Selamat datang di novel kedua author!!
Terimakasih sudah mampir dan baca di sini❤
Seperti biasa author bikin novel dengan minim konflik karena novel author adalah hasil kehaluan author yang direalisasikan dalam bentuk kisah sempurna tanpa cela sedikitpun😆
Happy reading love!
BRIANNA STANFORD, wanita cantik pemilik mata heterochromia dijadikan jaminan oleh kakaknya tanpa sepengetahuannya. Kakaknya meminta suntikan dana kepada pengusaha muda multinasional ALLARD LEONARDO SMIRNOV dengan alasan untuk membangun kembali perusahaannya yang hampir colaps. Bagaimana nasib Brianna ditangan Allard? Akankah cinta tumbuh diantara keduanya? Sedangkan Brianna sudah mengikrarkan bahwa dirinya tidak akan pernah menikah.
Simak terus ceritanya❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arashka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Dua minggu kemudian..
Brianna duduk termenung di atas window seatnya. Ia duduk memeluk kedua kakinya, tatapannya menerawang ke arah taman dan kolam spot terfavorit bagi Brianna dan orang tuanya. Brianna kembali membayangkan masa kecilnya dulu saat Philip dan Emilia masih hidup, muda dan kuat. Ia bersama Jeffrey bermain di taman, berlari saling mengejar. Menikmati akhir pekan dengan cara bersantai dan berkumpul bersama keluarga. Hati Brianna terasa sakit saat mengingat peristiwa tersebut. Memang benar, rindu yang paling menyakitkan dan menyiksa adalah merindukan seseorang yang telah tiada.
TOK TOK TOK
Suara ketukan di pintu kamarnya membuyarkan lamunan Brianna. Dengan cepat Brianna mengusap air matanya yang membasahi pipinya.
"Ya masuk." Ucap Brianna.
"Hei, are you okey?" Jeffrey masuk ke dalam kamar lalu berjalan mendekat ke arah Brianna dan berdiri di hadapannya.
"I'm okey Kak." Jawab Brianna.
"Kau boleh menunjukkan rasa sedihmu padaku." Sahut Jeffrey.
Brianna mendongakkan kepalanya lalu tersenyum getir. Ia tak bisa lagi menahan tangisnya dan akhirnya bobol sudah pertahanan yang tadi ia bangun untuk ke sekian kalinya. Brianna menghambur ke dalam pelukan Jeffrey. Ia membenamkan wajahnya di perut rata Jeffrey. Jeffrey hanya mengelus pelan kepala Brianna tanpa berbicara sedikitpun.
Setelah Brianna puas menangis ia pun melepaskan pelukannya. Kedua tangannya sibuk mengelap air mata di wajahnya. Hidungnya memerah dan tersumbat karena efek menangis yang cukup lama.
"Kakak tadi ada perlu apa? Maaf terpotong dengan drama sedih tadi." Ucap Brianna.
Jeffrey tersenyum, tangan kanannya terangkat untuk mnyelipkan rambut Brianna yang menghalangi wajahnya ke belakang telinga Brianna.
"Mengenai asuransi Mommy. Apakah sudah kau urus?" Tanya Jeffrey.
Brianna menggeleng.
"Kakak mau mengurusnya?" Tanya Brianna.
"Sebelum mommy pergi, kakak dan mommy sempat berbincang. Mommy meminta sebagian uang asuransinya disumbangkan ke yayasan yang biasa menerima donasi dari acara pesta amal." Ucap Jeffrey berbohong.
"Benarkah? Kebetulan sekali. Mommy juga pernah bilang bahwa Daddy berpesan agar setengah uang asuransinya disumbangkan di acara pesta amal." Jawab Brianna.
"Memangnya mommy belum melakukannya?"
Brianna menggeleng. "Belum, mommy belum melakukan apapun." Jawab Brianna.
"Kalau begitu kakak akan mengklaim terlebih dahulu uang asuransi mommy. Baru setelah itu kakak akan menyerahkannya langsung ke sebuah yayasan yang biasa menerima donasi dari acara pesta amal yang biasa kita lakukan." Ucap jeffrey dengan sangat mantap.
Brianna mengangguk mantap dan sangat mendukung keputusan Jeffrey.
"Tapi kak, aku tidak tahu Mommy menaruh uang asuransi Daddy dimana."
"Itu tak masalah. Kita bisa cari nanti bersama-sama." Jawab Jeffrey meyakinkan.
