Shereny Claudine, seorang perempuan mandiri dan tegas, terpaksa mencari pekerjaan baru setelah putus dari kekasihnya yang berselingkuh serta kepergian ibunya. Tak ingin bergantung pada siapa pun, ia melamar sebagai pengasuh (baby sitter) untuk seorang anak laki-laki berusia 5 tahun bernama Arga. Tak disangka, ayah dari Arga adalah Elvano Kayden, pria arogan dan kaya raya yang pernah bertemu dengannya dalam situasi yang tidak menyenangkan. Elvano, seorang pengusaha muda yang dingin dan perfeksionis, awalnya menolak keberadaan Shereny. Menurutnya, Shereny terlalu keras kepala dan suka membantah. Namun, Arga justru menyukai Shereny dan merasa nyaman dengannya, sesuatu yang sulit didapat dari pengasuh sebelumnya. Demi kebahagiaan anaknya, Elvano terpaksa menerima kehadiran Shereny di rumah mewahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Larasati Pristi Arumdani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7 : Ketidaksengajaan?
Dalam keadaan bingung antara mimpi dan kenyataan, Shereny tanpa sadar mencium bibir Elvano. Momen itu terasa seperti pelampiasan dari kerinduan yang baru saja dia alami dalam mimpinya. Wajah Elvano sangat dekat dengan wajahnya, dan Shereny merasakan kehangatan yang berbeda.
Sedikit sadar, Shereny terkejut ketika ia tak menyangka bahwa ia mencium bibir Elvano. Shereny berusaha menyudahi situasi tersebut, namun Elvano yang sejak pagi selalu terbayang dengan sikap Shereny pun tetap menahan pinggang Shereny dan menggendong Shereny tepat di depannya.
Dengan lembut, Elvano mengangkat Shereny ke dalam pelukannya. Dia merasa ringan dan hangat, dan Elvano tidak bisa menahan diri untuk tidak memperhatikan betapa cantiknya wajah Shereny, meskipun ada keraguan dan kebingungan di matanya. Dia berjalan perlahan menuju kamar, memastikan agar Shereny merasa aman dan nyaman dalam pelukannya.
Sesampainya di kamar, Elvano menempatkan Shereny dengan hati-hati di atas tempat tidur. Dia kemudian duduk di tepi tempat tidur, menatap mata Shereny dengan tajam. Ada sesuatu yang dalam dalam tatapan itu, seolah-olah dia berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam hati Shereny.
“Shereny,” ucap Elvano dengan suara yang dalam dan serius. “Apa yang sebenarnya kamu rasakan? Aku ingin kamu jujur padaku.”
Elvano, yang masih duduk di tepi tempat tidur, memperhatikan Shereny dengan penuh perhatian. “Kamu tidak perlu terburu-buru untuk menentukan apa yang kamu rasakan. Kita bisa mengambil waktu untuk memahami semuanya,” katanya dengan lembut. Shereny merasa dihargai, dan itu memberinya keberanian untuk lebih terbuka.
“Terima kasih, Tuan. Aku merasa bingung, tetapi aku juga merasa nyaman berbicara denganmu,” jawab Shereny, matanya bertemu dengan tatapan Elvano yang hangat.
Elvano kembali mencium bibir Shereny dan melumatnya. Perlahan Elvano membuka jasnya lalu mendorong perlahan tubuh Shereny.
"Tuan..." Shereny berusaha untuk mencegah Elvano, namun Elvano tidak ingin berhenti. Sebenarnya Elvano sedikit mabuk karena ada acara kantor. Elvano perlahan membuka kancing kemeja Shereny. Shereny menahan tangan Elvano terus mencium wajah Shereny yang cantik dan mrnggemaskan. Sebenarnya, Shereny juga sedikit menikmati. Bagaimana tidak? Tuannya yang tampan dan memiliki postur tubuh yang bagus ingin menidurinya. Pikiran kotor dan pikiran baik Shereny berkecamuk. Tenaga Elvano lebih kuat daripada tenaga Shereny. Elvano pun mencium leher Shereny dengan nafsu yang membara.
Shereny mendesah seperti ada yang menggelitik di lehernya. Kumis tipis Elvano yang menyapu dadanya membuat Shereny menggeliat. "Tuan saya mohon...."
"Kau yang memulai Shereny. Aku sudah menahannya sejak pagi dengan semua tingkahmu. Kamu baik padaku seperti tak ada rasa. Menurutmu dengan sikap seperti itu, aku tidak luluh hah?" Ucap Elvano. Elvano meraba pinggang Shereny hingga ke leher Shereny.
"Saya belum siap. Tidak ada cinta yang tumbuh di antara kita. Saya tidak ingin semua ini menjadi penyesalan." Jelas Shereny sambil menahan tangan Elvano dengan sisa tenaganya. Elvano tersenyum kecil "Cinta? Bukankah semua ini akan menumbuhkan cinta, Ren?" Elvano menepis tangan Shereny dan mencengkram dagu Shereny.
