Callista merupakan salah satu murid yang menjadi korban pem-bully-an. Ternyata dalang dari semua itu adalah Zanetha, adik kesayangannya sendiri. Sampai suatu hari Callista meninggal dibunuh oleh Zanetha. Keajaiban pun terjadi, dia hidup kembali ke satu tahun yang lalu.
Di kehidupan keduanya ini, Callista berubah menjadi orang yang kuat. Dia berjanji akan membalas semua kejahatan Zanetha dan antek-anteknya yang suka melakukan pem-bully-an kepada murid yang lemah.
Selain itu Callista juga akan mencari orang tua kandungnya karena keluarga Owen yang selama ini menjadi keluarganya ternyata bukan keluarga dia yang asli. Siapakah sebenarnya Callista? Kenapa Callista bisa menjadi anak keluarga Owen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Rahasia Yang Terungkap
Bab 29
Felix dan Margareth mendatangi villanya dan mendengarkan pelayanannya yang mendapatkan informasi itu. Untuk meyakinkan dirinya, dia pun mendatangi orang yang menjadi sumber berita. Pagi-pagi sekali mereka pun pergi menuju desa Argent.
"Apa di sini rumahnya?" tanya Felix.
"Benar, Tuan Kinsey. Kabarnya ada dua orang remaja mendatangi rumah ini," jawab pelayan itu.
Kini Felix dan Margareth mendatangi rumah milik Maria. Sama seperti dahulu Hilda membukakan pintu.
"Ada perlu apa Anda datang ke sini?" tanya Hilda begitu melihat orang penting di negeri ini mendatangi rumahnya.
"Ada yang ingin kami tanyakan kepada Anda, Nyonya," jawab pelayan itu.
"Maaf, aku tidak bisa mengajak kalian masuk ke rumah karena ibuku sedang sakit TBC. Dan beliau sedang berada di ruang tengah," ucap Hilda.
Akhirnya mereka pun memutuskan untuk bicara di halaman yang terlihat banyak sekali ilalang. Felix dan Margareth duduk berhadapan dengan Hilda. Sementara itu, si pelayan berdiri di belakang tuannya.
"Aku ingin bertanya. Apakah benar ada seorang gadis remaja bernama Callista datang ke sini untuk mencari keberadaan orang tua kandungnya?" tanya Felix dengan tatapan tajam.
Rasa takut mulai muncul di dalam diri Hilda. Dia takut kalau kejahatan di masa lalu itu sudah terungkap dan ibunya ikut terlibat. Wanita itu hanya diam sambil menatap pasangan suami-istri yang terlihat harap-harap cemas.
"Apa yang dilakukan oleh kedua remaja itu di sini?" tanya Margareth dengan tidak sabaran.
Mulut Hilda seperti terkunci. Dia semakin ketakutan kalau nanti terjadi sesuatu kepada ibunya. Sejak dahulu itulah yang menjadi ketakutan di dalam dirinya ketika sang ibu mengurus anak asing yang terlihat seperti dari golongan bangsawan.
"Nyonya jangan takut. Kami tidak akan melakukan sesuatu yang buruk kepadamu," lanjut Margareth ketika melihat ketakutan di wajah Hilda.
"Iya, itu benar, Nyonya Hilda. Katakan saja apa yang kamu tahu. Siapa tahu gadis bernama Callista itu adalah anak kami yang hilang," tambah Felix untuk lebih meyakinkan.
Kini ekspresi wajah Hilda berubah. Dia sangat terkejut mendengar itu. Karena dia ingat remaja laki-laki itu bernama Charlie Kinsey. Lalu, sekarang keluarga Kinsey mencari Callista yang dahulu bersama mereka.
"Apa kalian benar mencari gadis remaja bernama Callista?" tanya Hilda.
Mendengar nama putrinya yang hilang, Margareth dan Felix terlihat senang. Jelas sekali dari pancaran mata mereka.
"Iya. Kami sedang mencari putri kami yang hilang 15 tahun lalu, bernama Callista," jawab Margareth tersenyum lebar..
"Anda tidak bohong, 'kan?" tanya Hilda yang masih ragu.
Margareth pun mengeluarkan foto keluarganya di mana dia bersama suami dan kedua anaknya. Lalu, dia menunjuk foto di bagian Callista.
"Ini putriku Callista," jawab Margareth.
"Ya Tuhan." Mulut Hilda terbuka lebar dan bola mata membulat. Wajah bocah kecil itu memang Callista yang pernah diurus oleh ibunya, Maria.
