu terus bertahan sampai akhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flowerrrsss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 08
Kini tasya sudah kembali ke rumahnya, supir hazel yang mengantar tasya pulang. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, sudah saatnya keluarga anggara makan malam. Tasya tidak berani turun untuk ikut makan malam bersama, dia tidak ingin menjadi perusak suasana.
Saat ini tasya tidak ingin bertemu dengan kakaknya yaitu william, melihat bagaimana william saat di kafe siang tadi.
Malam ini bi ira memasak banyak sekali aneka seafood. Siang tadi papah menang proyek besar. Itu alasannya bi ira memasak banyak makanan kesukaan keluarga anggara. Semua keluarga anggara sangat menyukai seafood, tidak ada satu pun yang tidak menyukai seafood. Makan malam ini menjadi sebuah perayaan untuk papah.
Dia ingin sekali ikut makan bersama mereka. Namun dia sadar, kehadirannya hanya akan membuat semuanya berantakan. Ini acara papah, tasya tidak ingin merusaknya.
Tasya memperhatikan keluarganya yang sedang makan malam bersama dari lantai atas. Mereka semua terlihat sangat bahagia tanpa ada dirinya di sana. Saling bertukar cerita, bahkan tertawa bersama. Mereka terlihat sangat bahagia. Tasya sangat iri melihatnya, dia juga ingin merasakan kehangatan itu.
Seseorang menepuk pelan bahu tasya, membuat tasya terkejut dan tersadar dari lamunannya. Tasya melihat ke arah belakangnya.
Ternyata itu bi ira, bi ira memegang kedua pipi tasya dengan telapak tangannya, sambil tersenyum menguatkan tasya. Bi ira bisa merasakan bahwa putri bungsu keluarga anggara sedang tidak baik-baik saja. Mata tasya mulai merah dan berkaca-kaca. Saat melihat tasya yang mulai berkaca-kaca, bi ira segera memeluknya. Tangis tasya pun pecah, dia menangis dalam dekapan bi ira.
Hanya bi ira, satu-satunya orang rumah yang menerima tasya, dan sayang pada tasya. Tasya tidak tau apa yang bakal terjadi jika bi ira tidak ada di sisinya. Bagi tasya, bi ira adalah keluarga untuknya.
☆☆☆☆☆
Pihak sekolah akan mengadakan camping di suatu kampung. Khususnya untuk siswa kelas 11 dan 12. Semua di wajibkan ikut, karena kegiatan ini menjadi nilai untuk mereka. Kegiatan ini akan dilaksanakan dua hari ke depan.
Saat pulang sekolah, tasya tidak langsung pulang ke rumahnya. Hazel mengajak tasya menemaninya belanja keperluan camping nanti. Saat sedang asik memilih baju di salah satu toko, seorang wanita menghampiri tasya dan hazel. Wanita tersebut adalah clara. Tapi tumben sekali clara hanya sendiri, dia tidak bersama dengan gengnya.
"eh ada kalian di sini, lagi belanja ya?" ucap clara.
"lagi makan" jawab hazel sambil menarik tangan tasya menjauh dari clara.
Clara tertawa saat mendengar respon hazel, sambil berjalan mengikuti hazel dan tasya.
"santai dong, becanda kali" clara tersenyum.
"ga lucu" jawab hazel.
Kini clara berjalan lebih dulu. Namun saat melewati tasya, dengan sengaja clara menabrak tubuh tasya. Hampir saja tasya kehilangan keseimbangannya, namun hazel dengan cepat menahan tubuh tasya.
"DASAR CEWE GILA!" teriak hazel, saat melihat clara sudah menjauh dari pandangannya.
☆☆☆☆☆
Tasya mengetuk pintu ruangan kerja papahnya, sambil membawa secangkir kopi kesukaan dion.
"masuk"
Tasya masuk ke dalam ruangan papahnya, lalu meletakkan secangkir kopi di meja.
"saya ga minta" dion memang tidak meminta apa pun kepada bi ira atau pun tasya. Ini adalah inisiatif tasya sendiri.
"gapapa pah, aku lagi kepengen buatin papah kopi" jawab tasya ragu.
"pergi dari ruangan saya dan bawa kopinya"
"tapi pah--" belum sempat tasya menyelesaikan kalimatnya, dion lebih dulu memotong ucapan tasya.
"SAYA BILANG PERGI YA PERGI" bentak dion.
Tasya tidak menyangka niat baiknya malah membuat papahnya marah. Awalnya tasya memang ragu dan takut papahnya akan marah, namun dia membuang pikiran buruk itu. Dia memberanikan dirinya. Namun, benar saja hal yang dia takutkan benar terjadi.