Di pungut oleh Ayahnya untuk menggantikan adik tirinya menikahi anak haram dari keluarga ternama.
Dia di tolak mentah-mentah oleh anak haram keluarga ternama itu, tapi pada akhirnya dia tetap menikah.
Dia harus menjalani kehidupan rumah tangga yang tidak menyenangkan karena suaminya begitu membenci dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
"Lakukan apa yang aku inginkan sesuai dengan semua yang aku ucapkan barusan. Pastikan benar, mereka semua mendapatkan rasa sakit berkali-kali lipat daripada yang aku rasakan." Ucap Edward dengan sorot matanya yang begitu penuh dendam.
Lukas menganggukkan kepalanya dengan cepat. Tentu saya dia tahu bahwa dia tidak bisa mengatakan tidak atas perintah yang diberikan oleh atasannya itu. Walaupun yang akan dia lakukan adalah sesuatu yang sedikit tidak sejalan dengan cara berpikirnya, namun Lukas bisa apa?
Lukas terdiam sebentar saat dia mengingat satu orang yang sepertinya juga akan terpengaruh atau berada di dalam lingkaran rencana yang akan mereka lakukan. Lukas menatap Edward lalu berkata, "lantas, bagaimana dengan Nona Amaya?"
Edward terdiam sebentar sembari berpikir sebelum dia menjawab pertanyaan dari Lukas barusan. Ada perasaan ragu yang tiba-tiba saja dia rasakan, tapi setelah memikirkan perlakuan anggota keluarga Dorent, dia mulai tak lagi mengingat apapun selain kebencian sehingga dia menjawab, "aku sudah mengatakan bahwa aku tidak akan melepaskan satu orang pun anggota keluarga Dorent bukan?"
Lukas menelan salivanya sendiri lalu menganggukkan kepala pasrah saja meski dia sebenarnya ingin memberikan masukan kepada Edward agar tak melakukan sesuatu yang mungkin akan disesalinya di kemudian hari. Namun, lidahnya terlalu kelu, dan merasa bahwa dia tidak pantas untuk mengatakan apa yang ada dalam benaknya mengingat posisinya sebagai bawahan dari Edward.
"Jadi, kapan anda akan memulai rencananya?" tanya Lukas yang harus bersiap dari jauh-jauh hari agar tak melakukan kesalahan dan mempermalukan Edward selaku atasannya.
Edward tersenyum dengan sorot matanya yang dingin dan juga jahat. Dia menatap Lukas dengan tatapan serius lalu menjawab, "Pesta ulang tahun Presdir dari Unbites Group!"
Lukas menahan nafasnya untuk beberapa detik mendengar jawaban dari Edward. Tetapi, pada akhirnya dia tetap mengangguk patuh dan akan melakukan apa yang diperintahkan oleh Edward, dan memastikan benar dia tidak akan membuat sebuah kesalahan atau celah bagi orang lain untuk merendahkan Edward.
"Baiklah, saya akan mempersiapkan segalanya mulai dari sekarang. Mungkin, saya akan terus berada di luar untuk beberapa hari terakhir ini sampai pesta dari Unbites Group diadakan nanti." ucap Lukas dengan mimik wajahnya yang terlihat serius.
Edward mengangguk. Tentu saja, dia benar-benar harus totalitas dalam melakukan apa yang menurutnya akan menjadi sangat seru dan menantang.
Lukas memohon izin untuk undur diri dan kembali mengerjakan apa yang harus dia kerjakan.
Setelah kepergian Lukas, Edward benar-benar tersenyum membayangkan betapa indahnya saat apa yang ingin dia lakukan nanti terwujud seperti yang dia harapkan. Walaupun setiap tindakan dan juga rencana pasti memiliki konsekuensi dan juga tantangannya tersendiri, Entah mengapa Edward benar-benar sangat yakin bahwa, dia akan berakhir dengan sebuah kesuksesan dan puas dengan hasil yang akan dia dapatkan nanti.
"Kalian semua, entah kenapa membayangkan kalian semua dalam keadaan frustasi aku benar-benar sangat bahagia?" Gumam Edward.
Di kamar lain.
Amaya benar-benar kesal setengah mati karena semua barang-barang yang ada di dalam kamar itu telah dikosongkan saat dia pergi untuk membersihkan diri beberapa saat tadi. Padahal, Amaya benar-benar sangat yakin bahwa di dalam utama ada gunting dan juga pena. Kalau saja ada dua benda itu, Amaya tentu akan menggunakan salah satu benda itu untuk melindungi dirinya agar tidak bisa lagi sembarangan Edward menyentuhnya. Juga, dia akan membunuh Edward jika memang dia bisa melakukannya.
