Magika dan Azzrafiq tak sengaja bertemu di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya.
Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka melakukan hal-hal gila yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, mereka melakukannya atas dasar kesenangan belaka.
Keduanya berpikir tak akan pernah berjumpa lagi dan hanya malam ini saja mereka bertemu untuk yang pertama sekaligus yang terakhir.
Namun takdir berkata lain, Magika dan Azzrafiq dipertemukan lagi, karena mereka diterima di kampus yang sama dan lebih tak disangka lagi mereka satu jurusan, tapi keduanya tidak saling mengenali karena saat pertemuan malam itu, mereka dalam pengaruh alkohol yang membuat keduanya tak ingat apa yang telah terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ospek Jurusan
Magika dan Acha berjalan keluar Gedung Fakultas, hari semakin terang, matahari sudah naik, cahayanya menyinari wajah Magika dan membuatnya silau, hingga dia menyipitkan matanya.
Teman-teman seangkatannya sudah banyak yang berkumpul, tidak seperti sebelumnya yang masih bisa dihitung jari keberadaannya.
Ketika melihat Magika mendekat, teman -teman kelompoknya terpana melihat tampilan baru dirinya, jangankan teman lelaki, teman wanitanya pun memuji penampilan Magika yang semakin elegan. Azzrafiq dan Maulana tak lepas memandangi wanita yang sudah tidak lagi salah kostum itu.
"Stunning Gee, mau pake baju apa pun juga, emang udah bakatnya kamu keren." Puji Maulana.
Magika merasa tidak terlalu nyaman karena pujian yang berlebihan dari teman-temannya, dia menyunggingkan senyum paksa yang tampak dari raut wajahnya.
"Jadi gak kelihatan itu baju cowok." Ujar Azzrafiq.
"Oh ya? Bagus gak?" Tanya Magika memastikan.
"Bagus banget pastinya." Puji Azzrafiq sambil tersenyum.
"Iya kan baju kamu, masa mau bilang jelek." Goda Magika.
Azzrafiq terkekeh "Bukan bajunya, tapi style nya Gee."
"Menambah nilai jual gak nih Azz?"
Ketika mendengar namanya disebut dengan panggilan yang baru, Azzrafiq terperangah, hanya Magika satu-satunya orang yang memanggil namanya Azz. Walaupun terasa asing di telinganya tapi Azzrafiq menyukai panggilan itu, panggilan dari Magika adalah suara paling merdu yang pernah dia dengarkan ketika seseorang memanggil namanya.
"Dari awal datang juga nilai jual kamu udah tinggi, mau setinggi apa lagi Gee?" Puji Azzrafiq sambil tersenyum menggoda Magika.
Kenapa harus terpaku sama ucapan Azzrafiq sih? Batin Magika.
Magika menggelengkan kepalanya dan terus menyangkal bahwa dirinya tidak benar-benar menyukai Azzrafiq.
Dan mengapa rasanya begitu lega ketika Azzrafiq yang mengatakan itu? Rasa percaya dirinya malah semakin bertambah. Lalu pikirannya teralihkan ketika menyadari Azzrafiq sudah memakai kemeja hitam lagi.
"Aku baru sadar lagi, kamu dapet kemeja hitam dari mana?" Tanya Magika.
"Keajaiban selalu datang kapan aja." Seru Azzrafiq sambil terkekeh.
"Aku kira cuma ada di dalam dongeng, keajaiban tiba-tiba datang." Ucap Magika yang ikut terkekeh.
"Wow Gee makin keren aja tampilan kamu." Puji Daphnie.
"Thank's Daph." Ucap Magika yang mulai PD.
"Tuh kan Gee, pada bilang bagus." Seru Acha.
Daphnie mengangguk menyetujui ucapan Acha, memang Magika terlihat sangat elegan menggunakan kemeja itu.
"Fiq, ada salam dari kelompok sebelah, dari tadi minta sama gue buat ngomongin ke lo, bawel amat dah, gue heran sama cewek-cewek di sini istimewa lo itu apa?" Tutur Maulana sambil menunjuk ke arah Nisrina berada.
Magika, Daphnie, dan Acha menoleh pada Nisrina yang sedang memperhatikan Azzrafiq.
"Caper muluk tuh anak, gak bosen apa?" Gerutu Acha. "Bilangin Maul, Azzrafiq udah punya pacar, ya kan Fiq?" Sambung Acha yang meminta Azzrafiq untuk membenarkan perkataannya, lelaki itupun mengangguk setuju.
"Iya tahu, gue cuma dikasih amanah aja, tiap detik nanyain muluk, ganggu jadinya." Gerutu Maulana.
"Udah tahu belum ceweknya ada di sini?" Tanya Daphnie pada Maulana.
"Lah siape?" Maulana balik bertanya.
"Aku pacarnya." Sela Magika yang spontan melontarkan jawaban absurd.
Maulana menatap curiga Magika dan tak percaya apa yang dikatakannya. "Bukannya tadi kamu bilang masih jomblo ya? Kedengeran jelas."
"Itu kan tadi, sekarang aku udah laku." Celetuk Magika.
