Lintang Pertiwi hanya bisa diam, menyaksikan suaminya menikah kembali dengan cinta pertamanya. Ia gadis lugu, yang hanya berperan sebagai istri pajangan di mata masyarakat. Suaminya Dewa Hanggara adalah laki-laki penuh misteri, yang datang bila ia butuh sesuatu, dan pergi ketika telah berhasil mendapatkan keuntungan. Mereka menikah karena wasiat dari nyonya Rahayu Hanggara, ibunda Dewa juga merupakan ibu angkatnya. Karena bila Dewa menolak semua harta warisan,akan jatuh pada Lintang. Untuk memuluskan rencananya, Dewa terpaksa mau menerima perjodohan itu dan meninggalkan Haruna Wijaya kekasihnya yang sudah di pacari selama dua tahun.
Akankah Lintang bisa meluluhkan hati Dewa? Atau suaminya akan lebih memilih Haruna. Dan jangan lupa,ada seorang secret admire yang selalu ada bila Lintang bersedih.
Yuk! Pantengin terus kelanjutan dari cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yaya_tiiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Tiba di cafe Anyelir, Lintang mencari sosok lelaki paruh baya sepantaran ibunya. Ia memasuki cafe yang memang masih jarang pengunjung, karena hari masih belum memasuki jam istirahat kantor. Maklum letak Cafe dekat pusat perkantoran dan perbelanjaan, sehingga pada jam-jam tertentu selalu padat. Cafe yang memang di desain mengikuti selera anak muda, cukup terkenal dengan menu kekinian.
Begitu memasuki ruangan, Lintang disuguhi dengan alunan musik lembut serta pelayan yang ramah menyapanya. "Selamat siang kakak, selamat datang di cafe Anyelir" sapa sang waiters, bername tag Sandra.
"Selamat siang" jawab Lintang, tersenyum ramah sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Begitu terlihat objek yang menjadi tempat tujuannya,gegas langkahnya menuju ke sana. "Om Ahmad, apa lama menunggu?" tanya Lintang, setelah tiba didepan kursi yang di duduki beliau.
Ahmad yang sedang membalas beberapa email masuk, mendongak menatap sang penanya. "Lintang, duduk dulu. Om barusan tiba, pesan saja makanan atau minuman" Ahmad mempersilahkan wanita muda itu, sementara ia meneruskan pekerjaannya.
Lintang memanggil seorang waiters yang melintas di depan meja mereka, lalu menyebutkan pesanannya. "Es cappucino cincau dan french fries, ya" ucapnya lembut. "Om sendiri, mau pesan apa?" lanjutnya, melihat pada Ahmad.
"Samakan saja" jawabnya singkat.
"Oke Mbak, pesan masing-masing dua item."
"Baik, tunggu pesanan akan tiba dalam beberapa menit" sang waiters segera berlalu, untuk mempersiapkan pesanan.
"Bagaimana kabar Dewa?" tanya Ahmad, sambil melepas kacamata bacanya.
"Kak Dewa baik-baik saja, dan terlihat sehat. Kenapa, Om bertanya seperti itu?" tanya Lintang dengan dahi mengerut.
"Om baru dapat kabar dari Pak Deni, barusan terjadi kecelakaan di pabrik garment milik Dewa..."
"Kecelakaan Om?" tanya Lintang kaget.
"Iya, belum lagi rekanan bisnisnya banyak yang membatalkan kerjasama" sambung Ahmad, meneruskan kabar yang baru didapatnya.
"Kasihan sekali, kak Dewa" gumam Lintang pelan.
"Itulah akibat selalu menentang nyonya Rahayu, setiap keputusannya akhir-akhir ini mengalami banyak kendala. Dari orderan yang di kembalikan karena tidak sesuai kesepakatan, juga bertumpuknya barang di gudang."
"Om tau dari siapa, semua laporan itu?"
"Pak Deni orang kepercayaan Dewa, beliau juga yang ditugaskan nyonya Rahayu agar mengawasi sepak terjang putranya selama dua tahun ini. Setelah Dewa pergi dari rumah dan tinggal di apartemen bersama Haruna, Ibu merasa Dewa banyak berubah."
"Perubahan seperti apa, Om?"