"Apakah ini anak yang dahulu pernah tinggal di sini dan orang yang sama dengan gadis yang datang beberapa waktu yang lalu?" tanya Felix dengan tatapan penuh selidik.
"Be-nar. Dia Callista, bocah kecil yang pernah dititipkan di sini sebelum dibawa oleh Tuan Owen," jawab Hilda gugup.
"Apa?"
Felix dan Margareth terkejut mendengar nama Owen disebutkan oleh Hilda. Tentu saja ini merupakan sesuatu yang tidak mereka sangka. Karena mereka yakin kalau Michael Owen tahu tentang berita putrinya yang hilang, dahulu.
"Ya. Dua remaja yang datang ke sini adalah Charlie Kinsey dan Callista Owen. Gadis itu juga sudah membawa barang yang merupakan identitas dirinya ketika kecelakaan itu terjadi," balas Hilda.
"Charlie?"
Lagi-lagi pasangan suami-istri Kinsey itu terkejut. Karena putra mereka tidak memberi tahu mereka akan informasi ini.
"Iya. Barusan aku mengira kalian sedang pura-pura tidak tahu dan akan menangkap ibuku. Dia merupakan salah satu orang yang membantu Tuan Owen menyembunyikan rahasia besar ini," ujar Hilda.
Hilda menceritakan masa lalu ibunya bisa sampai terlibat dengan Michael Owen. Tentu saja tidak ada yang tahu rahasia mereka itu. Maria yang terus dibayang-bayangi oleh rasa bersalah dan ketakutan membuat hidupnya tidak tenang.
"Seandainya saja aku tahu kalau Callista adalah putri Anda, sudah aku hubungi keluarga Kinsey. Aku dan ibuku ingin hidup tenang dan damai tanpa dihantui rasa bersalah," tutur Hilda.
Felix menghirup udara yang bau lembab dan dedaunan. Begitu putrinya hilang dia langsung memasang papan pengumuman pencarian orang dan akan memberikan hadiah jika bisa menemukan Callista. Sampai-sampai dia memasang iklan pengumuman itu selama enam bulan.
***
Callista dan Charlie bertemu di ruang OSIS di pagi-pagi sekali. Semalam gadis itu menghubungi sang ketua OSIS untuk membicarakan sesuatu yang sangat penting.
"Charlie, coba tebak apa yang aku temukan di laci yang dikunci oleh papa," kata Callista.
"Apa?" tanya Charlie penasaran.
"Ini."
Callista mengeluarkan beberapa koran dan foto dirinya bersama keluarga Owen. Gadis itu menunjuk bagian bawah yang memuat berita pengumuman dengan logo keluarga Kinsey.
Mata Charlie terbelalak begitu melihat berita yang dimuat tentang pengumuman keluarganya. Padahal kemarin dia melihat berita ini sekilas. Dia menduga itu ucapan belasungkawa atau selamat kepada seseorang atau instansi tertentu. Pemuda itu merutuki kebodohan dirinya karena menganggap sepele pengumuman yang sering dibuat oleh kalangan keluarga bangsawan.
"Jadi, kamu adalah saudara kembarku yang hilang!"
Charlie tersenyum lebar meski masih tidak percaya. Callista pun mengangguk. Langsung saja laki-laki itu memeluk adik kembarnya.
"Aku ... aku senang sekali Callista! Aku dulu sempat berpikir kalau kau adalah saudaraku ketika mendengar namamu. Tetapi aku menepis pikiran itu karena kamu putri tertua keluarga Owen," kata Charlie sambil menatap wajah Callista dengan lekat seolah sedang mencari kopian dirinya di wajah gadis itu.
Callista sendiri tidak percaya mulanya. Setelah memastikan foto yang ada di foto koran dan foto keluarga Owen, membuat dirinya menjadi yakin kalau Callista Kinsey adalah identitas dirinya yang asli.
"Kita harus memberi tahu Papa dan Mama. Pasti mereka akan sangat senang," kata Charlie.
***
Teman-teman hari ini aku crazy up, walau karya ini kontrak tidak lolos menjadi bab terbaik dan tidak mendapatkan reward.
Jangan di tumpuk bab nya, ya. Langsung baca dan kasih like juga komentar. Terima kasih atas perhatiannya.
jngan lengah ya callista... karena boom wktu menunggumu... apalgi dngan perbhan si zanet nntinya yg hbis oprasi...
semoga saja...