Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Ini novel ketigaku.
Novel ini kelanjutan "Ternyata Ada Cinta"
Baca dulu "Ternyata Ada Cinta" biar nyambung...
Setelah kepergian Fariz, dunia terasa gelap gulita. Cahaya yang selama ini selalu menyinari hari serta hati Zafira padam dalam sekejap mata. Meninggalkan kegelapan serta kesunyian yang teramat menyiksa. Ternyata kehilangan seorang sahabat sekaligus suami seperti Fariz jauh lebih menyakitkan dari apapun.
Perjuangan Cinta Zafira untuk menemukan Fariz dan membawa kembali pria itu ke pelukannya tidaklah main-main. Setiap hari Zafira berjuang keras kesana kemari mencari keberadaan Fariz sampai mengorbankan keselamatannya sendiri. Namun perjuangannya tidak menemukan titik terang yang membuatnya ingin menyerah.
Hingga di titik lelah perjuangan Zafira mencari Fariz, penyakit lama Zafira kembali kambuh. Akankah Fariz sempat menyelamatkan Zafira atau justru gadis itu meregang nyawa membawa pergi cintanya yang belum terucap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara RD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 - Melihatnya Kembali
"Percaya padaku, tidak akan terjadi sesuatu pada rumah tanggamu. Aku tahu persis sejak zaman kita berkuliah, dia begitu tulus dan selalu mengharapkanmu. Barang mustahil setelah kamu menjadi istrinya dia akan menyia-nyiakankan, meninggalkan bahkan melupakanmu. Itu tidak akan pernah terjadi. Percayalah, sampai kapan pun Fariz akan selalu mencintaimu jadi berhentilah menangis dan pesimis." hibur Tasya menguatkan Zafira. Masih dengan memeluk dan mengusap punggung gadis itu.
Zafira membeku. Kini dia seolah meragukan cinta Fariz padanya. Dia tidak yakin akankah pria itu bersedia memaafkannya setelah dengan mata kepalanya sendiri melihat istrinya disentuh pria lain.
"Bukankah kamu bersahabat dan selalu bersamanya sejak kecil. Kamu pasti lebih faham bagaimana sifat serta pendiriannya. Tidak mungkin kan hanya karena kejadian yang belum tentu benar adanya membuat dia secepat itu mengubur cintanya padamu? Tidak semudah itu. Butuh bertahun-tahun dia menjaga cintanya untukmu. Dan bagaimana mungkin hanya hitungan hari dia bisa membuang perasaannya itu? Saat ini dia sedang merenung. Setelah hatinya tenang, dia pasti akan kembali." tambah Tasya menasehati yang akhirnya membuat Zafira mengurai pelukan dan menatap Tasya.
"Aku tahu pendiriannya kuat. Aku tahu dia sangat mencintaiku. Tapi itu dulu. Dan sekarang? Apa mungkin rasa itu dapat bertahan setelah dia melihat gadis yang dicintainya berada satu ranjang dengan mantan kekasihnya?." Zafira meragukan ucapan Tasya.
Tasya tersenyum lembut seraya menggelengkan kepala melihat keraguan yang terpancar di sorot mata Zafira yang tampak mulai sembab.
"Kalau kamu berfikiran seperti itu artinya kau meragukan cinta Fariz? Hmmm..,?." Tasya menatap wajah di depannya penuh selidik.
Zafira tertunduk. Entah apa yang dia fikirkan. Yang jelas banyak sekali pemikiran yang bergumul di kepala sehingga dia tidak bisa lagi berfikir jernih. Dia hanya merasa jika saat ini Fariz telah meninggalkannya. Itu sama saja pria itu sudah mulai belajar hidup tanpanya. Zafira kembali menangis memikirkan kalau Fariz akan mencari penggantinya.
"Entahlah..," hanya kata itu yang terucap. Jelas terlihat kepasrahan di wajah Zafira.
"Kamu hanya sedang takut. Saat ini hatimu dipenuhi rasa takut. Kamu takut Fariz akan membagi cintanya dengan gadis lain. Kamu takut Fariz akan benar-benar melupakan dan meninggalkanmu. Sayangnya aku tidak sepemikiran denganmu. Yaahh, mungkin karena aku tidak berada di posisimu makanya aku bisa bersikap tenang seperti ini. Tapi sikap tenangku ini memiliki dasar yang kuat. Seperti yang kukatakan tadi, tidak secepat itu Fariz mengubur cintanya padamu. Tidak semudah itu Fariz membuang segala perasaannya padamu. Dan aku yakin, hingga saat ini dia pasti terus memikirkan dan merindukanmu. Percaya padaku!." Tasya terus meyakinkan Zafira dan memberi kalimat penenang untuknya.
"Jangan ada rasa takut. Buang itu semua! Ketakutan itu justru akan mematahkan cintamu. Jika cintamu sudah patah maka hanya tertinggal keputus-asa-an. Hanya satu yang harus kamu lakukan sekarang. Cari dia sampai ketemu! Dan jangan pernah berhenti memperjuangkan cintamu!." Tasya kembali melancarkan kalimat sebagai obat mujarab bagi jiwa Zafira yang tengah patah hati.
