"Pergilah sejauh mungkin dan lupakan bahwa kau pernah melahirkan anak untuk suamiku!"
Arumi tidak pernah menyangka bahwa saudara kembarnya sendiri tega menjebaknya. Dia dipaksa menggantikan Yuna di malam pertama pernikahan dan menjalani perannya selama satu tahun demi memberi pewaris untuk keluarga Alvaro.
Malang, setelah melahirkan seorang pewaris, dia malah diusir dan diasingkan begitu saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Karma Dibayar Lunas
...Mencintaimu layaknya menggenggam mawar berduri. Walau perih dalam genggaman, ia tak akan jatuh ke pelataran....
.
.
Arumi berdiri di belakang sambil memperhatikan Rafli yang sedang memeriksa satu persatu bagian tubuh Aika. Akhir nya ia dapat bernapas lega, Aika sudah terbebas dari Yuna.
Sekarang yang dipikirkan Arumi hanya tinggal bagaimana cara membawa Aika keluar dari rumah itu.
Meskipun seonggok hati yang bersemayam dalam dirinya masih dimiliki seorang Rafli Dylan Alvaro, namun perbuatan Rafli di masa lalu tak begitu saja dapat ia terima.
"Alesha, bisa kau ambilkan piyama untuk Aika di kamarnya?" pinta Rafli, sambil menoleh kepada wanita di belakang nya.
"Bisa, Tuan. Sebentar, saya ambilkan dulu."
Arumi beranjak keluar kamar, hendak menuju kamar Aika. Pada saat itu bersamaan dengan Yuna yang baru keluar dari kamar nya dengan menyeret sebuah koper.
Yuna memandang penuh amarah ke arah wanita bercadar itu. Ia yakin bahwa tadi Rafli menyusul Aika ke kamar adalah hasil campur tangan dari pengasuhnya itu.
"Apa yang kau lihat? Apa kau yang mengadu dan menjelek-jelekkan aku di hadapan Rafli sampai dia mengusirku?" tuduh wanita itu.
Bukan nya segera menjawab, Arumi malah menyembunyikan senyum di balik cadar nya. Kemudian bertingkah seolah tidak tahu apa-apa.
"Tidak, Nyonya. Saya tidak pernah melapor atau menjelekkan Anda kepada tuan."
"Meskipun kau memang sudah jelek dari sananya," tambah Arumi dalam hati.
"Jangan mencoba membohongiku. Aku tahu ini semua perbuatan mu. Apa sebenarnya tujuanmu masuk ke rumah ini?"
Yuna melepas genggaman nya dari gagang koper, lalu hendak melangkah maju untuk menyerang Arumi. Namun, saat itu juga ia harus merasakan tubuh nya terdorong ke belakang. Rafli tiba-tiba berdiri di antara mereka dan menjadi tameng untuk Arumi.
"Kenapa kalian masih biarkan dia di rumah ini. Cepat bawa dia keluar!" perintah Rafli kepada dua petugas keamanan rumahnya.
"Nyonya Yuna baru selesai mengemasi barang-barangnya, Tuan," jawab salah seorang di antara dua lelaki itu.
Kala dua orang itu hendak menarik Yuna, wanita itu bereaksi dengan cepat.
"Lepaskan aku! Rafli, dengar dulu penjelasan ku! Jangan dengarkan wanita bercadar yang baru masuk ke rumah ini! Dia pasti mau mengadu domba kita. Aku tidak tahu apa tujuannya masuk ke rumah ini!" pekik Yuna sambil menunjuk pengasuh itu penuh amarah.
Yuna pun harus memberontak dan berteriak marah, karena diseret keluar rumah. Seolah karma dibayar lunas, dulu Arumi diseret dengan cara yang sama. Sekarang Yuna pun merasakan apa yang pernah dirasakan Arumi.
Yuna bahkan masih terus berteriak dan memaki hingga tubuhnya terhempas keluar dari gerbang rumah keluarga Alvaro.
*
*
*
"Ini piyama untuk nona, Tuan!" Arumi masuk kembali ke kamar dengan membawa setelan piyama milik Aika. "Apa saya saja yang memakaikannya?" tawarnya.
"Tidak usah, biar aku saja. Terima kasih," ucap Rafli.
Laki-laki itu lantas memakaikan pakaian untuk Aika. Ini adalah pertama kali ia mengurus lagi putrinya itu sejak beberapa waktu belakangan. Kesibukan selama ini membuatnya tidak memiliki waktu luang untuk putrinya. Rafli bahkan tidak tahu bahwa selama ini putrinya hidup di bawah tekanan.
