NovelToon NovelToon
The Fatalist: Legenda Para Nuswantarian

The Fatalist: Legenda Para Nuswantarian

Status: tamat
Genre:Tamat / Mengubah sejarah
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Jack The Writer

NOVEL INI SUDAH TAMAT.. DENGAN KISAH EPIKNYA YANG MEMBAGONGKAN..

NANTIKAN NOVEL SAYA SELANJUTNYA..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jack The Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ch 012_Desa Tropos agem #2

...___~V~___...

...Sang sejuta pedang vitjendra...

Guru Vitjendra berdiri menghadapi raksha yang tingginya sekitar tiga meter itu, dengan lubang besar di tengah perutnya, menembus hingga ke belakang.

"Hrrrkkk," suara seram keluar dari raksha itu, menatap tajam ke arah Vitjendra.

Vitjendra hanya tersenyum santai, melipat kedua tangan di dadanya, dan menundukkan kepalanya sedikit, seolah meremehkan makhluk itu.

"Hm," gumamnya dengan tenang.

Merasa diremehkan, raksha itu langsung melompat ke arah Vitjendra, mengayunkan kanabo besar dengan kekuatan luar biasa. Namun, tiba-tiba, sebuah kilatan cahaya melesat ke arahnya dan menembus perut raksha, membuatnya terpental.

Sraaakk!

Dalam posisi santainya, Vitjendra menggerakkan tangannya, dan puluhan pedang melayang di belakangnya, siap menyerang.

Raksha itu segera mencabut pedang yang menancap di tubuhnya, dan dalam sekejap, ia mulai meregenerasi luka-lukanya dengan cepat.

"Raaaaaakkkhhh!" teriaknya marah, kembali mencoba menyerang dengan kanabo besarnya. Namun, sebelum ia bisa mendekat, pedang-pedang yang melayang di udara melesat menyerang raksha itu dengan cepat.

Tang!

Raksha itu berhasil menangkis beberapa pedang, namun Vitjendra mengeluarkan lebih banyak pedang, membuat raksha kewalahan dalam menghalau serangan.

Tang, tang, tang!

Beberapa pedang berhasil ditangkis, namun banyak pula yang menusuk tubuh raksha itu.

Splaat, splaat, splaat!

Serangan pedang terus diluncurkan tanpa henti. Vitjendra menatap raksha itu dengan ekspresi datar, tanpa rasa kasihan. Raksha itu hanya bisa menangkis dan merasakan setiap tusukan yang masuk ke tubuhnya.

"Raaaaaakkkhhh!" teriaknya kesakitan, namun ia tetap berusaha melawan, meski tubuhnya penuh luka dan tak ada kesempatan untuk menyembuhkan diri.

Srakk, srakk, srakk, srakk!

Beberapa menit kemudian, raksha itu akhirnya jatuh berlutut, tubuhnya penuh darah, dengan puluhan pedang masih menancap di tubuhnya. Ia tak lagi bergerak.

"Sudah selesai?" tanya Vitjendra, mendekati raksha itu.

Dengan hati-hati, ia mengangkat pedangnya yang bercahaya, siap untuk memenggal kepala raksha tersebut. Namun, tanpa diduga, raksha itu berbicara dengan suara terbata-bata.

"Kek... ke... kegelapan... aa... aa... akan... da... datang..."

Vitjendra mendengar ucapan itu dan tanpa ragu, langsung memenggal kepala raksha itu dengan pedangnya.

Slaasshh!

Vitjendra berdiri, memandang tubuh raksha yang sudah tak bergerak. "Sepertinya raksha ini memiliki ancaman yang lebih besar," gumamnya, menyadari bahwa makhluk yang baru saja ia bunuh bisa berbicara.

...___~V~___...

...Ibu dan anak...

Sementara Guru Vitjendra bertarung melawan raksha raksasa, Nazzares dan Kapten Nansa terus mengejar raksha yang membawa raksha kecil. Raksha itu bergerak dengan kecepatan luar biasa, tubuhnya seperti diselimuti kabut yang bergerak liar di antara pepohonan hutan malam.

Whoos whoos

Nazzares, yang mengamati gerak cepat raksha itu, segera melayang dengan teknik mistisnya. Ia memusatkan perhatian pada kedua raksha yang sedang berlari, kemudian dengan cepat terbang seperti kilat dan menghantam mereka, membuat keduanya terpental.

Flash

Blamm!

Kapten Nansa yang menyaksikan aksi Nazzares berkata dengan bangga, "Bagus, bocah."

Dengan cepat, Nazzares menggunakan teknik mistisnya untuk mengekang pergerakan raksha tersebut.

"Lepaskan!" teriak raksha wanita itu dalam kebingungannya saat terjepit oleh teknik mistis Nazzares.

"Apa?! Dia bisa berbicara?" pikir Nazzares terkejut. "Dan... dia wanita?" lanjutnya dalam hati, menyadari keanehan itu. Raksha wanita itu memiliki lubang mata yang menembus bagian atas perutnya, sebuah ciri yang aneh dan mengerikan.

Kapten Nansa, yang tak tinggal diam, segera menambahkan pengekangan dengan membalut tubuh mereka menggunakan logam cair yang segera memadat, semakin mengunci mereka agar tak bisa kabur.

Namun, raksha kecil yang dibawa oleh raksha wanita itu mulai menangis dan berteriak, "Ibu! Ibu!"

Nazzares tercengang melihat situasi itu. "Apa-apaan ini? Raksha bisa berkeluarga?" ucapnya tak percaya.

