Leuina harus di nomor duakan oleh ibunya. Sang ibu lebih memilih kakak kembarnya.yang berjenis.kelamin pria. Semua nilainya diakui sebagai milik saudara kembarnya itu.
Gadis itu memilih pergi dan sekolah di asrama khusus putri. Selama lima tahun ia diabaikan. Semua orang.jadi menghinanya karena ia jadi tak memiliki apa-apa.
bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ENGGAN BERUBAH
Mobil Porsche 911 GT2 RS warna hitam berbunyi, tanda kepemilikan mobil itu telah sah menjadi punya Lueina Elizabeth Philips. Gadis itu menatap mobil sport mewah yang berharga fantastis. Mobil itu memang miliknya.
"Apa ada mobil yang sedikit lebih sederhana?' tanya Luein merasa sayang dengan mobil yang akan menjadi tumpangannya nanti.
"Sebenarnya, selain mobil ini ada satu mobil sedikit lebih sederhana dari mobil ini, yakni BMW seri dua tahun lalu, hanya warnanya ... biru," jelas Felipe.
"Baik lah, aku ambil BMW nya dulu. Kalau Porsche nanti," sahut Luein.
"Baik, Nona!"
"Siapkan mobilnya segera!" titah Felipe pada Alonso.
Alonso langsung mengerjakan apa yang diperintahkan atasannya. Para karyawan kesenangan, akhirnya hari ini mereka mendapatkan bonus. Semua surat-surat penting kepemilikan mobil telah berpindah tangan.
"Apa perlu saya menggesek kartu ini lagi?" tanya Luein.
"Tidak perlu Nona. Mobil ini juga sudah dipersiapkan," jawab Felipe.
Luein mengangguk, surat kepemilikan mobil diterima gadis itu. Pria itu
menyerahkan kembali kartu nama sakti itu. Gadis itu membaca nama dalam kartu itu.
"Ken Rafael Guzardy."
Gadis itu berpikir lama, ia seperti mengenal nama itu. Namun, ia tak bisa mengingat siapa orang itu. Luein mengabaikan, setelah mengambil mobil, ia akan pergi ke apartemennya dulu, beristirahat sebentar.
"ini kunci mobilnya, Nona," ujar Alonso menyerahkan kunci mobil yang sudah dilengkapi kunci otomatis.
Luein menaiki mobil yang sudah dipanaskan mesinnya dari tadi oleh Alonso. Gadis itu melesatkan mobil itu secara perlahan dan meninggalkan tempat itu.
"Kita bersyukur, dia tak mempermasalahkan apa yang terjadi. Jika tidak, habis lah kita," ujar Felipe lega.
"Maafkan saya Tuan. Saya, tadi tengah melayani pelanggan lain, jadi mengabaikan yang lain," ucap Alonso menyesal.
"Sudah lah, saya juga baru ditelepon oleh Tuan yang ada di kartu nama tadi," sahut Felipe juga menyesal.
Kedua orang itu menatap sekuriti, pria bernama Pedro itu menunduk dengan wajah pucat. Ia yakin, dirinya akan habis hari ini.
Sedang di dalam mobil, Luein telah sampai di basemen apartemen di mana ia sewa. Gadis itu naik lift menuju flatnya. Begitu, sampai di kamarnya ia langsung merebahkan tubuhnya begitu saja. Tak lama, ia pun tertidur.
Di tempat lain, Deon mendapat laporan jika putrinya telah mengambil mobil yang lainnya. Pria itu hanya mengangguk saja. Berita tentang penghinaan dan perlakuan tak layak juga telah sampai di telinganya.
"Putriku dihina?!"
Tangannya terkepal kuat. Namun, ia pun menyalahkan dirinya sendiri. Ia membiarkan Luein menjalani semuanya. Ia yakin, putrinya sangat kuat untuk menjalani semuanya.
"Kau adalah anak gadisku yang kuat. Kau bisa menjalani semuanya. Tenang sayang, kita akan lihat nasib orang-orang yang menghinamu!" ujarnya bermonolog penuh dengan dendam.
luein terbangun dari tidurnya. Ia berasa lapar. Dengan malas ia bangun dari ranjang tipisnya dan berjalan menuju ruang makan. Gadis itu sangat tahu jika lemari pendinginnya hanya ada beberapa nuget dan telur. Ia berniat berbelanja setelah ini.
Luein akhirnya membuat omlet dan menggoreng sisa nuget yang ada. Ia memakannya dengan lahap walau harus meniupnya, karena masih panas. Usai makan, gadis itu membersihkan dirinya.
Mandi telah usai dan ia bersiap untuk pergi berbelanja. Ketika hendak mengambil ponselnya, Luein melihat ada notifikasi pesan.
"Penthouse Boulevard unit 114 adalah salah satu inves anda, harap dihuni segera. Gunakan kartu nama Ken Rafael Guzardy."
Luein hanya menggaruk kepalanya yang memang sudah gatal. Entah sudah berapa hari ia belum keramas.
"Nanti sekalian ke salon, ah," ujarnya lagi.
Gadis itu memilih berbelanja di pasar bersih dekat apartemen. Di sana, selain harganya murah, bahan-bahannya juga masih fresh dan baru. Selesai berbelanja, ia pun ke salon kecil untuk melakukan kreambath.
