NovelToon NovelToon
Cinta Di Musim Semi

Cinta Di Musim Semi

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Cinta Seiring Waktu / Angst
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: seoyoon

Berawal dari kematian tragis sang kekasih.
Kehidupan seorang gadis berparas cantik bernama Annalese kembali diselimuti kegelapan dan penyesalan yang teramat sangat.
Jika saja Anna bisa menurunkan ego dan berfikir jernih pada insiden di malam itu, akankah semuanya tetap baik-baik saja?

Yuk simak selengkapnya di novel "Cinta di Musim Semi".
_Cover by Pinterest_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seoyoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 10 {Kegagalan & Keberuntungan}

Malam harinya di apartemen Glory, setelah seharian ini Anna dan Edrea menghabiskan waktunya diluar rumah, dengan mengunjungi panti asuhan di pagi hari kemudian berlanjut belanja kebutuhan Anna menggunakan uang tabungannya.

“Kau mau kemana lagi?” tanya Edrea ketika melihat Anna malah mengenakan gaun pres body berwarna hitam usai membersihkan tubuhnya dari polusi udara diluar, alih-alih piyama tidur.

“Keluar, ada teman yang ingin ku temui,” sahutnya seraya mengikat rambut ikal panjangnya ala ekor kuda.

“Malam-malam begini?” Edrea merasa keberatan.

“Masih jam 8 kok, ada hal yang perlu aku bicarain juga dengannya,” timpal Anna lagi yang kini meraih tas kecilnya untuk melengkapi outfit elegan nya malam ini.

“Apa? Apa yang mau kalian bicarakan malam-malam begini?” seru Edrea seraya berlari kecil menyusul Anna yang sedang memakai heels nya.

“Dia mau rekomendasiin pekerjaan untukku, katanya aku harus bertemu dengan atasannya langsung,” Anna menjelaskan dengan nada lembut seperti biasanya.

“Apa?! Tunggu! Anna!” cegah Edrea karena merasa ada yang tidak beres.

Anna kembali berbalik sembari memegangi handle pintu yang telah dibukanya.

“Kurasa ada yang tidak beres, siapa temanmu? Tidak! Maksudku, jika masalah pekerjaan kenapa harus bertemu malam malam begini, dan dimana kalian akan bertemu?” racau Edrea lagi yang semakin dilanda kegelisahan tak menentu.

“Yaaa … karena di siang hari mereka bekerja bukan? (Anna beralasan) di hotel xxx,” imbuh Anna yang tentu saja semakin memicu kecurigaan Edrea.

“Tidak boleh! Hotel?! Yak! Pekerjaan pantatmu! Itu hanya akal-akalan mereka saja, kenapa juga harus bertemu di hotel, apa kau bodoh!” amuk Edrea penuh emosional.

“Karena memang pekerjaannya sebagai receptionist hotel,” jawab Anna santai tanpa sedikit pun menaruh curiga.

“Receptionist?! Tidak! Tidak boleh,” Edrea kembali menahan lengan Anna.

“Kau lulusan S2 managemen bisnis, banyak pekerjaan yang lebih baik dari sekedar receptionist Anna!” seru Edrea yang melarang keras karibnya melamar sebagai receptionist hotel.

“Pikirmu siapa yang akan memperkerjakan seorang mantan narapidana, Edrea, sudahlah aku akan baik-baik saja, kau tak perlu mengkhawatirkanku, taxi ku sudah sampai, bye,” pungkas Anna seraya menepis lengan Edrea dan pergi berlalu meninggalkan Edrea yang mendadak terdiam ketika ia tersadar akan fakta yang hampir terlupakan olehnya.

Jika karib nya itu kini adalah seorang mantan narapidana, terlebih kasus nya adalah kasus berat yakni pembunuhan terhadap kekasihnya sendiri.

Meski memang di sidang terakhir Anna bisa membuktikan alibinya sekaligus ketidakbersalahannya, namun tak lantas dapat mengubah opini publik yang telah melekat sejauh ini.

Hal itu jugalah yang menyebabkan Anna tak dapat memilih-milih pekerjaan sesuai dengan keinginannya, meski ia memiliki latar belakang pendidikan yang mumpuni, ia tetap tak bisa menghapuskan tittle nya sebagai mantan narapidana.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hotel xxx Jakarta selatan.

Sesampainya Anna di pekarangan luas hotel bintang 5 tersebut, ia tampak sedikit bimbang dan ragu saat hendak mengambil arah yang ditujunya.