"Entahlah, bocah. Aku juga tak mengerti," jawab Kapten Nansa sambil tetap mengawasi situasi. "Yang jelas, kita tunggu saja kedatangan Kapten Vitjendra."

Beberapa saat kemudian, Kapten Vitjendra muncul dengan menaiki pedang bercahaya, terbang menggunakan teknik mistisnya. Di tangannya, ia membawa kepala raksha besar yang telah ia bunuh sebelumnya. Melihat itu, raksha kecil yang masih terikat pengekangan berteriak lagi, kali ini dengan suara penuh kesedihan.

"Ayah!!!" teriaknya.

Nazzares merasa bingung. "Apa yang aku lihat sekarang? Bagaimana raksha bisa berkeluarga?" pikirnya, merasa semakin tidak mengerti.

Sementara itu, raksha wanita yang terbelenggu semakin marah. "Terkutuklah kalian! Kalian akan membayar dengan nyawa kalian!" teriaknya dengan penuh dendam.

"Diam, kau wanita jalang!" jawab Vitjendra, suaranya penuh amarah. "Kau pikir sudah berapa banyak nyawa yang telah kau habisi?" lanjutnya dengan tegas.

Raksha wanita itu dan anaknya terus menangis, meratapi kepala raksha besar yang dibawa oleh Vitjendra. Mereka tampak hancur, perasaan mereka terpecah antara kemarahan dan kesedihan.

...___~V~___...

...Mayat mayat yang mengerikan...

Nazzares membawa kedua raksha itu dengan teknik mistisnya, melayang di atas tanah menuju tempat di mana orang-orang yang diculik oleh keluarga raksha itu disembunyikan. Dengan sedikit ancaman, intimidasi, dan beberapa siksaan pada raksha kecil, akhirnya raksha wanita itu mau mengarahkan mereka ke lokasi para warga desa yang diculik.

Mereka terus mengikuti arahan raksha wanita itu yang meskipun masih terkekang oleh kuncian logam dari teknik Nansa, tetap berusaha memberikan petunjuk. Mereka melangkah jauh, memasuki kawasan yang semakin gelap, hingga tiba di sebuah gua di dalam hutan.

"Apa ini tempatnya?" tanya Laksamana Vitjendra, matanya menyelidik gua di depan mereka.

"Yah," jawab raksha wanita itu singkat, matanya terlihat penuh amarah dan ketakutan.

Kapten Nansa menyalakan obor, menerangi jalan mereka sambil terus mengawasi kedua raksha yang terbelenggu. Mereka memasuki gua, dan semakin dalam mereka pergi, semakin terasa hawa yang tidak wajar. Setelah beberapa saat, mereka sampai di tempat yang membuat semua orang terkejut.

"Apa ini?" Kapten Nansa terbelalak, matanya melotot melihat apa yang ada di depannya.

Nazzares terdiam, kata-kata terasa terhenti di tenggorokannya. Di hadapan mereka, terhampar pemandangan mengerikan. Warga desa yang diculik tergeletak tak bernyawa, dalam keadaan mengenaskan. Tubuh mereka tanpa busana, organ-organ mereka seakan telah dikeluarkan, dan darah menggenang di sekitar mereka seperti kolam.

Wrrrrr

Aura mistis yang meluap dari tubuh Nazzares menciptakan gelombang tekanan yang sangat besar. Seperti ledakan, aura itu menyebar ke seluruh gua, menghantam mereka dengan kuat.

Duarrrr

Suara Nazzares yang penuh amarah terdengar pelan namun penuh ancaman, "Jangan bercanda."

Mata merahnya menyala tajam, menatap kedua raksha yang terbelenggu. "Kalian pikir apa yang kalian lakukan?" ucapnya dengan penuh kebencian, seolah setiap kata yang keluar dari bibirnya adalah senjata yang mematikan.

Raksha kecil yang tak bisa menahan tekanan aura mistis itu mulai tercekik, mulutnya mengeluarkan busa. "Aaaakkhh... Ibu!" teriaknya, sebelum akhirnya pingsan, matanya memutih.

Obor yang dipegang Kapten Nansa mulai mati akibat tekanan yang tercipta dari aura Nazzares. "Bocah ini!" gerutunya, dengan apa yang baru saja dia rasakan.

Namun, Guru Vitjendra yang menyaksikan kejadian itu menyuruh nazzares untuk tenang.

"Hentikan itu, Nazzares," perintahnya tegas, mengetahui bahwa amarah tidak akan menyelesaikan masalah ini. Nazzares, yang mulai menyadari bahwa kemarahannya hanya memperburuk keadaan, akhirnya menuruti perintah gurunya dan menenangkan diri.

Mereka semua terdiam, terguncang dengan apa yang mereka temui di gua itu. Tubuh-tubuh tanpa nyawa, mengenaskan, dan penuh luka. Organ-organ tubuh yang telah dikeluarkan dan darah yang menggenang memberi kesan kebiadaban yang sangat mendalam.

"Woy, raksha, sebenarnya apa yang kalian lakukan dengan semua ini?" tanya Nazzares dengan suara yang masih tergetar marah, namun penuh kebingungan.

Raksha wanita itu tertawa sinis. "Haa...!! Tentu saja untuk bersenang-senang," jawabnya, seolah menganggap ini semua sebagai permainan.

Tanpa ragu, Guru Vitjendra menghunus pedangnya yang bercahaya dan memenggal kepala raksha wanita itu dalam sekejap.

Slasshhh

Bersambung..

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!