NovelToon NovelToon
Cinta Di Musim Semi

Cinta Di Musim Semi

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Cinta Seiring Waktu / Angst
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: seoyoon

Berawal dari kematian tragis sang kekasih.
Kehidupan seorang gadis berparas cantik bernama Annalese kembali diselimuti kegelapan dan penyesalan yang teramat sangat.
Jika saja Anna bisa menurunkan ego dan berfikir jernih pada insiden di malam itu, akankah semuanya tetap baik-baik saja?

Yuk simak selengkapnya di novel "Cinta di Musim Semi".
_Cover by Pinterest_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seoyoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 18 {Mimpi buruk}

Kembali ke kamar megah Bastian.

Anna terlihat duduk di atas sofa single seraya memindai deretan kalimat yang berisi perjanjian resmi mengenai pernikahan kontrak antara dirinya dengan Bastian.

Usai melewati adegan penuh ketegangan sebelumnya di tepi balkon, pada akhirnya Bastian berhasil menjatuhkan mental Anna dengan tuduhan tak berdasarnya.

Meski ia tak pernah merasa melakukan hal keji itu pada kekasihnya dulu, tapi entah kenapa melihat sorot mata penuh amarah yang dipasang Bastian padanya membuat mental nya ciut, kedua bola matanya seketika bergetar bersamaan dengan melonggarnya cengkraman kuat pada leher jenjang Bastian.

Selagi Bastian menghilang beberapa saat dari kamar, Anna mencoba menggunakan waktunya untuk membaca kertas kontrak tersebut dengan perasaan gelisah serta tak nyaman nya ketika ingatannya kembali pada momen saat ia menyudutkan Bastian di tepi pagar pembatas balkon.

Ada perasaan aneh, seperti sebuah penyesalan mendalam yang terus menggerogoti bagian terlemahnya.

Namun kenapa?

Kenapa ia harus merasa bersalah pada pria asing itu?

“Tunggu apa lagi?

Sudah hampir 20 menit kau membacanya, cepat tanda tangan!” perintah Bastian yang baru saja muncul dari ruangan sebelah, yang tak lain adalah ruangan kerjanya.

Mendengar seruan perintah yang memekakan telinganya, Anna mengangkat wajah nya seraya memasang tatapan tajam menusuk tanpa sepatah katapun.

Ia hanya menyalurkan emosional nya melalui sorot mata tajam nya.

“Berhenti menatapku seperti itu, pikirmu aku akan ketakutan atau semacam nya huh?!” pekik Bastian yang lalu melemparkan sebuah kantung kertas kecil yang berisikan kapas, dan plaster ke sofa tepat di samping Anna.

Anna mengalihkan fokus nya pada kantung kertas yang dilempar Bastian, kemudian meraih dan melihat isinya masih dengan raut wajah kecut nya.

Sesaat Anna merasa bingung, untuk apa pria arogan itu memberikan hal semacam ini padanya, ia pun lantas mengarahkan kembali pandangan penuh tanya nya pada Bastian.

Ia mencoba memahami tujuan Bastian hanya dengan menyimpulkan menurut versinya sendiri, sampai beberapa detik kemudian ia pun terkekeh dalam raut wajah sinis nya. Saat pandangannya sampai pada bagian sudut bibir Bastian yang terluka karena hantaman tinju darinya.

“Ciiih! Obati saja lukamu sendiri!” seru Anna yang lantas melempar kembali kantung tersebut tepat mengenai dada bidang Bastian dan berakhir terjatuh di permukaan lantai marmer.

Sementara Bastian memungut kantung yang dilempar secara kasar oleh Anna, Anna pun kembali meneruskan memindai kertas kontrak sebelum akhirnya membubuhkan cap jempol nya di atas perjanjian pernikahan kontrak tersebut.

“Sudahkan?! (seru Anna yang lantas bangkit dari sofa dan menatap tajam Bastian yang kini sedang menggenggam erat kantung yang berisikan kapas dan plaster)

Berikan aku pakaian tidur yang nyaman! Aku tak mungkin tidur mengenakan gaun ini bukan?” pinta Anna yang terdengar seperti sebuah perintah.

Bastian terkekeh, ia tak menduga akan mendapat perlakuan seperti ini dari seorang wanita.