"Alesha, terima kasih sudah memberitahuku tentang bekas cubitan di badan Aika. Aku mungkin tidak akan pernah tahu kalau kau tidak memberitahu."
"Sama-sama, Tuan."
"Aku benar-benar tidak menyangka Yuna bisa melakukan semua ini. Selama ini aku pikir Yuna merawat Aika dengan baik."
Tak ada balasan kata dari Arumi. Bagaimana pun juga kepingan rasa sakit masih membelenggu hatinya. Karena tipuan Yuna lah sehingga Arumi harus terpisah dari Aika, dan membuat Rafli tega mengasingkannya ke luar negeri.
"Saya ikut menyesal. Semoga kedepannya lebih baik."
"Ya, kau benar," ucap Rafli. "Oh ya, istirahatlah. Kau pasti lelah hari ini."
"Saya tidak apa-apa, Tuan. Mungkin Nona Kecil butuh istirahat. Saya akan membawanya ke kamarnya."
"Tidak. Aika akan tidur di sini malam ini."
Arumi hanya mengangguk. "Kalau begitu saya permisi keluar sebentar."
*
*
*
Setelah menenangkan Aika, Rafli keluar dari kamar. Masih ada sesuatu yang harus ia kerjakan sekarang. Yaitu memeriksa rekaman CCTV di rumah itu.
Selama ini ia tidak pernah memeriksa rekaman CCTV. Padahal rumah itu dilengkapi dengan kamera di berbagai sudut. Bahkan kamar Aika juga terpasang kamera.
Amarah Rafli harus kembali memuncak ketika menemukan beberapa rekaman di mana terlihat jelas Yuna sedang memarahi Aika. Dan rekaman terbaru yang terjadi tadi ketika Yuna menghempas Aika ke ranjang dengan kasar.
"Aku tidak akan membiarkanmu lolos begitu saja. Kau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu."
Rafli menarik napas dalam-dalam demi mengurangi amarah dalam hatinya. Untung saja Yuna sudah angkat kaki dari rumah. Jika tidak, entah apa yang akan Rafli lakukan kepadanya.
Rafli berencana akan melaporkan kejahatan Yuna kepada polisi dengan berbekal rekaman CCTV.
Setelah memindahkan beberapa bukti rekaman ke ponselnya, ia segera keluar dari ruangan itu.
Saat melewati dapur, langkahnya sempat terhenti saat indera penciumannya menangkap aroma lezat yang berasal dari dapur. Padahal sebenarnya ia tidak sedang berselera makan. Tetapi aroma masakan itu benar-benar menggugah selera.
Dari tempatnya berdiri, Rafli dapat melihat Alesha sedang membantu seorang pelayan meletakkan beberapa menu ke meja. Kepulan asap panas dan aroma lezat yang berasal dari hidangan di meja membuat Rafli merasa perutnya kosong.
"Kenapa aku merasa dia seperti Arumi?" gumam Rafli dalam hati.
Ingatannya berputar ke masa lalu. Masih segar dalam ingatan Rafli semua kebiasaan-kebiasaan Arumi. Dulu Arumi sangat senang memasak.
"Tuan, makan malam sudah siap," ucap seorang asisten rumah tangga saat melihat Rafli berada tak jauh dari meja.
Rafli menyahut dengan senyum tipis, lalu mendekat ke meja makan. Dia memilih untuk duduk di salah satu kursi.
Ia lantas mencoba mencicipi salah satu menu yang terhidang di meja makan. Baru suapan pertama Rafli sudah mengerutkan dahi.
Tunggu! Rasakan masakan ini sama persis seperti yang dulu kerap dibuat oleh Arumi. Akal sehat Rafli dengan cepat menduga bahwa Arumi telah meninggalkan resep sebelum pergi empat tahun lalu. Sehingga pelayan dapat memasak sesuai petunjuk.
"Siapa yang memasak ini?" tanya Rafli kepada sang ART.
"Alesha yang memasaknya, Tuan."
Sudut mata Rafli berkerut mendengar jawaban ART-nya itu. Pandangannya langsung tertuju pada sosok wanita bercadar yang sedang melewati tangga menuju lantai atas.
Tiba-tiba saja jantungnya berdebar cepat. Meskipun sudah lama, tetapi ia masih ingat rasa masakan yang dulu kerap memanjakan lidahnya itu.
...*...
...*...
...*...
Halo teman-teman, untuk visual Daddy Keong yang ganteng membahana, sudah aku up di IG yaa.
Silakan follow @kolom_langit
🤗🤗🤗🤗
"level setan" 👍🏼😂