Luein juga membeli beberapa potong baju dan sepatu untuk kuliahnya. Sepatu yang biasa ia pakai sudah sedikit robek. Terbiasa hidup sederhana selama empat tahun. Gadis itu tak lagi mengenal branded juga fashion.
"Apa aku pindah ke tempat itu?" Luein menggeleng.
Ia lebih memilih tinggal di apartemen kumuhnya. Lebih nyaman dan aman. Bahkan ia juga sudah mengenal beberapa tetangganya yang ramah dan baik hati.
"Biar mobil saja, yang aku ambil," putusnya.
**************************
Pagi hari, Luein kini sudah ada di kampus. Gadis itu ingin segera menyelesaikan mata kuliahnya. Kini, ia berkesempatan untuk magang di sebuah perusahaan besar.
"Kau akan magang di mana?" tanya Diana ketika masuk kelas dan duduk di sebelah sahabatnya.
"Di perusahaan Maxwell Co.," jawab Luein sambil melihat pesan dari kampus di mana ia magang.
"Wah, itu kan anak cabang perusahaan besar!' seru Diana histeris.
"Ya, aku dengar perusahaan ini baru berjalan dua tahun ini, dan sudah sama besarnya dengan perusahaan Philips," sahut Luein.
"Kau akan bekerja dengan saingan perusahaan Ayahmu," ujar Diana menerawang.
"Bisa dibilang begitu," sahut Luein acuh.
""Well, kau tau, aku magang sebagai asisten sekretaris di perusahan Ayahmu," ujar Diana memberi tahu.
"Bukankah itu bukan bidangmu? Kaukan administrasi?" tanya Luein memastikan.
"Ya, benar. tidak apa-apa. Toh aku hanya magang saja, setelah lulus aku bekerja dengan Pamanku, di kota M," ujar sahabat baik itu sedikit sedih.
"Kau akan meninggalkan aku?" tanya Luein tak percaya.
Diana mengangguk. Luein langsung memeluknya.
"Aku akan merindukan mu. Kota M jauh sekali dari sini, satu hari perjalanan," ujar Luein lirih.
"Kita akan bertukar kabar dengan ponsel. Lagi pula, itu masih lama," sahut Diana sambil menghela napas berat.
"Baiklah, sekarang aku harus kebagian pembinaan mahasiswa untuk mengurus magang ku," ujar Luein bangkit dari duduk sambil meletakkan ransel di pundaknya.
"Aku ikut!" sahut Diana mengikuti Luein.
Keduanya pun pergi ke dewan pembina. Di sana ada beberapa lainnya yang tengah mengurus tempat magang mereka, seperti biasa. Gloria menjadi biang keributan di tempat itu.
"Pokoknya aku ingin magang di perusahaan Leonardo Ramirez!" bentaknya..
"Maaf, perusahaan Leo belum mendaftarkan diri untuk merekrut pegawai magang. Jadi kami tidak bisa menempatkan Anda di sana!' jelas pembina mahasiswa.
"Arrghh!' sentaknya kesal.
Lalu Gloria melihat Luein dan Diana ada di sana. Jiwa sombong dan culas nya muncul.
"Hei ... hei ... si duo miskin ada di sini juga. Aku yakin sih mereka magang hanya bisa jadi petugas kebersihan atau Office girl!"
"Tidak ada mahasiswa atau pun mahasiswi di sini magang sebagai office girl atau office boy!' sela pembina mahasiswa lagi.
Gloria langsung terdiam. Semua menertawainya. Ia pun makin kesal dan berlalu dari sana sambil menghentakkan kakinya.
"Huuuuu!" sorak semuanya menertawai Gloria.
Diana dan Luein hanya menggeleng kepala. Ingin menjatuhkan orang lain, justru dirinya sendiri yang jatuh.
"Aku penasaran, dia magang di mana?' tanya Diana sambil melihat kepergian ratu drama itu.
"Aku dengar dia mendapat magang sebagai arsiper di perusahaan Beondras Interprize!" sahut salah satu mahasiswi yang ada di sana.
"Loh, itu kan perusahaan ayahnya Leo. Kok, malah dia nggak mau sih?" tanya Diana.
"Aku dengar, Ayah dari Leo itu sangat keras dan disiplin, beliau juga tak menyetujui hubungan putranya dengan Gloria," jelas mahasiswi tadi.
Luein hanya diam saja, dulu ia juga mengalami hal yang sama seperti Gloria. Terlebih ketika tahu dirinya miskin. Nyonya Hilda Hendoraz langsung menentangnya.
Sedang di suatu tempat. Tampak sosok dengan mata amber miliknya. Ia menatap nama-nama mahasiswa yang magang di tempatnya.
"Pastikan mereka berhadapan denganku ketika memberi laporan!" titahnya.
"Baik, Tuan Muda!' sahut sosok pria yang juga tak kalah tampan dengan pria yang duduk dengan elegan.
"Aku ingin lihat para lulusan dari universitas terbaik itu. Seperti apa mereka bekerja,," ujarnya lagi dengan sorot mata dingin.
bersambung.
wah keknya arogan nih.
next?
Perasaan di awal kuliah mc ganti nama panggilan deh..
suka deh sm perempuan2 tangguh. tq
sat..set..sat..set..
langsung hajar ken..
kwkwkwk
pengen nimpuk luein dah..once nih