"Dewa sering mengambil uang perusahaan tanpa seijin beliau, dan menghambur-hamburkannya untuk sesuatu yang tidak bermanfaat. Alasan itulah yang mendasari nyonya Rahayu, menentang hubungan putranya dengan Haruna."
"Oh seperti itu, ya. Lalu ada apa, Om mengajak Lintang ketemuan?"
"Wah, Om jadi ngelantur kemana-mana" ucapnya sambil meringis.
"Maaf, ini pesanannya" sang waiters menaruh nampan di meja, dan menyajikan pada tamunya. "Silahkan dan selamat menikmati" ujarnya sambil tersenyum, kemudian undur diri.
"Terimakasih Mbak!" ujarnya. "Jadi ada apa Om meminta Lintang ke sini?" tanyanya lagi, menatap lekat wajah Om Ahmad.
"Begini Lintang, seminggu yang lalu sebelum pemakaman ibu, Rosa sahabat nyonya Rahayu datang ke rumah. Kamu masih ingat, perempuan yang kamu antar ke ruang kerja ketika Om bersama Dewa?"
"Iya, aku ingat. Kalo gak salah beliau datang dari Ausie, dan ingin menjumpai ibu" jawab Lintang yakin.
"Betul sekali!"
"Hubungannya dengan aku, apa Om?"
"Rosa membawa sebuah sertifikat butik atas nama mu, Lintang."
"Kok bisa? Beliau jauh-jauh datang, hanya untuk menyerahkan sebuah sertifikat."
"Semua bisa kamu tanyakan langsung pada Rosa, beliau yang lebih berhak bicara..."
"Tapi waktu ketemu setelah pemakaman, Tante Rosa gak ngomong apa-apa."
"Rosa rencananya bicara di waktu yang tepat..."
"Dan inilah waktunya...!" suara lembut seorang wanita, menengahi percakapan mereka.
"Tante Rosa!"
"Surprise!" ucapnya, sambil merentangkan kedua tangannya. "Happy birthday, honey. I wish you good and happiness" kata Rosa memeluk erat tubuh Lintang.
"Thank you,Tan. I feel happy, better than yesterday" ucap Lintang dengan mata berkaca-kaca.
"Dan kejutan selanjutnya adalah...ta...da..."
Sambil mendorong troli berisi kue ulangtahun, Zian tertawa kecil melihat Lintang yang terkejut melihat kedatangannya. "Selamat ulang tahun, Princess!"
Oh my God, mulut Lintang rasanya kelu untuk mengungkapkan semua perasaan bahagianya. Dengan tangan membekap mulut, Lintang menghampiri Zian lalu memukul lengannya. "Kalian kerjasama ngerjain aku, ya" cetus Lintang, memandangi wajah-wajah penuh keceriaan.
"Prok...prok...prok!" tepuk tangan menggema, dari arah pintu masuk cafe. "Wow...wow, kalian begitu bahagia sementara yang lain menderita. Kakak madu, bukankah seharusnya kamu prihatin? Dengan kejadian, yang menimpa suami kita?" sambil tersenyum smirk, Haruna melangkah arogan memasuki cafe. "Apakah kalian merencanakan pesta, tanpa kehadiran ku?" tanyanya lagi
"Stop it Haruna! Jangan membuat kekacauan di sini" ucap Rosa, memberi peringatan. Ia maju menghalangi Haruna yang akan menghampiri Lintang.
"Kenapa Tan? Mau jadi pahlawan kesiangan" sindir Haruna sambil bersedekap.
"Cukup, kamu jangan ikut campur urusan kita" Zian begitu gemas melihat keangkuhan, yang diperlihatkan oleh Haruna.
"Oo kekasih gelap kakak madu, marah ya. Dengar kalian semuanya, aku akan melaporkan pada Dewa kejadian ini."
"Siapa takut? Kamu ingin ikut merayakan ulangtahun, dan mencicipi kue pemberian selingkuhan ku. Nih, rasakan manis dan lezatnya tart ini." Lintang mencolek pinggiran cream kue, dan menempelkannya pada kedua pipi Haruna.
"Plok...plok!"
"Aww...Lintang sialan!"
****
yg ad hidupx sendirian nnt x