Dan benar saja, hati Zafira merasa lega mendengar semua ucapan Tasya yang sangat panjang namun bermakna. Dada yang terasa terhimpit perlahan berubah leluasa. Tidak mungkin Fariz melupakannya begitu cepat. Zafira tahu betapa besar cinta Fariz untuknya yang dia jaga selama puluhan tahun. Meskipun dia telah melihat peristiwa di dalam kamar tetapi tetap saja tidak akan semudah itu Fariz memadamkan cinta yang telah dimilikinya sejak kecil.
Memang tidak salah Zafira memilih Tasya menjadi sahabatnya. Hampir sepuluh tahun lamanya Zafira bersahabat dengan Tasya dan dia merasa beruntung memiliki sahabat seperti Tasya dengan banyaknya kelebihan yang dimiliki gadis itu. Selain pintar dalam akademik, Tasya juga pintar memberi nasehat penuh makna yang bisa meluruskan kembali fikiran Zafira yang sering kalut dan morat marit.
"Bagaimana? Apa kamu bisa menangkap apa yang kukatakan tadi?." tanya Tasya menelisik wajah lelah di hadapannya.
Tasya bisa melihat dengan jelas jika wajah Zafira teramat lelah. Dulu semasa kuliah Zafira sangat mudah tersenyum bahkan tertawa riang namun hari ini senyum serta tawa riang itu seolah lenyap begitu saja. Di dalam hati, Tasya sangat prihatin dengan kondisi sahabatnya.
"Terima kasih. Kamu memang pendengar dan pemberi nasehat terbaik yang aku miliki. Aku akan melakukannya. Mencarinya sampai akhir waktu." Zafira sedikit menarik senyum di bibirnya yang sejak tadi terlihat kaku.
"Kamu memang gadis pintar!. Pintar menangis, pintar tertawa." goda Tasya tertawa lebar hingga mau tidak mau Zafira pun ikut tertawa meskipun tidak se-riang biasanya.
keduanya tertawa bersama sambil melanjutkan obrolan santai mengenai pekerjaan Tasya di Amerika. Sesekali Tasya tersenyum mengamati muka Zafira yang tampak lebih baik dari pada sebelumnya. Tasya merasa senang melihat semangat kembali muncul dalam diri sahabatnya itu.
Beberapa menit kemudian, Zafira mengalihkan pandangan ke arah luar. Menatap melalui kaca pembatas tampak ada beberapa orang berjalan di koridor.
Dari beberapa orang yang tertangkap di penglihatannya, tiba-tiba matanya terfokus pada satu bayangan lewat di depan kaca. Berjalan pelan lurus ke depan. Tidak salah. Dia yakin, pria itu yang dicarinya beberapa waktu terakhir ini. Pria yang baru saja dia bicarakan bersama Tasya.
Tanpa meminta izin atau memberitahu Tasya, Zafira secepat kilat menyambar tas yang ditaruh di kursi kemudian berlari kencang seperti kucing mengejar tikus menuju pintu keluar meninggalkan Tasya tanpa memberi pesan apapun.
Tasya yang melihat itu sempat melongo dan terkejut sejenak namun tak tinggal diam gadis itu pun menyambar tas segera berlari menyusul Zafira.
"Zafira, kamu mau kemana?." teriak Tasya dari belakang yang tidak mendapat respon dari gadis yang terus berlari sambil sesekali menabrak orang-orang yang berjalan di dekatnya.
Tidak sekali dua kali Zafira mendapat umpatan kekesalan dari orang-orang yang sempat ditabraknya namun gadis itu tidak peduli. Dia me-nuli-kan telinga mendengar umpatan yang ditujukan kepadanya. Biarlah orang-orang mengumpatnya, dia tidak peduli. Dia hanya peduli pada pria yang saat ini sedang berusaha dikejarnya. Dia tidak ingin kehilangan jejak lagi seperti kemarin.
Meskipun tidak mendapat jawaban dari Zafira, Tasya pun tidak menghentikan kaki untuk berlari. Dia pun terus mengikuti sang sahabat ingin memastikan tidak terjadi sesuatu padanya.
Zafira berlari, mengejar Fariz dengan susah payah karena memakai heels sambil tak melepaskan pandangan dari punggung yang ada di depannya. Jantungnya bergetar melihat sosok itu. Sepertinya gadis itu benar-benar telah mengidap virus cinta mati kepada Fariz. Hanya melihat punggungnya saja telah membuat jiwanya bergelombang bagai dihempas ombak kencang.
Ada rasa bahagia, takut, senang, sedih, rindu melebur menjadi satu di relung jiwa melihat punggung kokoh yang selama ini menjadi tempatnya bersandar di kala lelah dan sedih.
...*****...