“Ckckck! Kau tahu, (ujar Bastian seraya berjalan perlahan menghampiri keberadaan Anna)

Kau adalah wanita pertama, (tambah Bastian yang lalu menjambak segenggam rambut ikal panjang Anna dan di tarik nya sampai wajah Anna menengadah ke langit-langit)

Yang berani memperlakukanku layaknya seorang pelayan rendahan!” kecam Bastian penuh emosional yang bergejolak dalam hatinya.

“Brengsek! (umpat Anna yang tak gentar sedikit pun, dengan segenap kekuatan dan keberaniannya ia menghantamkan keningnya tepat ke hidung Bastian, yang tentu saja membuat Bastian merengek kesakitan dan lalu melepaskan cengkraman kuatnya dari rambut Anna)

kalau kau pikir, aku adalah wanita lemah yang tak berdaya, kau … salah besar tuan muda Bastian! Kau tahu bukan? Jika aku adalah mantan narapidana, dalam kasus pembunuhan.

Sekali lagi kau memperlakukanku dengan semena-mena, aku tak akan segan melakukan hal yang sama padamu!” Anna memperingatkan lengkap dengan pandangan tajam yang jelas menggambarkan amarah nya yang membara saat ini.

Bastian meremas kantung kertas yang berada dalam genggamannya bersamaan dengan balasan sorot mata yang tak kalah tajam dan menusuk nya.

‘Bagaimana mungkin kau bisa jatuh cinta pada gadis gila ini Bennedict!’ umpat Bastian dalam hati.

Meski perasaan emosional nya kian memuncak karena Anna yang terus memprovokasinya. Namun ia tetap berusaha meredam dan memegang kendali atas sisi bengis nya.

Sadar jika yang di hadapannya saat ini adalah seorang wanita, ia tak mungkin melampiaskan amarahnya dengan membabi buta menghajar Anna layaknya pertarungan antar pria.

Bastian pun lantas melengos pergi begitu saja tanpa sepatah katapun, meninggalkan Anna yang masih berdiri memandanginya dari belakang dengan tatapan murkanya.

Barulah setelah Bastian menghilang dari pandangannya, Anna melanjutkan langkahnya menuju ranjang dan lalu duduk di tepi ranjang, sementara pandangan sendu nya ia arahkan pada permukaan lantai.

“Sial! (umpat Anna dengan suara bergetar begitupun dengan kedua tangan nya yang kini tampak bertumpu di tepi ranjang tampak gemetar hebat, berhadapan dengan pria gila seperti Bastian benar-benar menguras tenaga dan mental nya)

Sebenarnya apa yang diinginkan pria gila itu dariku, aku benar-benar tak mengerti … “ racau Anna di tengah air mata pedih nya yang berlomba-lomba keluar dari sudut matanya.

Sekuat apapun Anna berusaha untuk menahannya, pada akhirnya, tangisnya pecah ketika sisi lemahnya berhasil meruntuhkan dinding pertahanannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Selang tak berapa kama kemudian, saat Anna masih bergelut dengan kepedihan serta kebingungan yang tiada akhir, akan alur hidupnya yang malah berubah semakin rumit ketika ia hendak memulai kehidupan barunya setelah terbebas dari penjara.

Ia terhentak oleh suara ketukan nyaring yang berasal dari balik pintu kamar. Dengan cepat ia menyeka air mata dan bangkit dari tepi ranjang untuk menyambut siapa pun yang hendak masuk ke dalam kamar.

“Masuk,”

Setelah mendapat ijin, seorang pelayan yang membawakan set piyama untuk Anna pun masuk ke dalam kamar.

“Selamat malam nona Anna, saya di perintahkan untuk membawakan nona pakaian ganti, tapi sebelum itu saya juga diminta untuk membantu nona Anna membersihkan tubuh oleh nyonya Lansa, agar tidur nona Anna lebih nyaman,” ujar sang pelayan dengan seragam hitam putih nya sembari menyodorkan set piyama dengan gesture sopan pada wanita bertubuh tinggi dan ramping di hadapannya.

“Gak perlu, saya bisa mandi sendiri kok, terimakasih sebelumnya,” tolak Anna seraya meraih set piyama yang berada di atas kedua telapak tangan sang pelayan.

“Baik nona, jika nona membutuhkan saya, saya ada di saluran nomor 9,” ujar nya seraya menunjukan sebuah telpon rumah yang berada di atas nakas.

“Saya pamit nona,” ia pun lantas pamit undur diri setelah menjalankan tugasnya dengan baik.

“Ya, sekali lagi terimakasih,” sahut Anna seraya berjalan menuju kamar mandi dengan membawa set piyama dalam genggamannya.

