Kisah Cinta Putra Gus Atha dengan Salah satu santri di pesantren Sang Abi. cinta itu datang seusai pernikahan, pernikahan terjadi hanya karena persetujuan kedua mempelai. Perjodohan tanpa penolakan dan tanpa skandal apapun
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Al Qassam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamar Pengantin
" Haf! Jangan masuk kamarmu dulu. Gantilah di kamar tamu bersama istrimu," ujar umma-nya. Hafla mengangguk paham.
" Iya Umma ... " jawabnya kemudian belok.
Hafla ragu untuk masuk. Namun beberapa detik kemudian pintu di buka oleh MUA. Dia tersenyum dan keluar bersama teamnya.
" Silahkan masuk gus! Jika sudah selesai berganti baju ketuklah pintunya kami di sini," jelasnya pada Hafla.
" Baik," jawabnya singkat dan segera masuk. Dia menatap istrinya itu. Hatinya serasa tercubit ketika melihat perempuan cantik. Bukan dia tak bersyukur tapi perempuan cantik terkadang identik dengan hal-hal yang kurang baik. Tapi bukan berarti semuanya. Cantik bukanlah kriteria Hafla tapi lagi - lagi Umma-lah alasannya.
" Gus ... Segera Lah berganti baju! Bukankah upacara pedang pora-nya akan segera di mulai?" tanya Haseena. Hafla mengangguk mendengarnya.
" Iya ... Kamu sudah selesai?" tanya Hafla balik. Haseena mengangguk mengiyakan.
Tak ada obrolan yang ke arah romantis keduanya sama - sama canggung karena belum saling mengenal lebih jauh. Seusai menggunakan baju pengantinnya Hafla segera memanggil MUA untuk merapikan yang dia gunakan. Semua MUA masuk untuk kembali mengecek dan merapikan yang di kenakan oleh kedua pengantin mereka.
1 jam kemudian ...
Upacara pedang pora di mulai. Dalam serangkaian acara tersebut Haseena nampak selalu menggandeng tangan suaminya. Baik Hafla maupun Haseena nampak menampilkan senyum terbaik mereka. Banyak yang kagum pada kedua mempelai. Hafla beberapa kali melirik di mana istrinya itu mengusap air matanya yang merembes tanpa permisi pada sang pemilik.
Tatapan Ririn pun nampak tidak suka namun hal itu hanya bisa di lihat oleh Haseena sebagai posisi seorang istri. Dia tidak tahu ada masa lalu apa pada suaminya. Hanya saja dia merasa perempuan yang menatap mereka tidak suka. Saat ririn mendekat untuk memberikan ucapan selamat. Tiba-tiba Hafla menarik pinggang istrinya hingga menempellah hal paling berharga miliknya pada dada suaminya.
Ya Allah! Maafkan aku Haseena, aku tidak berniat melecehkanmu. Apa yang kamu lakukan Haf!? Jangan bertindak bodoh karena kamu ingin memperlihatkan pada Ririn bahwa kamu memang tak memiliki perasaan untuknya.
Ririn yang melihat benar-benar di buat sesak saat melihat tangan kekar Hafla menopang pinggang ramping istrinya. Namun Ririn tetap berjalan mendekat.
Apa yang gus Hafla lakukan???? Malunya aku saat hal sensitifku menyentuh dadanya. Bisa copot di sini jantungku jika terus dekat seperti ini.
" Selamat Komjen Hafla. Semoga bahagia bersama istri tidak ada doa yang lain yang ingin ku sebutkan. Hanya bahagia saja untuk kalian!" seru Ririn tegas namun mengulas sedikit senyum.
" Terima kasih ... Itu sudah lebih dari cukup. Terima kasih sudah menyempatkan hadir," jawabnya dengan senyum pula.
Semua personil yang jauh dari sini. Mereka di sediakan tempat untuk bermalam. Di pesantren banyak ruang yang bisa di gunakan. Serangkaian acara pedang pora, resepsi sudah di laksanakan dengan lancar. Hafla mengajak Haseena untuk pergi istirahat.
" Gus ... Kok ke arah sana! Yang tadi kamar siapa?" tanya Haseena saat Hafla memegang tangan Haseena ke arah lain.
" Itu kamar tamu! Kamarku di sebelah sana!" tunjuk Hafla.
Sesampainya di kamar mereka. Hafla nampak menelan ludah melihat kamarnya yang sudah seperti taman bunga mawar. Suasana kamar ini nampak sangat mencekam bagi dirinya.
" Gus ... Kenapa tidak masuk? Biar Haseena dulu ya! Capek pakai baju ini gus," keluhnya tanpa menunggu jawaban suaminya. Saat dia masuk dan menginjak kelopak -kelopak bunga mawar bertebaran itu membuat Haseena melotot dan membuat langkah kakinya salah. Hafla yang melihat Haseena mau jatuh segera memegang pinggangnya. Posisi yang benar-benar romantis dimana Haseena memegang leher suaminya di posisi yang hampir jatuh sedangkan Hafla memegang pinggang istrinya dengan mesra sekali.
" Maaf gus ... " lirihnya. Hafla nampak salah tingkah. Dan membenarkan posisinya kembali.
" Ehmmm ... Ehhmmmm ... Lain kali hati-hati! Segera ganti baju. Bajumu masih ada di koper Neng," ucap Hafla.
" Iya mas ... Eh, gus ... " jawabnya sambil melipir menjauh dari sana. Benar - benar memalukan sekali.
Hafla nampak menggeleng dan tersenyum melihat tingkah Haseena. Dia segera menutup pintu kamarnya. Namun wajah adiknya tiba-tiba nongol.
" Jika tidak orisinil ceraikan saja!" seru Hagla membuat Hafla melotot ke arah adiknya. Dia segera mengunci pintu kamarnya.
Likeeeeeeee yaaa! Sedikit dulu ya sayangku. Makasihhhh.