"Gak bisa gitu dong Gee, aku kan yang bakalan jadi pacar kamu, bukan dia." Protes Maulana.
"Lo terima kenyataan aja sih Ul." Ucap Azzrafiq, seraya merangkul pinggang Magika.
"Mereka baru aja jadian, Acha saksinya." Seru Acha ikut-ikutan dan tampak sangat setuju dengan statement Magika dan Azzrafiq.
"Tuh udah terbukti." Kata Magika seraya menyandarkan kepalanya pada bahu Azzrafiq, untuk memperjelas semua sandiwara dadakan yang mereka lakukan.
"Aslinya? Kamu tega banget Gee sama aku, kalian berdua gue keluarin dari anggota kelompok 1." Tukas Maulana seraya meninggalkan keduanya.
"Bisa drama juga tuh anak." Kata Daphnie seraya melihat kepergian Maulana.
"Tapi beneran deh, kok kalian cocok ya kalo dilihat-lihat." Goda Acha.
"Oh iya dong, harus." Kata Magika bangga.
"Setuju sih apa yang dibilang Acha, dapet banget chemistry kalian walaupun cuma pura-pura" Timpal Daphnie.
Tiba-tiba Alin datang, dia menangkap basah Magika dan Azzrafiq yang saling menempel satu sama lain layaknya orang pacaran. Keempatnya terdiam pada waktu bersamaan, ketika menyadari ada Alin di sekitar mereka.
Alin tersenyum canggung menatap Magika dan Azzrafiq yang terlihat sangat intim, dalam hatinya Alin merasa iri dan bertanya-tanya mengapa bisa Magika gelendotan dengan Azzrafiq seperti ini?
Padahal menurutnya, Magika memiliki tampang yang biasa saja tapi dengan percaya diri dekat-dekat dengan Azzrafiq, lelaki yang memiliki wajah tampan yang notabene banyak disukai di Kampus, kok bisa mau sama Magika? Apakah tidak ada wanita lain yang lebih dari Magika?
"Gee katanya tadi kamu salah kostum ya?" Tanya Alin sambil memperhatikan Magika yang sedang bersandar pada bahu Azzrafiq, dan melihat tangan lelaki itu merangkul pinggang Magika.
Azzrafiq melepaskan rangkulannya begitu juga Magika yang sudah tidak bersandar lagi di bahunya.
"Iya nih, tapi sekarang udah ganti, pake kemeja Azzrafiq." Jawab Magika yang memanasi Alin.
"Pantes aja wanginya aku hafal." Tukas Alin.
Lalu Alin menatap Azzrafiq dengan lembut, matanya tampak berbinar, berbeda saat dirinya menatap Magika tadi, dia bersikap so kenal so dekat pada lelaki itu, dia tak ingin kalah dengan Magika.
"Hai Fiq, apa kabar?" Sapa Alin dengan lembut sambil tersenyum manis pada lelaki tampan itu.
Sumpah, itu senyuman terbaik Alin yang pernah dia tunjukkan.
"Alhamdulillah baik." Jawab Azzrafiq datar.
"Jadi udah gak ngambek lagi sama aku nih?" Tanya Magika pada Alin dengan nada menyindir.
"Emangnya siapa yang marah coba?" Alin balik bertanya dengan nada manja.
"Bukannya minggu lalu kamu marah ya sama aku, gara-gara aku gak mau tukeran kelompok, karena di kelompok aku ada Azzrafiq." Celetuk Magika.
Alin mengelus lengan Magika berusaha menjaga image-nya di hadapan Azzrafiq. "Kamu ngomong apa sih Gee?"
"Oh ya Azz, Alin ini suka sama kam.." Ucap Magika usil seketika Alin menutup mulutnya dengan tangannya.
Alin menatap Azzrafiq sambil tersenyum. Sebenarnya, niat Alin menghampiri Magika hanya untuk bertemu Azzrafiq, Magika hanya dijadikan umpan saja, supaya bisa membuka obrolan dengan lelaki tampan itu.
Magika menghempaskan tangan Alin yang membekap mulutnya.
"Sebenarnya Alin suka sama kamu Azz." Ucap Magika usil mengerjai Alin.
Azzrafiq tak ingin menanggapi ucapan Magika, dia sudah malas dengan wanita-wanita yang selalu mengejarnya, dia hanya fokus pada Magika, dia melihat pipi wanita itu tampak memerah karena Alin membekapnya, lalu Azzrafiq mengelus pipinya, dia tak suka melihat sikap Alin yang berlebihan pada Magika.
"Ya ampun pipi kamu merah." Ujar Azzrafiq lalu menatap Alin. "Lin kira-kira aja kalo mau bercanda sama Magika, saya gak suka kamu terlalu kasar sama dia."
Daphnie dan Acha saling bertatapan dan tertawa, mereka berdua tampak sangat puas melihat Alin dibuat malu oleh teguran Azzrafiq.
"Skakmat gak tuh?" Seru Acha dengan antusias.
"Caper sih, ngapain coba dia kesini? Gak mungkin kan cuma mau nanya keadaan Magika." Sindir Daphnie.
