WARNING *** BIJAKLAH DALAM MEMBACA⚠️ ⚠️
Emile adalah seorang mahasiswi yang terpaksa harus menyudahi kuliahnya karena alasan ekonomi dan juga adik kesayangannya yang tengah sakit. Dia menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja dan membiayai pengobatan adiknya yang tak ramah di kantong. Dalam pertemuan yang tak di sengaja dengan bosnya di sebuah bar membuat hidupnya berubah drastis. Ia terjebak dalam sebuah perjanjian kontrak dengan Harry Andreson.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonaniiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membingungkan
Saat tengah asik berbincang dengan Elkan, tiba-tiba ponselnya berdering keras yang membuatnya menoleh tapi hanyalah nomor yang tidak di kenalnya sehingga dia mengabaikan saja. Tapi lagi-lagi ponselnya berdering kembali dan nomor itu lagi yang tertera di ponselnya, ia pun terpaksa menjauh dan mengangkat teleponnya.
"Kau dimana sekarang." Sebuah suara yang tak asing di telinganya membuat dia terkejut.
"Dari mana dia mendapatkan nomorku..." Batin Emile dengan bingungnya.
Ia langsung mematikan saja karena tidak mau berurusan lagi dengan Harry. Dalam perjalanan, mendapati panggilannya di matikan oleh Emile membuat Harry benar marah dan langsung melacak keberadaan Emile.
Sesampainya di club, dia mengedarkan pandangannya dan mencari keberadaan Emile. Para wanita yang mendekati Harry langsung di dorong dan di maki sehingga membuat siapa saja tidak berani untuk mendekati Harry.
Dari kejauhan Harry melihat jika Emile tengah tertawa seolah tidak ada rasa bersalah sama sekali dengan seorang pria yang sangat dia kenali dan itu membuat Harry semakin naik pitam sehingga langsung menghampiri Emile dan menyeretnya untuk pergi.
"Apa-apaan tuan lepaskan aku!!" Seru Emile dengan menepiskan tangan Harry sementara Elkan yang juga terkejut ikut berdiri
"Ikut aku!!" Kata Harry dengan menekankan kata-katanya.
"Dia tidak mau ikut denganmu jadi lepaskan dia." Kata Elkan dengan menatap Harry remeh dan melepaskan tangan Harry dengan paksa.
"Jangan ikut campur urusanku. Urus saja urusanmu sendiri. Ikut aku atau kau akan menyesali semuanya." Kata Harry dengan menatap Emile tajam yang membuat wanita itu tidak bisa berkata-kata lagi karena tidak di pungkiri dia ketakutan melihat raut wajah bosnya itu.
Harry pun membawa Emile keluar dari club sementara Elkan masih mencerna apa yang baru saja terjadi.
"Ternyata dia juga kenal dengan Meylin...hmm sangat menantang setidaknya aku harus bermain-main dengannya dulu." Gumam Elkan dengan tertawa kecil.
Memang keduanya memiliki hubungan yang tidak baik semenjak mereka duduk di bangku SMA. Itu semua terjadi karena Harry selalu menjadi nomor 1 sementara Elkan selalu di bawah Harry bahkan dalam hal percintaan pun sama dia sering kali merelakan wanita yang di cintainya untuk bersama Harry karena wanita itu tidak mencintainya.
Di dalam mobil suasana nampak hening dan terasa sangat canggung. Harry tidak tahu harus mengawali pembicaraan seperti apa sementara Emile menatap lurus ke depan dengan terus mengumpat di dalam hati.
Tiba-tiba Harry menepikan mobilnya dan berhenti membuat Emile bingung. Harry membuka tasnya di kursi belakang dan mengambil kotak obat.
"Apa?" Tanya Emile bingung ketika Harry memberikan obat merah dan kapas pada Emile.
"Bibirmu." Kata Harry yang langsung meletakkannya di pangkuan Emile kemudian menatap lurus kedepan.
"Terimakasih tapi aku tidak perlu, aku baik baik saja." Kata Emile.
"Kenapa kau sangat keras kepala hah. Oh aku tahu, kau tidak ingin mengobatinya karena kau berfikir akan dengan mudah melaporkan ku ke polisi begitu hahhh jangan besar kepala bahkan polisi saja akan tunduk kepada ku." Kata Harry yang membuat Emile menatapnya dengan aneh dan tidak percaya jika pemikiran Harry sampai sejauh itu.
"Sangat tidak masuk akal." Kata Emile dengan suara pelannya dan akhirnya mengobati lukanya dengan kasar karena kesal.