"Setelah ini, apa akan tumbuh cinta? Akan aku buat kamu menjadi milikku tanpa ada yang menghalangi." Elvano kembali mencium bibir ranum Shereny dengan sedikit paksaan. "Tuan... Ahhh!" Shereny mengangkat tubuhnya yang sexy dan mulus tidak ada luka sedikitpun di tubuhnya. Elvano mencium perut hingga paha Shereny.
"Jika kau mau tahu, saya akan menikahimu." Ujar Elvano. Elvano membuka kaki Shereny dan memasukkan miliknya ke dalam liang kenikmatan Shereny.
"Tuan aku... tidak bisa begini..." Ucap Shereny yang meracau dan Elvano tidak peduli. Ia memasukkan miliknya perlahan dan membuat gerakan sedikit cepat.
Shereny meringis kesakitan dan selalu mencoba menahan Elvano. Ia pun menangis dan sedikit menyesal. Elvano tersenyum smirk dan semakin cepat gerakannya. "Aku akan menikahimu minggu depan. Kamu akan menjadi milikku selamanya. Lupakan Reynold!"
Bagaimana tidak? Shereny dengan otomatis melupakan Reynold apabila bisa memiliki Elvano yang jelas jauh lebih baik daripada Reynold. Dia yakin bahwa sikap dingin Elvano bisa runtuh apabila Shereny memberi perhatian terhadap Elvano.
...****************...
Elvano lahir dalam keluarga yang sangat menghargai pendidikan. Ayahnya adalah seorang profesor di universitas terkemuka, sedangkan ibunya seorang dokter. Sejak kecil, Elvano diajarkan untuk mengejar pengetahuan dan berprestasi dalam segala hal. Ini membentuk karakternya yang ambisius dan berpikiran terbuka.
Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana di bidang Manajemen Bisnis, Elvano mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi pascasarjana di luar negeri, tepatnya di London. Selama di sana, ia tidak hanya belajar teori bisnis, tetapi juga berinteraksi dengan berbagai budaya dan perspektif yang berbeda, yang membuatnya lebih matang dan adaptif.
Elvano sudah menunjukkan bakat kepemimpinan sejak usia muda. Ketika masih di bangku kuliah, ia diangkat menjadi presiden organisasi mahasiswa, di mana ia memimpin berbagai proyek sosial dan kegiatan yang memperkuat ikatan antar mahasiswa. Pengalaman ini memberinya keterampilan berorganisasi dan manajerial yang sangat berharga.
Ketika pagi tiba, sinar matahari masuk melalui jendela, dan Elvano merasakan sesuatu yang aneh. Ia membuka matanya perlahan dan terkejut melihat Shereny terbaring di sampingnya. Dalam kebingungan, ia mulai mengingat kejadian malam sebelumnya. "Apa yang terjadi? Bagaimana bisa Shereny ada di sini?"
Elvano duduk di tepi tempat tidur, mencoba menenangkan pikirannya. Ia merasa sangat canggung dan bingung, sedikit merasa bersalah. Shereny, yang terbangun oleh gerakan Elvano, membuka matanya dan melihat ekspresi terkejut Elvano.
"Tu... Tuan... Maaf saya..." Ucap Shereny dengan gugup. Mereka tidak tahu siapa yang memulai. "Saya rasa tidak ada apa-apa di antara kita." Timpal Shereny dengan keringat dingin dan berusaha menutupi apa yang terjadi.
Elvano mengangguk, tetapi ada perasaan tidak nyaman di antara mereka. “Tapi... aku merasa ada yang aneh. Apa yang sebenarnya terjadi, Shereny?” tanyanya, berusaha untuk jujur dan terbuka.
Mendengar pertanyaan itu, Shereny merasa panik. Ia tidak ingin mengingat apa yang terjadi semalam. “Aku rasa kita sebaiknya melupakan semuanya, Elvano. Kita tidak perlu membahasnya,” jawabnya, berusaha menjaga jarak.
Elvano merasakan ketegangan di udara. “Tapi, aku tidak ingin ada rahasia di antara kita. Kita harus bisa berbicara tentang apa yang terjadi,” desaknya, tetapi suara Elvano terdengar ragu.
Shereny menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian. “Tuan, aku tahu ini mungkin sulit. Tapi kadang-kadang, lebih baik untuk tidak mengingat hal-hal yang tidak perlu. Kita bisa melanjutkan seperti biasa, tanpa membahas itu.” Wajahnya menunjukkan kegugupan yang jelas, dan ia menghindari tatapan Elvano.
Elvano menatap Shereny dengan tatapan tajam, seolah berusaha membaca pikirannya. “Jika kamu tidak ingin membahasnya, itu terserah kamu. Tapi aku tidak suka menyimpan rahasia. Kita berhak tahu apa yang terjadi,” katanya dengan nada yang tegas, tetapi tetap dingin.
Shereny merasa terjebak dalam situasi yang sulit. “Baiklah, mungkin aku tidak ingin mengingatnya karena itu membuatku merasa tidak nyaman. Apa pun yang terjadi, saya harus fokus pada Arga,” jawabnya, suaranya semakin meredup.