“Lobi sisi timur arah nya benar kan ya kesini?” Anna bermonolog sendiri seraya mulai menarik langkah mengikuti instingnya.

Anna berjalan dengan anggun dan percaya diri menuju lobi sisi timur, seraya menenteng tas kecil dalam genggamannya.

Karena tak tahu pasti ruangan pertemuan mereka, Anna pun berniat menanyakannya pada receptionist yang terlihat sedang sibuk menerima telfon.

“Iya maaf nona, ada yang bisa dibantu?” tanya sang receptionist begitu ia selesai menerima telfon.

“Ammm, saya diminta menemui pak … “

“Aaah nona Sera?!” potong sang receptionist tersebut tanpa menunggu kalimat lengkap Anna, begitu memindai penampilan Anna yang tampak cantik dan elegan. Ia langsung berfikir jika Anna adalah tamu kehormatan yang sudah di tunggu-tunggu oleh tamu VVIP nya.

Anna mengerutkan dahinya, merasa bingung dengan situasi yang terjadi.

“Mari nona saya antarkan, tuan Bastian sudah menunggu nona sedari tadi di ruang VVIP,” seru sang receptionist yang bernama Ambar itu, ia pun lantas berjalan mengitari meja receptionist dan langsung saja menunjukan gesture sopannya untuk menuntun Anna menuju tempat pertemuan.

‘Ruangannya benar sih VVIP tapi apa aku yang salah dengar ya, bukannya namanya Bromo?’ Anna membatin namun tetap mengikuti kemana Ambar membawanya pergi tanpa ada keluhan.

‘Ahh, mungkin aku yang salah dengar namanya kali ya, buktinya dia memanggilku Sera, tapi … sejak kapan Dito memanggilku dengan nama belakangku?’ racau Anna dalam hatinya di tengah perjalanannya menuju ruangan VVIP tempat pertemuan Anna dengan atasan temannya yang bernama Dito.

“Ahh iya, maaf, Dito nya dimana ya?” tanya Anna saat keduanya memasuki lift yang akan membawanya ke lantai dimana ruangan VVIP berada.

“Huh? Pak Dito dari divisi humas?” ulang Ambar seraya menoleh dan menunjukan ekspresi bingungnya.

“Iya betul,” respon Anna.

“Ahh, pak Dito sudah pulang nona, pak Dito masuk shift pagi,” katanya dengan nada ramah serta senyum tipisnya.

Anna mengangguk mengerti setidaknya ia sedikit lega, karena ternyata temannya itu benar bekerja di hotel tersebut.

“Silahkan nona,” ujar Ambar begitu lift terbuka, ia mempersilahkan Anna lebih dulu keluar dari lift.

Dengan senyum ramahnya Anna mendahului Ambar keluar dari lift kemudan kembali berjalan beriringan menyusuri koridor hotel.

‘tapi … bukannya Dito bilang akan ikut menemaniku menamui atasannya? Hmmp … ‘ Anna kembali membatin dengan pikiran kacau nya.

“Ruangannya nona, silahkan,” ujar Ambar seraya membukakan pintu ruangan VVIP untuk memberikan pelayanan terbaik pada Anna.

“Oke, terimakasih ya,” respon Anna lengkap dengan senyum manis nya sebelum melangkah masuk ke dalam.

Masih belum menemukan siapapun sejauh mata memandang, Anna pun terus memijakan kakinya lebih dalam seraya mengedarkan pandanganya ke area sekitar.

Sampai …

Ia menemukan seorang pria bertubuh besar sedang berdiri dekat jendela dengan posisi membelakanginya.

“Selamat malam pak Bromo, saya Annalese … “

Belum sempat Anna menyelesaikan kalimat perkenalannya, pria bertubuh besar itu keburu berbalik seraya melonggarkan dasi yang melilit di kerah bajunya diiringi dengan raut wajah aneh nya, layaknya orang yang sedang melawan rasa panas yang menyerang sekujur tubuhnya.

Pandangannya yang memerah serta bulir keringat yang bercucuran membasahi wajah juga kemeja putih tipis nya, semakin menambah kecurigaan Anna dalam menyimpulkan kondisi pria malang yang telah diberi obat perang*sang itu.

Anna sangat tahu jika ada yang tidak beres, karena situasi ini mirip sekali dengan situasi yang terjadi ketika ia memergoki kekasihnya 5 tahun silam di aparteman nya.

Tanpa rasa takut perlahan ia mendekati pria malang tersebut yang kini telah luruh ke lantai, masih dengan kondisi yang sangat mengkhawatirkan, nafas nya berderu tak beraturan di tengah keteguhannya untuk tetap mengendalikan hasrat yang kian membuncah kala seorang wanita mendekat padanya.