"Kau bilang aku bodoh!!" Seru harry yang membuat Emile terkejut.
"Siapa? Aku? Aku tidak bilang apapun. Sudah aku mau turun." Kata Emile namun Harry langsung mengendarai mobilnya lagi.
"jelas-jelas kau mengataiku bodoh. Kau tidak ingin mengatakan apapun padaku setelah kau merusak barangku dan tidak mau bertanggungjawab?" Kata Harry.
"Aku sudah meminta maaf dan mengakui kesalahan ku. Aku akan bertanggungjawab." Ujar Emile dengan kesalnya.
"Kau punya uang untuk membeli miniatur itu?" Tanya Harry dengan menatap remeh Emile.
"Tentu saja aku akan mencarinya. Aku akan menyicilnya." Kata Emile.
"Kau mau tidur dan merayu pria hidung belang lagi untuk mendapatkan uangnya." Kata Harry.
"Ya kenapa tidak. Banyak yang menginginkan ku." Jawab Emile yang membuat Harry tersenyum smrik.
"Jala** murahan seperti mu memang selalu tentang uang. Berapa kau di bayar pria pria itu" kata Harry.
"Kau tidak perlu tahu itu urusanku." Jawab Emile singkat.
"Turun kau. Aku tidak mau ada bau dan sisa jala** di dalam mobilku." Kata Harry dengan tatapan dinginnya.
"Bukankah kau yang membawaku hah lucu sekali. Aku juga tidak betah berada di mobil jelek dan butut ini." Kata Emile dengan keluar dan menutup pintu mobil Harry keras.
Emile menghentikan taxi dan langsung pulang ke rumahnya. Ia benar-benar kesal dengan sikap Harry yang semena-mena pada dirinya. Tekadnya sudah bulat jika besok dia akan mengajukan resign dari perusahaan tempat dia kerja.
Di sisi lain, Elizabeth yang mendapatkan pesan dari orang kepercayaannya pun nampak tersenyum misterius dan terlihat sekali raut wajahnya gembira, entah apa yang dia baca.
Elizabeth menelpon Harry namun tak kunjung mendapatkan jawaban sehingga dia pun memutuskan ke apartemennya karena sudah tidak sabar untuk menanyakannya pada Harry.
"Sebenarnya kemana anak itu, kenapa dia tidak menjawab teleponku. Jika saja dia bukan anakku sudah ku buang kau hufft menyebalkan sekali mempunyai anak seperti dia." Kata Elizabeth yang akhirnya memilih kembali ke rumahnya.
Emile menatap dirinya di pantulan cermin dengan tatapan sendunya. Melihat bagaimana dirinya sekarang sungguh membuatnya ingin tertawa. Nasibnya sangatlah menyedihkan dan dia tidak punya siapapun untuk mengadu. Ada Ana, tapi dia sangat sibuk mengingat profesinya sebagai dokter jadi Emile memilih tidak ingin mengganggunya.
Ia menatap foto orangtua dan adiknya. Hanya suara isak tangis saja yang memenuhi kamarnya. Dunianya benar-benar kacau dan hancur. Ia seakan tidak punya arah dan tujuan hidup mengingat semua orang yang ia sayangi sudah pergi meninggalkannya lebih dulu.
"Haruskah aku mengalami semua ini. Kenapa dunia tidak adil padaku." Ucap Emile dengan terisak-isak.
ia pun menuju meja kerjanya dan menyiapkan berkas resign yang akan dia bawa besok karena ia sudah memutuskan untuk keluar dari perusahaan itu dan tidak mau berurusan lagi dengan Harry.
Ia akan hidup jauh dan memulai semuanya lagi entah hitam atau putih ia tidak akan membedakan. Baginya hidupnya sudah tidak ada artinya lagi dan mau melakukan apapun juga tidak akan ia permasalahkan.
Sebuah pesan dari pria yang sedang ia benci pun muncul yang membuatnya semakin marah dan membenci pria itu.
"Kenapa harus aku yang mengalaminya? Kenapa? Kenapa aku harus bertemu dengan pria bejat seperti Harry...." Kata Emile dengan menyembunyikan wajahnya dan terus menangis apalagi setelah Harry mengirimkan kontrak yang sudah dia tanda tangani.
Di lain Sisi, Harry tertawa puas tanpa dosa. Ia tidak tahu jika perbuatannya sudah menghancurkan hidup seorang gadis malang.
"Orang miskin memang sangat bodoh." Kata Harry dengan meminum alkoholnya.