Tetapi, semua benda tajam dan juga bisa di sebut berbahaya benar-benar tidak ada lagi di sana. Vas bunga yang tadinya menghiasi meja sofa di dekat jendela, lukisan yang terbungkus dengan bingkai kaca, kini sama sekali tidak ada lagi. Hanya ada pakaian saja di dalam sana, seolah-olah Edward sudah bisa benar-benar memperhitungkan segalanya dengan sangat matang untuk terus melindungi keselamatannya. Mungkin juga, Edward sudah bisa membaca isi hatinya sehingga bergegas dia membereskan semua barang yang mungkin akan digunakan oleh Amaya untuk melukainya.
Suara pintu kamar terbuka, dan di sanalah Edward berada berdiri di ambang pintu menatap Amaya dengan seringai menakutkan yang membuat Amaya merasa terancam sekaligus marah.
"Apa sedang kesal karena tidak dapat melakukan apa yang ingin kau lakukan kepadaku?" Tanya Edward, "Kau pikir kau bisa dengan mudah melukaiku? Bermimpi lah, sungguh kau tidak akan pernah bisa melakukannya sebanyak apapun kau mencoba."
Edward mengakhiri ucapannya dengan kekehan serta tatapan menghina yang begitu membuat emosi di dalam hati Amaya benar-benar serasa diaduk-aduk. Haruskah Amaya terus memaklumi sikap Edward yang sangat keterlaluan itu? Tidak! dia tidak bisa menerima sama sekali, tapi Amaya juga sadar benar bahwa dia tidak akan bisa dengan mudah keluar dari rumah itu dan melakukan apa yang dia inginkan karena semakin dia banyak menghabiskan waktu bersama dengan Edward, maka Edward sendiri akan terus lebih berhati-hati karena dengan mendekati Amaya, Edward pasti sedang mencoba menghancurkan Amaya secara diam-diam.
Hah! Secara diam-diam apanya? Sejak awal, Edward sama sekali tidak pernah bertindak secara diam-diam dan secara terang-terangan menghancurkan dirinya tidak peduli akan sehancur apa yang dirasakan Amaya.
"Apa kau sudah cukup puas? Apa barang sekali pakai mu ini sudah tidak akan kau gunakan lagi sehingga kau akan cepat membuangku?" Tanya Amaya, "mungkinkah, sebentar lagi aku akan diantarkan kepada pria hidung belang di luaran sana seperti apa yang kau ucapkan sebelumnya?"
Amaya membuang nafasnya. Dia menatap kedua bola mata Edward dengan tetapan berani lalu kembali berkata, "Baiklah, lakukan saja apa yang ingin kau lakukan. Barang yang kau beli ini jelas-jelas tidak pantas untuk kau gunakan lagi, jadi berikanlah barang ini kepada orang yang mungkin akan memakainya satu atau dua kali secara bergantian."
Edward mengeraskan rahangnya. Sungguh, dia sama sekali tidak tahu bahwa wanita yang ada di hadapannya, wanita yang sejak awal hanya bisa diam dan memberikan tatapan datar seolah tak memiliki emosi dan sesekali menunjukkan ekspresi wajahnya seolah-olah dia begitu tersiksa justru adalah seorang wanita yang begitu pandai dalam bermain kata-kata dan juga mencoba untuk memainkan emosi lawan bicaranya.
"Sepertinya kau tidak bisa mendengar apa yang aku ucapkan dengan baik ya? Aku bilang, aku akan menggunakan barang yang aku beli dengan baik karena aku tidak boleh rugi. Yah, tunggu aku bosan, tentu saja aku akan melemparkan mu ke kubangan supaya para anjing liar puas memangsamu."
Amaya jelas kesal sekali. Tetapi, kekesalannya tidak berakhir sampai di situ saja karena, Edward berjalan dengan cepat menuju Amaya dan langsung mencengkram leher Amaya serta mendorong tubuh Amaya untuk jatuh di atas tempat tidur.
lamalama jadi malas baca.
Semoga sukses selalu n lancar rejekinya🤗🤗🤗 ❤️❤️❤️🤲🤲🤲👍👍👍💪💪💪😘😘😘