“Huh! Hah! Siapa kau!” geram pria malang itu yang tak lain adalah Bastian Von Herdhadt, ia tak begitu yakin dengan rupa wanita yang mendekatinya karena pandangannya mendadak kabur efek dari obat perang*sang tersebut.

“Saya Anna … “

Belum sempat Anna memperkenalkan dirinya kembali, fokus nya kembali pecah ketika mendengar suara pintu terbuka.

“Siapa kau?!” bentak seorang wanita yang muncul dengan jubah mandinya.

Wanita itu sangat terkejut ketika mendapati seorang wanita lain muncul, dan kini berdiri tepat di hadapan prianya yang sudah berada dalam pengaruh obat.

“Ahh, maaf, saya pikir, saya salah ruangan, sekali lagi saya mohon maaf atas kelancangan saya,” ujar Anna seraya menganggukan kepalanya sopan sebagai tanda undur dirinya.

Namun, belum sempat Anna melangkah, tangan kekar Bastian lebih dulu menahannya, yang membuat wanita berjubah mandi serta Anna terkejut.

“To … long,” pintanya dengan suara parau yang hampir tak terdengar oleh Anna maupun wanita berjubah mandi.

“Ahh sayang! Apa yang kau lakukan?” seru wanita berjubah mandi, ia berlari kecil menghampiri prianya kemudian berusaha melepaskan genggaman erat Bastian di lengan Anna.

Anna tahu ada yang tidak beres dengan wanita tersebut, mereka pasti bukan pasangan kekasih, tapi mencampuri urusan orang lain juga bukanlah karakternya.

Untuk sesaat ia tampak bimbang, selagi matanya menatap dalam pria yang tengah berada di ujung tanduk beserta perasaan penuh keputusasaannya.

“Ayoolah sayang jangan begini, (rengek wanita tadi yang masih belum bisa melepaskan genggaman erat Bastian dari lengan Anna) YAK! Apa yang kau lihat! Cepat bantu gue, tarik tangan lo!” geram sang wanita berjubah mandi itu yang kesal karena Anna tak membantunya sama sekali, Anna malah terdiam sembari menikmati memandangi paras tampan kekasihnya.

“Gak mau tuh!” balas Anna yang kini malah bersikap sebaliknya, ia menantang wanita berjubah mandi lengkap dengan tatapan tajam penuh intimidasi.

“Apa?! Lo udah gila ya?! Cari mati lo!” bentak wanita berjubah itu yang kemudian melepaskan rangkulannya dari Bastian dan kini malah mendorong bahu Anna dengan kasar.

“Pria itu, (ujar Anna seraya melirik ke arah Bastian yang sedang bergelut dengan hasrat bira*hi yang nyaris mencapai puncak, ia hanya bisa mengerang seraya berusaha mengontrol tubuhnya)

Bukan kekasihmu, benar kan?! Kau sudah memberinya obat perang*sang,” tambah Anna yang lalu menunjukan sebuah botol yang berada di atas karpet dekat sofa.

“Sialan! LALU APA PERDULIMU HUH!” amuk nya ketika rencananya diketahui oleh wanita asing yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya.

“Tinggalkan pria itu, atau perlu saya telfon polisi?” timpal Anna enteng, seraya merogoh ponsel yang ada dalam tas kecil nya, dan berpura-pura menekan angka yang akan menghubungkannya pada kantor polisi.

“Brengsek!! (geram wanita itu seraya mengepalkan kedua tangan dan menatap Anna penuh amarah) karena lo udah ngerusak permainan gue, tunggu aja, hari dimana lo nyesel di seumur hidup lo, karena udah berani ngusik putri pewaris CL Group! Dasar wanita JAL**!” amuk nya seraya mendorong kasar tubuh Anna saat dirinya berjalan melewatinya.

Wanita berjubah mandi itu pun pergi dengan perasaan dongkol yang menyelimuti hatinya.

“CL Group?” gumam Anna yang kini sudah terbebas dari genggaman tangan Bastian, karena tepat saat wanita yang telah memberinya obat perangsang pergi, Bastian pun ambruk dan pingsan ke permukaan lantai yang dingin.

Bersambung***

1
Yeonso
Lagi dalam proses kak 😸
Alfatihah
season 2 nya gak lanjut thor
Yeonso
Terimakasih untuk dukungannya /Wilt//Wilt//Wilt/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!