Brianna beruntung bahwa dirinya tidak sendirian. Ia bersama kakaknya yang sangat menyayanginya. Terlihat dari tatapan mata Jeffrey, ia memang menyayangi Brianna meski ia harus membohonginya dengan cara berpura-pura akan mengurus uang asuransi Emilia dan Philip. Tak ada cara lain, Jeffrey sangat membutuhkan uang itu dengan segera.
Dua minggu kemudian..
"Halo nyonya Elma." Sapa Brianna dalam panggilannya.
"Ya halo nona Anna. Ada yang bisa saya bantuu?" Tanya Elma seorang pengurus yayasan yang menerima donasi berkala dari Emilia dan Philip serta donasi dari pesta amal yang rutin diadakan oleh Emilia semasa hidupnya bersama geng sosialitanya.
"Aku ingin menanyakan sesuatu. Apakah kakakku sudah mengirimkan uang yang akan diberikan kepada yayasan anda? Maaf aku menanyakannya, karena dia bilang akan memberikannya padamu dalam minggu-minggu ini." Ucap Brianna panjang lebar.
"Maaf Nona Anna, tapi kami belum menerimanya." Jawab Elma yang membuat Brianna bingung.
"Oh baiklah. Mungkin kakak ku lupa. Aku akan mengingatkannya nanti. Terimakasih nyonya Elma." Sahut Brianna berusaha untuk menyembunyikan rasa penasaran dan curiganya.
"Ya nona, sama-sama."
Brianna pun memutus panggilannya dan jarinya dengan cepat mencari nama Jeffrey di kontaknya. Ia segera melakukan panggilan kepada Jeffrey, tapi sayang nomornya tidak tersambung. Berkali-kali Brianna mencoba memanggilnya namun jawabannya masih sama, nomor Jeffrey tidak bisa dihubungi.
"Arrgghhh!!! Seharusnya dari awal aku sudah curiga dan tidak percaya padanya begitu saja!" Teriak Brianna kesal.
Ia pun akhirnya menyambar sling bagnya lalu mengambil kunci mobil yang berada di atas meja nakas. Ia bergegas pergi menuju apartemen Jeffrey. Berharap Jeffrey ada di sana.
Brianna pun mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi agar ia cepat sampai. Dan beruntung jalanan sore ini tidak terlalu padat. Brianna melangkahkan kakinya dengan sangat cepat bahkan terkesan berlari setelah ia memarkirkan mobilnya. Ia menekan bel bahkan menggedor pintunya berkali-kali tapi sayang tak ada jawaban dari dalam seakan-akan memang tak ada kehidupan di dalam apartemen tersebut.
Brianna mendesah, ia terduduk seketika di depan pintu apartemen Jeffrey. Otaknya benar-benar kacau memikirkan kepergian Jeffrey. Ia memutuskan untuk tetap duduk di sana, berharap Jeffrey tiba-tiba muncul di hadapannya.
Detik berganti menit, menit berganti jam dan hari pun semakin gelap. Tak ada tanda-tanda kedatangan Jeffrey meski Brianna sudah menunggu di sana hampir lima jam lamanya. Saat ia duduk termenung, tiba-tiba datang seorang wanita yang apartemennya berada tepat di sebelah apartemen Jeffrey.
"Hey ada yang bisa aku bantu?" Tanya wanita tersebut kepada Brianna yang sedang membenamkan wajahnya diantara kedua tangan yang memeluk kedua kakinya.
Brianna mendongakkan kepalanya. "Kau siapa?"
"Aku Lisa. Kau mencari penghuni apartemen ini?" Tanya wanita tersebut.
"Ya, apa kau tahu dia pergi kemana?" Tanya Brianna.
"Sudah hampir dua minggu ini aku tidak melihatnya. Biasanya kami sering berpapasan saat pagi akan berangkat bekerja dan malam sepulang bekerja." Jawab Lisa.
"Kau tahu dia pergi kemana? Apakah dia pernah membicarakan sesuatu padamu?"
"Kami tidak sedekat itu, nona. Kami hanya berpapasan saja dan saling menyapa tanpa berhubungan lebih dekat." Jawab Lisa.
"Baiklah terimakasih." Jawab Brianna.
"Kau mau masuk dulu ke dalam? Akan aku buatkan sesuatu." Ucap Lisa.
"Tidak, terimakasih. Aku akan pergi saja."
Brianna tersenyum lalu segera pergi meninggalkan Lisa. Sesampainya di dalam mobil Brianna mendecak kesal karena ia sama sekali tidak bisa menemukan Jeffrey. Akhirnya Brianna memutuskan untuk pergi ke sebuah club langganannya. Ia ingin menenangkan pikirannya sejenak di sana.