“Tidak perlu sungkan nona, sudah tugas saya untuk melayani calon nyonya Adipati Herdhardt dengan sebaik mungkin,” ujar sang pelayan, ketika ia mendapat ucapan terimakasih untuk yang kedua kalinya dari Anna, membuat dirinya kembali berbalik dan memberikan rasa hormatnya dengan meletakan tangan diatas perut lalu membungkuk ke arah Anna berada.

Anna tersenyum tipis sebagai responnya, sebelum akhirnya kembali melanjutkan perjalanan dan masuk ke dalam kamar mandi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Diluar kamar Bastian, sudah ada 2 pelayan yang menunggu di dekat pintu sembari saling berbisik layaknya kegiatan pergibahan pada umumnya.

“Bagaimana? bagaimana?” seru salah satu pelayan yang bernama Dinda, ia tampak antusias dan bersemangat menantikan kemunculan rekannya yang baru saja masuk melayani calon nyonya Adipati Hardhardt.

“Ternyata benar apa yang dikatakan Suli, nona Anna benar-benar sangat cantik hihihihi!!” seru nya seraya menggenggam kedua tangan rekannya Dinda dan Cindi dengan penuh sukacita dan kegembiraan tulus.

“Uwaah benarkah?! Sayang sekali, seharusnya aku juga ikut masuk melayani di ruang makan tadi, huh,” kesal Mega yang hanya bisa mendengus ketika dirinya harus berada di sisi lainnya alih-alih melayani di ruang makan keluarga.

“Eeeyy, sudahlah, besok juga kita bisa bertemu dengan nona Anna, ayoo! Pergi sebelum ada pelayan lain yang memergoki kalian yang tidak berada di tempat saat ini,” seru Ingrid seraya merangkul lengan kedua temannya dan menjauh dari depan kamar Adipati Herdhardt.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Usai Anna membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian nya dengan set piyama tidur yang nyaman, ia pun lantas mengistirahatkan tubuh lelah nya dari serangkaian kejadian yang membuat tensi darahnya naik sampai ke titik dimana dirinya melontarkan kata-kata kasar yang tak seharusnya ia katakan pada Bastian.

Baru saja Anna berhasil terlelap dan masuk ke alam bawah sadarnya.

Pintu kamar terbuka disusul dengan kemunculan seorang pewaris dan juga kepala keluarga dalam keluarga Herdhardt.

Iya, sejak ayah nya meninggal beberapa tahun lalu, kini status gelar kepala keluarga jatuh pada 1 1 nya lelaki dan penerus keluarga Von Herdhardt, yang tak lain Adipati Bastian Von Herdhardt.

Pria bertubuh tinggi besar itu membawa langkah tegasnya menghampiri Anna yang sudah terlelap dalam tidur indahnya, layaknya putri tidur dalam negeri dongeng, paras Anna yang sedang terlelap pun mampu menggetarkan dinding kokoh yang susah payah Bastian bangun selama ini.

“Hmmp … “ Bastian menghela nafas dalam dan lalu duduk di tepi ranjang sembari terus memperhatikan Anna dari mulai wajah sampai berakhir di punggung tangannya yang kini sudah bersih dari noda darah.

Seakan ada sebuah mantra yang meracuni pikiran dan akal sehat Bastian, tanpa sadar ia meraih tangan Anna yang halus, kemudian mengusap nya lembut bersamaan dengan tatapan dalam yang mengandung banyak makna.

“Bukan aku … (Anna tiba-tiba mengigau dalam tidurnya, yang membuat Bastian berhenti mengusap punggung tangannya dan beralih memperhatikan wajah Anna yang mulai banjir keringat dingin)

Bukan aku … “ racau Anna lengkap dengan raut wajah bersalah yang tergambar jelas dalam ketakutannya saat ini.

Bersambung***

1
Alfatihah
haduhh kurang ...up lagi kak
Yeonso: Hahaha, 😂 di tunggu ya kak Alfatih, tengah malem di UP, makasih udh setia ngikutin Cinta di Musim Semi 🫶💕
total 1 replies
Alfatihah
kurang 7 episod say semangat ...aq selalu menunggumu 🥰🥰
Alfatihah
semangat thor
Yeonso: Makasih kak Alfa 🫰
total 1 replies
Yeonso
Lagi dalam proses kak 😸
Alfatihah
season 2 nya gak lanjut thor
Yeonso
Terimakasih untuk dukungannya /Wilt//Wilt//Wilt/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!