"Magika, pacarnya jagain biar gak banyak yang gangguin." Sela Acha, seraya berlalu pergi, disusul Daphnie yang mengikutinya dari belakang.
"Bye love bird, muuaahh." Celetuk Daphnie sambil memberikan kiss bye pada Magika dan Azzrafiq.
Alin menghela nafasnya, dia berusaha tersenyum di hadapan Magika dan Azzrafiq, padahal dalam hatinya dia merasa jengkel dan yang pasti sangat malu ditegur oleh Azzrafiq, maksudnya kesini untuk mendapat perhatian dari lelaki pujaannya itu, tapi malah sikap sinis yang dia dapatkan.
Tak lama, anggota HIMA datang beriringan dengan pakaian yang seragam, kemeja workshirt berwarna biru navy yang mereka pakai, membuat para anggotanya terlihat lebih berwibawa.
Randy, salah satu anggota HIMA mendekati Magika, selama satu bulan terakhir ini, mereka cukup dekat dan akrab.
"Magika udah gak salah kostum lagi?" Tanya Randy yang berjalan ke arah gadis itu.
Magika menoleh pada Kakak tingkatnya. "Kak Randy kok bisa tahu aku salah kostum?"
"Aku kan selalu perhatiin siapa yang salah kostum biar nanti bisa di hukum sama KOMDIS." Jawab Randy sambil tersenyum jahil.
"Serius kak?" Tanya Magika panik.
Randy terkekeh melihat raut wajah Magika, lalu mengelus kepala adik tingkatnya itu. "Serius banget sih mukanya."
Azzrafiq yang memperhatikan sikap Randy pada Magika merasa cemburu, mengapa mereka bisa seakrab itu?
Tampak Alin yang masih berada di dekat Magika, ikut nimbrung percakapan mereka.
"Kak Randy, emangnya boleh ya, yang pacaran disatu kelompokin?" Tanya Alin yang mulai caper.
Magika menatap Alin datar, dia tetap tenang tak terprovokasi dengan pertanyaan Alin pada Randy.
"Emangnya siapa yang pacaran?" Tanya Randy tak terlalu peduli.
Alin menunjuk Magika dengan mulutnya, Randy terkekeh melihat kelakuan Alin yang seperti anak kecil ketika mengadu.
"Hah? Gak mungkinlah dia pacaran sama temen satu kelompoknya, Magika kan punya saya." Celetuk Randy asal bunyi sambil menatap Magika dan mengedipkan satu matanya.
Magika terkekeh, dia tak ambil pusing atas tuduhan Alin yang ingin menyudutkannya.
Hati Alin semakin dengki ketika Randy membela Magika dia menatap sinis Magika.
Apa sih yang dilihat para cowok dari Magika? Batin Alin.
"Aku kesana lagi ya Gee, semangat ya ospeknya, nanti kalo ada KOMDIS marah-marah, lawan aja." Ujar Randy lalu bergabung lagi dengan anggota HIMA.
Magika mengangguk ketika mendengar wejangan Randy, lalu dia melihat tatapan Alin yang tampak ingin menerkam, Magika coba untuk menggodanya.
"Kamu cemburu ya?" Celetuk Magika.
"Kamu beneran ada hubungan sama Azzrafiq?" Alin bertanya dengan nada sinis.
"Kamu sama si Kating berkacamata itu gimana? Tadi aku lihat kalian deket banget." Magika balik bertanya dan tak ingin menjawab pertanyaan Alin, dia usil ingin membuat temannya itu kesal.
Alin menghela nafasnya lagi sambil mengipasi diri dengan tangannya, dia coba mengenyampingkan egonya karena ingin tahu apakah Magika dan Azzrafiq benar-benar memiliki hubungan yang spesial?
"Ish, jawab dulu Gee." Pinta Alin dengan wajah yang sedikit memelas berharap Magika menjawabnya.
"Jawab apaan nih?"
"Kamu sama Azzrafiq, kalian pacaran?"
"Yang kamu lihat gimana?" Tanya Magika lagi sambil terkekeh.
"Ah Magika!" Pekik Alin.
"Tanya Azzrafiq aja langsung." Seru Magika.
Alin berdecak kesal."Ah dia pasti gak bakalan mau jawab juga."
Ketua HIMA, memerintahkan adik-adik tingkatnya untuk berbaris sesuai kelompok yang sudah ditentukan, dan masuk ke Aula fakultas yang berada di lantai empat secara beriringan dan tertib.
Pertama yang masuk gedung fakultas kelompok satu, yang di dampingi Randy, dan Alin masih saja mengintil di kelompok satu, dia baris di depan Azzrafiq.
Alin masih belum kapok untuk mencari perhatian lelaki itu, dia malah semakin tertantang untuk mendekati Azzrafiq.
Terdengar suara gaduh langkah sepatu yang beradu, dari beberapa orang yang menaiki anak tangga. Dan suara kasak- kusuk lainnya, dari beberapa ruangan di dalam gedung Fakultas yang sudah memulai kegiatan bekerja.
Ospek dimulai.