Jarak dari apartemen Jeffrey menuju club tidak terlalu jauh. Hanya menghabiskan waktu sekitar sepuluh menit saja. Mengingat apartemen Jeffrey dan apartemen miliknya berada di tengah pusat kota.
Brianna masuk ke dalam club dan duduk di sebuah meja bar. Ia memesan segelas sampanye dan akan menikmatinya dengan sebatang rokok. Perlahan Brianna menghisap nikotinnya yang berperisa bubble gum, lalu menyesap sampanye nya sedikit demi sedikit. Sensasi hangat mulai menjalar di tenggorokannya dan ia menikmati hal itu.
"Kau sendirian?" Tanya seorang pria yang tiba-tiba datang lalu duduk di samping Brianna.
"Pergilah. Jangan menggangguku." Ucap Brianna.
"Bahaya jika kau sendirian di sini." Sahut pria tersebut sambil melingkarkan tangannya di pinggang Brianna.
Brianna menyadari hal itu lalu menepisnya. "Kau jangan macam-macam denganku. Aku kekasih dari pemilik club ini." Ucap Brianna dengan tatapan yang tajam ke arah pria tersebut.
"Kau kekashih Allard? Mustahil." tanya pria tersebut.
"Kenapa? Ada yang salah?" Tanya Brianna dengan kesal karena pria tersebut tak juga pergi dan terus menjawab ucapannya.
"Allard tidak pernah memiliki hubungan yang spesial dengan wanita manapun. Kau pasti hanya pemuas nafsu sementaranya saja. Seperti wanita-wanita yang lainnya. Dan tak lama lagi kau akan dicampakkan olehnya."
"I DON'T CARE! Pergilah kau benar-benar mengganggu waktuku saja! Atau akan ku patahkan tanganmu saat ini juga?"
Pria tersebut mendecak lalu pergi meninggalkan Brianna. Saat Brianna menatap kepergian pria tadi, ia menangkap sosok pria lain yang sangat dikenalnya. Pria tersebut sedang berbincang dan duduk di samping Allard.
"Hah i got you jerk!" Gumam Brianna.
Ia pun berjalan mendekat hingga melewati tubuh Allard begitu saja. Jeffrey yang menyadari kedatangan Brianna pun beranjak dari kursi, namun sayang Brianna berhasil mendorong tubuh Jeffrey kembali terduduk dan Brianna menamparnya.
PLAK!!
"Kau mau lari kemana kakak ku tersayang? Kau membawa semua uangnya hah?!" teriak Brianna yang sedang mencengkram dan menarik kerah baju Jeffrey. "Kau bawa kemana uangnya hah?!" Tanya Brianna.
"Aku membutuhkan uang itu, Anna." Jawab Jeffrey lalu mendorong tubuh Brianna hingga tubuh Brianna terhuyung ke belakang dan bokongnya mendarat sempurna di atas paha Allard.
Jeffrey pun menggunakan kesempatan itu untuk pergi dari Brianna.
"Shitt!!!" Brianna berteriak lalu mencoba bangun tapi entah kenapa Allard malah menahannya.
"HEY LEPASKAN AKU!" Teriak Briana dengan kesal.
"Kau sangat emosi. Aku tahu kebrutalanmu jika sedang seperti ini. Tenangkan dulu dirimu." Ucap Allard yang entah kenapa ingin menahan tubuh Brianna agar tetap berada di atas pangkuannya.
"Kau tak tahu apa-apa tentangku! Let me go!"
"Jika kau mengejarnya, itu akan berbahaya. Percayalah padaku nona." Ucap Allard dengan tangan yang masih melingkar di perut Brianna.
"LEPASKAN! AKU HARUS MEMBERIKAN PELAJARAN KEPADA KAKAK SIALAN ITU!" Teriak Brianna.
Ia memberontak di atas pangkuan Allard berusaha untuk lepas dari cengkraman Allard. Tapi ternyata percuma saja. Tenaga Allard berkali-kali lipat lebih besar dibandingkan dengan tenaga Brianna. Akhirnya Brianna menggigit lengan kekar Allard dengan sekuat tenaga.
"AAARGHHH!! SHIT!!"
Allard berteriak dan otomatis tangannya terlepas begitu saja dari tubuh Brianna. Hal itu ia jadikan kesempatan untuk pergi dan mengejar Jeffrey.
Tbc